Bahtera Rumah Tangga yang dialami Aisyah Humairah yang terlihat manis ternyata hanya fatamorgana. Diam-diam suaminya Aisyah yang bernama Denis, menikah lagi dengan tetangga nya sendiri yang bernama Mawar. Mendengar hal tersebut, Aisyah mengalami tekanan batin yang teramat sangat. Apakah pernikahan mereka akan bertahan? Ataukah akan kandas begitu saja? Ikuti cerita selanjutnya.
Lihat lebih banyak"Jika itu bisa memulihkan kondisi istri saya, silakan Dokter," jawab Devan dengan bijak meski dia sedikit cemburu dengan dokter tersebut.Tidak lama, sang dokter mulai memijat bagian kepala Aisyah dengan perlahan. Dokter itu sedikit canggung, tetapi ia harus melakukannya agar Aisyah cepat pulih."Bagaimana Nona. Apa sudah mendingan?" tanya dokter tampan kepada Aisyah."Alhamdulillah, rasa sakit di kepala sudah mending. Terima kasih Dokter," jawab Aisyah dengan wajah berbinar.Kepala Aisyah yang tadinya pening, kini hilang seketika. "Alhamdulillah. Saya sedikit ada ilmu tentang terapi pijat bagi ibu yang sedang hamil. Semoga nanti bisa sembuh total. Kalau begitu saya pamit dulu!" Dokter itu sudah lega karena ia berhasil membuat kepala Aisyah tidak pusing kembali. Kepergian Dokter tersebut, membuat wajah Devan lega kembali. Ternyata dokter muda itu cerdas dan tidak neko-neko kepada Aisyah. "Sayang, apakah sudah mendingan?" Devan langsung mengusap pundak sang istri dan memeluk. Ia s
Waktu itu hampir petang, Aisyah pingsan. Devan segera membawa Aiayah ke rumah sakit terdekat. Ditunggu selama lima belas menit Aisyah tidak bangun. Aisyah digendong oleh Devan menuju mobil pribadinya. Aisyah dibaringkan di jok belakang agar bisa berbaring. Devan sudah menyalakan mesin mobilnya sehingga ia mulai melaju menuju rumah sakit terdekat. Sepuluh menit, Devan sudah turun dari mobil dan menggendong Aisyah menuju ke dalam ruang depan yang ada di rumah sakit. Perawat medis langsung tanggap. Aisyah dibawa ke ruang rawat inap berkelas VIP sesuai dengan keinginan Devan. Berapapun akan Devan bayar, asalkan Aisyah siuaman dan sehat kembali. Aisyah berada di ruang rawat inap dan ditangani oleh dokter. Sementara Devan menunggu di ruang tunggu dengan cemas. "Kenapa Aisyah sekarang sering pingsan? Sebelum hamil, Aisyah itu wanita kuat," batin Devan memikirkan kondisi Aisyah yang akhir-akhir ini sering sakit. Tidak lama, Dokter keluar dari ruang tindakan dan menemui Devan.
"Siapa juga yang lari dari masalah. Saya tidak takut dengan ancaman kalian! Sayangnya aku sudah ikut Dokter ke Luar Negeri. Kalian nggak bisa melaporkan aku ke kantor kepolisian! Devan, cintaku padamu tak akan pupus. Namun, kau sudah mengetahui rencana burukku. Sehingga rasa cinta ini berubah menjadi dendam. Dan aku, tidak akan kembali ke Indonesia. Aku ingin menyendiri di sini, mengenang luka yang telah kau berikan. Selamat tinggal!" Telepon terakhir dari Rina kepada Devan. Rina takut masuk penjara sehingga ia lari ke Luar Negeri dan menjadi abdi setia Dokter Virginia.Tidak lama, telepon diputus secara sepihak di seberang sana. Devan menggelengkan kepala. "Syah, kita telat. Rina maupun Dokter Virginia sudah berada di Luar Negeri. Kita pulang yuk? Kita cari ke seluruh kota ini, mungkin nggak akan nemu. Siang itu, usaha Devan dan Aisyah pergi ke Klinik Dokter Virginia sia-sia. Ternyata mereka sudah ada di Luar Negeri. "Kok aneh sih mereka. Yasudah, kita pulang saja yuk? Dari pada
