Dikhianati Tunangan, Dicintai Manajer Mapan

Dikhianati Tunangan, Dicintai Manajer Mapan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Oleh:  Kokoro No TomoOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
25Bab
1.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Setelah dikhianati oleh tunangannya, Seruni memutuskan menjadi kekasih gelap Catra, manajernya yang sudah beristri. Berulang kali dikhianati membuatnya tak percaya lagi pada cinta dan kesetiaan. Hubungan yang dijalaninya dengan Catra hanya untuk kesenangan semata dan pelampiasan kekecewaannya. Seruni tanpa sengaja bertemu dengan Bagas, mantan tetangga yang pernah dia tolak cintanya. Tanpa diduga, manajer hotel itu masih menyimpan rasa dan menawarkan cinta padanya. Karena Seruni sudah trauma dikhianati, dia kembali menolaknya. Namun, Bagas pantang menyerah. Dia terus mendekati dan meyakinkan Seruni kalau cintanya benar-benar tulus. Apakah Seruni bisa lepas dari Catra dan menerima Bagas? Atau justru memanfaatkan Bagas sebagai pelampiasan?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

“Run, aku lihat Mas Panca di hotel sama cewek,” ucap Intan dari seberang telepon.

Seruni yang sedang bermalas-malasan di atas tempat tidur sontak bangun. Seketika badannya terasa dingin mendengar sang tunangan berada di hotel bersama wanita lain. “Kamu jangan bercanda, In,” sahutnya. Dalam hati dia berharap sahabatnya sejak SMA itu hanya bercanda dan menggodanya.

“Buat apa aku bercanda, Run. Demi Allah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri,” jelas Intan.

Seruni merasakan jantungnya berdebar semakin kencang. “Memangnya kamu sekarang di mana kok bisa lihat Mas Panca di hotel?” tanyanya berusaha tetap tenang.

“Aku lagi ngantar keponakanku berenang di hotel. Pas aku datang dia baru keluar dari restoran terus berjalan ke lift. Berarti dia menginap di sini ‘kan. Aku pikir tadi sama kamu, tapi setelah benar-benar aku perhatikan ternyata bukan kamu. Mana mereka rangkulan mesra banget, Run,” jawab Intan.

“Memangnya kamu sudah putus sama Mas Panca?” tanyanya kemudian.

Seruni menggeleng meskipun Intan tidak bisa melihatnya. “Aku belum putus sama Mas Panca. Malah sedang merencanakan lamaran setelah beberapa waktu lalu kami tunangan. Orang tuaku akhirnya setuju aku nikah sama Mas Panca setelah perjuangan panjang kami mendapatkan restu,” jawabnya.

“Oh ya, In, kamu yakin itu Mas Panca? Jangan-jangan hanya mirip saja.” Dia masih belum percaya pada informasi yang diberikan oleh sahabatnya.

“Aku yakin banget, Run. Kalau kamu tidak percaya datang saja ke sini.” Intan kemudian menyebutkan nama hotel dan juga alamatnya.

“Aku akan coba minta rekaman CCTV biar kamu tidak menganggap aku bohong. Kebetulan aku kenal sama manajer hotel ini,” sambungnya.

“Ya, aku akan ke sana setelah mandi,” putus Seruni setelah berpikir beberapa saat.

“Oke. Aku tunggu. Kamu naik ojol atau taksi saja, Run. Jangan bawa motor sendiri kalau ke sini,” pesan Intan yang mengkhawatirkan keselamatan sang sahabat bila membawa kendaraan sendiri.

“Iya, nanti aku naik ojol. Aku siap-siap dulu.” Tanpa menunggu jawaban sang sahabat, Seruni mengakhiri panggilan itu secara sepihak. Dia melempar asal ponsel pintarnya di atas tempat tidur.

Seruni menyandarkan punggung di tembok kamar. Untuk yang ke sekian kalinya dia dikhianati oleh kekasihnya. Kenapa nasibnya selalu buruk dalam percintaan? Setiap kali dekat dan pacaran dengan pria pasti berakhir dengan pengkhianatan. Apa memang kesetiaan itu sudah tidak ada lagi di dunia ini?

Panca, pria yang dua tahun terakhir menjalin hubungan dengannya juga mengkhianatinya. Padahal mereka sudah bertunangan dan sedang merancang acara untuk lamaran serta pernikahan setelah berhasil mendapatkan restu dari kedua orang tua.

Bapak dan ibu Seruni awalnya memang tidak setuju putri mereka berpacaran dengan Panca karena menganggap pria itu bukan pria yang baik. Namun karena Seruni bersikeras meyakinkan kalau Panca adalah calon suami yang baik dan dia idamkan, akhirnya mereka memberikan restu. Apalagi Panca juga selalu menunjukkan itikad baik dan keseriusannya di depan kedua orang tua Seruni.

***

Seruni akhirnya tiba di hotel yang disebutkan oleh Intan. Dia lantas menghubungi sahabatnya itu. “In, kamu di mana? Aku sudah di lobi,” ucapnya setelah Intan menjawab panggilannya.

“Tunggu sebentar. Aku ke sana,” sahut Intan dari seberang telepon.

Seruni pun memutuskan duduk di lobi sambil menunggu sahabatnya datang. Tak lama kemudian Intan datang bersama seorang pria tinggi dan gagah yang mengenakan setelan jas dan membawa alat komunikasi di tangannya. Dia merasa seperti pernah melihat pria itu, tapi entah di mana. Yang jelas pria itu bukan kekasih Intan.

“Run, kenalkan ini Mas Bagas, manajer hotel ini yang kebetulan kakak sepupuku. Dia tadi yang tadi membantuku melihat rekaman CCTV Mas Panca dan wanita itu. Kalau tidak ada Mas Bagas mungkin aku tidak akan bisa melihat rekaman CCTV karena tidak boleh diakses oleh sembarang orang. Ada untungnya kenal sama orang dalam yang punya kedudukan.” Intan menjelaskan pada Seruni tanpa diminta.

Seruni tersenyum pada pria yang bernama Bagas itu. Dia mengulurkan tangan kanan, mengajak bersalaman sebagai tanda sopan santun. “Saya Seruni. Terima kasih atas bantuannya, Pak,” ucapnya saat mereka berjabat tangan.

“Sama-sama,” sahut pria itu dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampannya.

“Maaf kalau saya menanyakan hal yang pribadi. Apa pria yang di CCTV itu pacarnya Mbak Seruni?” tanya sang manajer hotel pada sahabat adik sepupunya. Meskipun usia Seruni lebih muda, dia tetap harus bersikap sopan.

“Iya, Mas. Mereka sebenarnya sudah tunangan dan mau menikah, tapi malah ada kejadian seperti ini,” beber Intan. Gadis itu lantas menyerahkan gawainya pada sang sahabat.

“Ini tadi aku ambil video rekaman CCTV-nya, Run. Kamu bisa lihat sendiri itu Mas Panca beneran atau bukan,” ucapnya.

Dengan jantung berdebar, Seruni menerima gawai Intan. Tangannya sedikit gemetar saat melihat video yang diputar di layar ponsel pintar itu. Mendadak bibirnya kelu dan hatinya teriris-iris melihat video tunangannya berangkulan dengan wanita lain. Dari gestur tubuh keduanya, terlihat jelas kalau mereka tidak hanya berteman biasa.

“Benar Mas Panca ‘kan itu?” tanya Intan karena sahabatnya tak juga berbicara.

Seruni hanya mengangguk lemah. Wanita itu langsung menjatuhkan diri di sofa karena tiba-tiba tubuhnya sudah tak bertenaga. Siapa pun pasti akan syok saat mendapati pasangannya berselingkuh.

“Run, kamu gapapa ‘kan?” Intan seketika panik melihat wajah pucat sang sahabat.

Sekali lagi Seruni hanya menjawab dengan gelengan kepala. Bibirnya bahkan terlalu lemas untuk sekedar membuka. Dia berusaha menguasai diri dengan memejamkan mata dan mengambil napas panjang kemudian mengembuskannya dengan pelan.

“Apa kalian ingin ke kamar di mana pria itu menginap?” Manajer hotel itu tiba-tiba memberikan penawaran.

“Apa boleh, Mas?” Intan justru yang tampak bersemangat, sementara Seruni masih tetap diam. Wanita itu tak ingin terlihat lemah meskipun pada kenyataannya hatinya sudah hancur lebur. Dia berusaha menahan agar air matanya tak sampai keluar.

“Boleh asalkan tidak sampai membuat keributan dan membuat tamu yang lain tidak nyaman,” jawab sang manajer hotel.

“Run, ayo kita ke kamarnya Mas Panca.” Intan mengajak sahabatnya dengan penuh semangat.

“Buat apa, In?” Seruni akhirnya bersuara meskipun terdengar pelan.

“Ya melabrak dia sama selingkuhannya lah. Masa iya kamu mau ikutan indehoy sama mereka,” tukas Intan yang merasa gemas pada sahabatnya yang hanya terlihat pasrah.

“Tapi kita ga boleh buat keributan, In. Ingat ‘kan apa yang dikatakan Mas Bagas tadi.” Seruni mengingatkan sang sahabat.

“Melabraknya dengan elegan dong, Run, jangan pakai gaya bar-bar. Kalau kamu tidak mau, biar aku saja yang melakukannya,” sahut Intan yang ikut emosi karena sahabatnya sudah dikhianati.

 “Keponakanmu gimana?” Seruni tiba-tiba ingat kalau sahabatnya itu sedang mengantar keponakannya berenang di hotel tersebut.

“Aman. Dia sama mamanya kok. Ada teman-temannya juga. Tadi aku udah izin sama kakakku mau ngurus sesuatu,” jelas Intan.

“Ayolah, Run. Jangan banyak alesan. Pria kaya Mas Panca itu harus dapat pelajaran biar ga seenak hati mempermainkan hati wanita. Apalagi kalian berencana menikah, bisa-bisanya malah indehoy sama wanita lain.” Intan semakin gemas pada Seruni yang enggan bertindak.

“Mas Bagas, tolong antar aku ke kamar pria berengsek itu. Biar aku yang melabrak kalau temanku ini tidak mau.” Indah lantas beralih pada manajer hotel yang sejak tadi menyimak pembicaraan dua sahabat itu.

“Ayo aku antar.” Manajer hotel itu kemudian mengajak Intan pergi ke kamar Panca.