"Ada apa dengan Dokter Virginia? Apa ini erat kaitannya dengan racun kue itu? Oke, nanti aku akan ke sana lagi, tapi aku harus izin Aisyah dulu. Kalau perlu Aisyah ikut! Aisyah harus tahu kelicikan Rina!" batin Devan sambil melihat Aisyah yang sudah membayar totalan beberapa buah yang ia beli. "Mas, yuk kita pulang?" Ketika Aisyah sudah membayar seluruh buah yang ia beli, ia berbalik dan menatap Devan dengan wajah yang berbinar. "Sayang, kita jangan pulang dulu! Kita langsung ke Klinik milik Dokter Virginia. Lihat chat ini!" Devan langsung memberikan chat dari Bu Dokter Virginia yang baru saja muncul. Ia tidak mau ada yang ditutupi. Ia ingin selalu terbuka dengan Aisyah. Dengan terbuka, Aisyah akan semakin percaya pada dirinya. Devan tidak mau ia dianggap sebagai pria yang memiliki watak seperti Denis. "Maksud dari beliau apa ya? Yasudah, ayo kita ke Klinik. Mas, coba telepon Mbok Ginah bahwa kita tidak bisa sarapan dengan menu beliau soalnya ada keperluan penting. Kamu punya no
"Neli, kamu ngikutin kita? Kenapa tatapan kamu benci seperti itu kepada kita?" tanya Devan kepada Neli yang sudah ada tepat di belakangnya."Eng—nggak benci, saya hanya kepedasan ini Kak. Ingin beli es jeruk di taman ini," jawab Neli secara berbohong. Padahal Neli ingin mengintai pergerakan Devan dan Aisyah. Diam-diam, Neli menyembunyikan sesuatu dalam hatinya. "Jangan berbohong kamu Neli. Aku tahu kamu itu berbohong. Kamu pulang saja temani Mbok Ginah. Jangan ganggu acara kami!" jawab Devan dengan muka sinis ke arah Neli yang memang berbohong. Devan sudah pengalaman dengan wanita berwatak seperti Neli. Ia mungkin tidak akan terjebak dengan tipu muslihatnya. "Sudah, kalian jangan bertengkar. Neli, kalau kamu mau beli es jeruk lanjutkan. Jangan lupa nanti bayar sendiri, kamu masih pinjam uang aku loh. Hutang harus dibayar!" tegas Aiayah yang masih mengingat jika Neli pinjam uang kepadanya. "Eh, iya Kak, tenang saja. Nanti kalau aku sudah kerja dan gajian, hutang Kak Aisyah akan saya
Malam itu Devan dan Aisyah sedang mengalami puncak kebahagiaan meski salah satu pihak sedang dilanda hamil muda. Devan melakukan hubungan dengan istrinya secara lembut hingga mereka sama-sama merasakan puncak kejayaan yanh memuaskan. Hingga mereka terlelap dalam mimpi. ***Pagi pun tiba. Devan sebelum subuh bangun dan mulai mandi besar. Sementara Aisyah masih saja tertidur pulas mungkin karena kelelahan. "Aisyah, bangun. Mandi besar sana. Nanti kita sholat subuh bareng."Ketika Devan sudah mandi, ia membangunkan sang istri dengan menepuk pundak. Tidak lama, Aisyah mulai terbangun. "Ada apa Mas? Haduh, kok aku belum pakai pakaian sih? Aku belum mandi ya? Ini sudah jam berapa?" Asiyah tidak sadar jika waktu itu sudah subuh karena saking lelapnya dan lelah setelah tadi malam bertempur dengan sang suami. "Sudah mandi besar sana. Nanti sholat bareng sama aku. Kamu lupa dengan pertempuran tadi malam?" Devan tersenyum kecil dan gemas melihat Aiayah yang lupa dan cemas. Seperti boneka B
Dia pinjam tiga ratus ribu, Mas? Tapi aku hanya beri dia dua ratus. Aku bilang, uang yang di dompet hanya sisa segitu," jawab Aisyah yang masih menelepon Devan."Oh, yasudah nanti kita bicarakan lagi empat mata di kamar. Ini mungkin udah satu jam, aku mau lihat uji coba yang dilakukan Dokter Virginia. Kamu tetap waspada dengan Neli!'Tidak lama, sambungan telepon diputus oleh Devan. Devan mulai menemui Dokter Virginia untuk memastikan apakah hasil labnya sudah jadi. Sebelum Devan sempat berdiri dari sofa, Dokter yang dimaksud Devan ternyata mendekatinya. "Mas Devan, ayo ikut saya ke ruangan lab. Ada yang perlu saya bicarakan kepada Mas Devan!" Dengan raut wajah serius, wanita tinggi berseragam khas dokter itu mengajak Devan untuk ke ruangan lab."Bagaimana hasilnya, Dokter?" tanya Devan ketika sudah sampai di ruangan lab. Ia berharap-harap cemas dengan hasil yang akan dijelaskan oleh dokter tersebut."Hasilnya positif mengandung zat beracun. Padahal awalnya roti ini aman dan saya b