“Tunggu!” teriak Seruni.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
25 Bab
Bab 1
“Run, aku lihat Mas Panca di hotel sama cewek,” ucap Intan dari seberang telepon.Seruni yang sedang bermalas-malasan di atas tempat tidur sontak bangun. Seketika badannya terasa dingin mendengar sang tunangan berada di hotel bersama wanita lain. “Kamu jangan bercanda, In,” sahutnya. Dalam hati dia berharap sahabatnya sejak SMA itu hanya bercanda dan menggodanya.“Buat apa aku bercanda, Run. Demi Allah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri,” jelas Intan.Seruni merasakan jantungnya berdebar semakin kencang. “Memangnya kamu sekarang di mana kok bisa lihat Mas Panca di hotel?” tanyanya berusaha tetap tenang.“Aku lagi ngantar keponakanku berenang di hotel. Pas aku datang dia baru keluar dari restoran terus berjalan ke lift. Berarti dia menginap di sini ‘kan. Aku pikir tadi sama kamu, tapi setelah benar-benar aku perhatikan ternyata bukan kamu. Mana mereka rangkulan mesra banget, Run,” jawab Intan.“Memangnya kamu sudah putus sama Mas Panca?” tanyanya kemudian.Seruni menggeleng me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya
Bab 2
Intan dan Bagas menghentikan langkah mereka lalu membalikkan badan, memandang Seruni yang berjalan menghampiri mereka.“Aku ikut.” Ucapan Seruni membuat Intan menyunggingkan senyum. Gadis itu merasa lega akhirnya sang sahabat mau bertindak setelah dikhianati tunangannya. Ketiga orang itu kemudian menuju kamar Panca.“Siapa yang akan mengetuk pintu?” tanya Intan saat mereka berada di depan pintu kamar yang disewa Panca.“Aku saja karena ini masalahku,” sahut Seruni. Meskipun hatinya sakit dan jantungnya berdebar dengan kencang, dia berusaha menguatkan diri untuk menghadapi kenyataan yang ada. Seruni tidak mau terlihat lemah di depan pria yang sudah mengkhianati kesetiaannya selama ini.Ketukan pertama dan kedua sama sekali tidak diindahkan. Baru pada ketukan ketiga pintu kamar itu dibuka dari dalam. Panca yang penampilannya tidak keruan dan hanya mengenakan bokser sangat terkejut melihat sosok yang ada di depan pintu kamarnya.“Seruni,” ucapnya pelan. Wajahnya tampak pias seolah baru s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya
Bab 3
“Ayo ke ruanganku kalau kalian masih ingin bicara.” Bagas mengajak Intan dan Seruni setelah menyusul mereka di tangga darurat.“Terima kasih atas bantuannya, Mas, tapi saya mau pulang saja,” tolak Seruni.“Kamu yakin mau pulang, Run? Tidak menenangkan diri dulu. Khusus hari ini, aku akan temani kamu ke mana saja,” timpal Intan yang mengkhawatirkan keadaan mental sahabatnya.Seruni menggeleng. “Aku tidak mau ke mana-mana, In. Aku cuma mau pulang.”“Oke kalau itu maumu. Aku antar ya,” tawar Intan.Sekali lagi Seruni menggeleng. “Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri. Aku masih ingat jalan pulang kok.” Dia tersenyum, lalu kembali berkata, “Kamu tenang saja, aku tidak akan melakukan hal bodoh hanya karena pengkhianatan Mas Panca.”“Tapi, Run.” Intan merasa keberatan dengan keputusan sahabatnya.“Kamu ke sini 'kan sama keponakanmu, In. Harusnya kamu juga pulang bersama mereka. Terima kasih ya atas bantuanmu hari ini,” ucap Seruni dengan tulus.“Silakan kalau mau pulang, tapi bukankah sebaikn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya
Bab 4
Seruni akhirnya mengikuti Catra keluar dari mobil. Mereka duduk bersisian di dalam warung pecel lele yang malam itu cukup ramai.“Kamu mau makan dan minum apa?” tanya Catra setelah duduk.“Ayam bakar sama jeruk panas, Pak,” jawab Seruni.“Nasinya uduk apa biasa?” tanya Catra lagi sambil menulis menu yang dipesan.“Sama kaya Pak Catra saja,” sahut Seruni.Setelah menulis makanan dan minuman yang dipesan, Catra menyerahkan nota pesanan pada salah satu karyawan pecel lele. Sambil menunggu pesanan datang, Catra mengajak Seruni berbicara agar tidak bosan. Dia sekaligus ingin mencari tahu masalah yang sedang dihadapi oleh salah satu bawahannya itu.“Seruni, sekarang kamu bisa ceritakan masalahmu. Santai saja, anggap aku ini temanmu,” pinta Catra sambil menyentuh tangan Seruni yang ada di atas meja.“Saya tidak punya masalah apa-apa, Pak,” sangkal Seruni seraya menarik tangan yang disentuh oleh Catra. Dia merasa tak nyaman dengan sentuhan tersebut. Namun pria berkacamata itu menahan tangan S
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya
Bab 5
Seruni menggeleng. “Bukannya saya tidak mau, Pak. Tapi saya tidak enak dengan teman-teman yang lain. Masa cuma saya yang makan siang dengan Pak Catra,” ungkapnya.Pria berkacamata itu tersenyum. “Kamu tenang saja. Besok aku cari alasan biar kita bisa keluar bersama.”“Apa tidak akan jadi masalah, Pak?” Seruni merasa ragu dengan apa yang akan atasannya itu lakukan.Catra menggeleng. “Kenapa harus jadi masalah? Tinggal bilang saja mau follow up konsumen yang hari ini datang. Janji ketemu besok siang di rumah atau kantornya. Selesai ‘kan masalahnya,” ucapnya dengan enteng.“Wah Pak Catra hebat, langsung bisa menemukan alasan yang tepat.” Seruni mengacungkan dua jempol pada atasannya. Merasa kagum pada pria berkacamata itu.Catra pun tertawa kecil mendapat pujian dari bawahannya itu.“Terima kasih atas tumpangannya, Pak,” ucap Seruni kala mobil Catra sudah tiba di depan rumah orang tuanya.“Sama-sama,” sahut Catra sambil melepas sabuk pengamannya.Melihat apa yang dilakukan oleh sang atas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya
Bab 6
Seruni seketika menoleh pada Catra. “Pak Catra mau mengajak saya makan di sana? Kenapa tidak di warung makan biasa saja, Pak?” cecarnya.“Kita pasti ga akan nyaman ngobrol kalau di warung makan biasa. Orang lain bisa dengar apa yang kita bicarakan. Gimana kalau di hotel saja biar lebih privat?” sahut Catra.Netra Seruni sontak membola. “Apa? Di hotel?” Dia sampai berteriak karena terkejut.Catra mengangguk. “Iya, di hotel. Kamu pasti pernah pergi ke hotel sama mantan tunanganmu ‘kan?” Pria berkacamata itu mengerling sekilas ke samping kirinya.“Ba-bagaimana Pak Catra tahu?” Sekali lagi Seruni dibuat terkejut oleh atasannya itu.Catra tersenyum miring. “Mendengar sifat mantan tunanganmu, pasti dia sudah mengambil banyak hal dari kamu. Selain uang, perhatian, termasuk mungkin, maaf, mahkotamu.”Pria berkacamata itu lagi-lagi membuat Seruni terperanjat. Bagaimana Catra bisa tahu hal itu? Apa terlihat jelas kalau dia bukan lagi perawan?“Karena kamu diam, berarti apa yang aku katakan bena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya
Bab 7
Seruni dan Catra seketika menoleh ke arah Panca. Keduanya tak dapat menyembunyikan keterkejutan mereka. Sungguh hal itu sama sekali tak diduga.Catra kemudian berdiri. Manajer pemasaran itu terlihat lebih tinggi dari Panca saat mereka berdiri berhadapan."Maaf, Anda siapa? Kenapa tiba-tiba marah pada kekasih saya?" cecar Catra yang berperan dengan sangat baik sebagai kekasih Seruni.Panca membelalakkan mata begitu mendengar ucapan Catra. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya sampai harus bertanya untuk memastikan. "Apa? Seruni kekasih Anda?"Catra mengangguk. "Ya, benar. Seruni adalah kekasih saya. Kenapa? Anda bermasalah dengan hal itu?"Panca gegas menggeleng. "Sudah berapa lama Anda pacaran dengan dia?" Pria itu sekilas melirik pada mantan tunangan yang tampak semakin cantik saja di matanya."Itu privasi kami. Anda tidak berhak tahu," sahut Catra dengan tenang. Pria berkacamata itu sama sekali tidak tampak grogi menghadapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya
Bab 8
"Seruni, balas dendam pertamamu sudah berhasil," ucap Catra saat Panca sudah pergi meninggalkan rumah makan."Terima kasih atas bantuannya, Pak," sahut Seruni dengan mata berbinar-binar. Rasa sakit hati yang dirasakan akibat pengkhianatan Panca setidaknya sedikit terbayar melihat mantan tunangannya itu mati kutu di hadapan Catra.Memang pria mok0ndo seperti Panca harus mendapat balasan yang setimpal karena biasanya punya banyak k0rban. Mengatasnamakan cinta di atas perbuatan yang dilarang agama dan juga norma. Memanfaatkan kep0losan seorang wanita demi mendapatkan apa yang diinginkan."Kamu pasti senang 'kan melihat mantan tunanganmu kelimpungan seperti tadi?" Catra menatap Seruni yang wajahnya berubah ceria setelah sebelumnya sempat tegang.Seruni mengangguk. "Tentu saja saya senang, Pak. Baru kali ini saya lihat dia tidak berkutik seperti tadi. Sekali lagi terima kasih, Pak."Catra tersenyum. "Senang boleh, tapi jangan lupa makan biar tetap kuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya
Bab 9
Sabtu malam, Seruni pergi makan malam dengan Catra. Malam ini dandanannya berbeda dari biasanya. Dia mengenakan sheat dress atau gaun terusan pas badan yang menunjukkan lekuk tubuhnya. Gaun selutut warna putih dan tanpa lengan itu membuat Seruni tampak semakin menarik. Agar tidak terlalu terbuka dia menambahkan blazer selutut dengan warna senada.Seruni memakai high heels dan tas tangan warna putih untuk melengkapi penampilannya. Riasan wajah yang biasanya natural, sekarang tampak lebih mencolok tapi tidak terlihat berlebihan. Rambut panjang yang tadi sudah dicatok, dibiarkan terurai begitu saja.Sebelum pergi, dia memastikan lagi penampilannya di depan cermin kamar. Setelah yakin tampilannya sudah paripurna, wanita berusia 25 tahun itu pun keluar dari kamar.Seruni sangat terkejut saat melihat Catra duduk di ruang tamu dan sedang mengobrol dengan bapaknya. “Pak Catra, kok di sini?” Dia refleks bertanya begitu bertatapan dengan atasannya itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya
Bab 10
“Selamat malam. Selamat datang, Tuan dan Nyonya,” sapa seorang resepsionis restoran yang menyambut kedatangan mereka dengan ramah.“Selamat malam juga. Terima kasih,” sahut Catra.“Meja untuk berapa orang, Tuan?” tanya resepsionis tersebut.“Saya kemarin sudah reservasi atas nama Seruni Jayanti,” jawab Seruni.“Mohon ditunggu sebentar, saya cek terlebih dahulu.” Resepsionis itu kemudian membuka tablet yang dipegangnya. “Mari saya antar ke meja Tuan dan Nyonya,” ucapnya setelah mengecek daftar tamu yang sudah melakukan reservasi.Catra dan Seruni kemudian mengikuti resepsionis itu. Tanpa Catra duga, mereka diantar ke sebuah ruangan. Ternyata Seruni memesan ruang privat untuk mereka makan malam.“Silakan duduk, Tuan dan Nyonya,” cakap wanita yang mengenakan setelan blazer itu.Catra menarik kursi lalu meminta Seruni duduk di sana. Setelah itu dia baru du
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status