Sore itu Pak Ujang sudah membawa Mbok Ginah dan wanita muda yang berpakaian sederhana. Namun, tidak berjilbab. Dari cara berpakaiannya wanita tersebut seperti orang desa. "Mbok Ginah? Pak Ujang? Mari silakan duduk ke sana!"Karena Devan sangat menghormati tamu yang datang, tamunya dipersilakan duduk di ruang tamu. Tidak lama, Aisyah datang menghampiri siapa tamunya tersebut dan sudah membawakan air teh dan beberapa jamuan makanan. Beberapa teko dan gelas, beserta jamuan, ia letakkan di meja tamu. "Ini Neng Aisyah? Istrinya Mas Devan ya? Manis sekali. Kenalin Neng, ini Mbok Ginah dan Ini Neli anak saya yang baru pulang kerja dari Arab. Kebetulan, dia sudah berhenti bekerja. Boleh kah dia sama Mbok bekerja di sini? Sekalian jagain Enang jika Nak Devan pergi. Nak Devan itu sudah saya anggap anak sendiri," tutur Mbok Ginah sambil duduk di samping anaknya berumur sekitar 22 tahun. Aisyah mengamati Neli dan Mbok Ginah. Kemudian ia menoleh kepada Devan. "Bagaimana Mas Devan? Apa mereka b
Sore itu, Devan ingin membawa kue pemberian wanita asing ke Klinik milik Dokter Virginia. Namun, pria itu bingung karena Aisyah tidak mau diajak. Padahal Devan hanya ingin mengungkap keganjilan pada kue tersebut. "Syah, sebelum kue ini basi, ayo kita ke Klinik. Aku nggak mau kamu di rumah sendirian karena nggak ada yang jaga. Plis, ikut yuk? Kita harus tahu siapa wanita asing yang memberi kue pada kita itu!" Devan masih mendesak Aisyah untuk pergi ke Klinik. Baginya, keselamatan Aisyah lebih penting dari segalanya. Sedikit pun Devan nggak mau jika istri tercintanya celaka atau dijahatin orang. Apalagi Aisyah sedang mengandung benihnya. Suatu keluarga kecil yang harus diperjuangkan. "Tapi Mas, aku masih sedikit mual. Aku di rumah sendiri nggak papa. Yang jelas, kamu jangan lama-lama di sana. Aku 'kan bawa ponsel, jadi kamu jangan khawatir. Kita Bisa teleponan." Aisyah masih kelelahan sehingga ia hanya ingin di rumah untuk istirahat. Devan mendengus pelan. "Apa aku panggilkan Mbok
"Dek, mas mau bicara padamu. Hentikan pekerjaan menjahitmu sebentar saja!" Pada siang hari, Aisyah menghentikan pekerjaannya karena sang suami tiba-tiba memanggilnya. Tidak lama Aisyah berjalan ke arah ruang TV di mana suaminya berada. Menjahit adalah pekerjaan yang digeluti oleh seorang Aisyah sejak sebelum menikah hingga kini. Ia sangat pandai membuat pakaian apa saja. "Ada apa Mas? Apa Mas menyuruh saya untuk membuatkan kopi? Perasaan baru saja tadi saya buatkan," tanya Aisyah sambil meletakkan bobot bokong di sofa. Hari ini suami Aisyah yang bernama Denis libur bekerja di kantor sehingga mereka leluasa untuk mengobrol. "Eng—enggak Dek. Mas mau memberi tahu hal penting. Tapi kamu jangan marah ya?" Dengan gugup Denis menyampaikan maksudnya kepada sang istri. "Hal apa yang mau kamu bicarakan, Mas? Cepat katakan!" Hati Aisyah berubah panik. Hatinya tak karuan kala suaminya gugup mengatakan sesuatu hingga membuat pikirannya menerawang ke mana-mana. "Anu, Dek. Mas sudah...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen