Share

Dikhianati Tunangan, Dicintai Manajer Mapan
Dikhianati Tunangan, Dicintai Manajer Mapan
Penulis: Kokoro No Tomo

Bab 1

“Run, aku lihat Mas Panca di hotel sama cewek,” ucap Intan dari seberang telepon.

Seruni yang sedang bermalas-malasan di atas tempat tidur sontak bangun. Seketika badannya terasa dingin mendengar sang tunangan berada di hotel bersama wanita lain. “Kamu jangan bercanda, In,” sahutnya. Dalam hati dia berharap sahabatnya sejak SMA itu hanya bercanda dan menggodanya.

“Buat apa aku bercanda, Run. Demi Allah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri,” jelas Intan.

Seruni merasakan jantungnya berdebar semakin kencang. “Memangnya kamu sekarang di mana kok bisa lihat Mas Panca di hotel?” tanyanya berusaha tetap tenang.

“Aku lagi ngantar keponakanku berenang di hotel. Pas aku datang dia baru keluar dari restoran terus berjalan ke lift. Berarti dia menginap di sini ‘kan. Aku pikir tadi sama kamu, tapi setelah benar-benar aku perhatikan ternyata bukan kamu. Mana mereka rangkulan mesra banget, Run,” jawab Intan.

“Memangnya kamu sudah putus sama Mas Panca?” tanyanya kemudian.

Seruni menggeleng meskipun Intan tidak bisa melihatnya. “Aku belum putus sama Mas Panca. Malah sedang merencanakan lamaran setelah beberapa waktu lalu kami tunangan. Orang tuaku akhirnya setuju aku nikah sama Mas Panca setelah perjuangan panjang kami mendapatkan restu,” jawabnya.

“Oh ya, In, kamu yakin itu Mas Panca? Jangan-jangan hanya mirip saja.” Dia masih belum percaya pada informasi yang diberikan oleh sahabatnya.

“Aku yakin banget, Run. Kalau kamu tidak percaya datang saja ke sini.” Intan kemudian menyebutkan nama hotel dan juga alamatnya.

“Aku akan coba minta rekaman CCTV biar kamu tidak menganggap aku bohong. Kebetulan aku kenal sama manajer hotel ini,” sambungnya.

“Ya, aku akan ke sana setelah mandi,” putus Seruni setelah berpikir beberapa saat.

“Oke. Aku tunggu. Kamu naik ojol atau taksi saja, Run. Jangan bawa motor sendiri kalau ke sini,” pesan Intan yang mengkhawatirkan keselamatan sang sahabat bila membawa kendaraan sendiri.

“Iya, nanti aku naik ojol. Aku siap-siap dulu.” Tanpa menunggu jawaban sang sahabat, Seruni mengakhiri panggilan itu secara sepihak. Dia melempar asal ponsel pintarnya di atas tempat tidur.

Seruni menyandarkan punggung di tembok kamar. Untuk yang ke sekian kalinya dia dikhianati oleh kekasihnya. Kenapa nasibnya selalu buruk dalam percintaan? Setiap kali dekat dan pacaran dengan pria pasti berakhir dengan pengkhianatan. Apa memang kesetiaan itu sudah tidak ada lagi di dunia ini?

Panca, pria yang dua tahun terakhir menjalin hubungan dengannya juga mengkhianatinya. Padahal mereka sudah bertunangan dan sedang merancang acara untuk lamaran serta pernikahan setelah berhasil mendapatkan restu dari kedua orang tua.

Bapak dan ibu Seruni awalnya memang tidak setuju putri mereka berpacaran dengan Panca karena menganggap pria itu bukan pria yang baik. Namun karena Seruni bersikeras meyakinkan kalau Panca adalah calon suami yang baik dan dia idamkan, akhirnya mereka memberikan restu. Apalagi Panca juga selalu menunjukkan itikad baik dan keseriusannya di depan kedua orang tua Seruni.

***

Seruni akhirnya tiba di hotel yang disebutkan oleh Intan. Dia lantas menghubungi sahabatnya itu. “In, kamu di mana? Aku sudah di lobi,” ucapnya setelah Intan menjawab panggilannya.

“Tunggu sebentar. Aku ke sana,” sahut Intan dari seberang telepon.

Seruni pun memutuskan duduk di lobi sambil menunggu sahabatnya datang. Tak lama kemudian Intan datang bersama seorang pria tinggi dan gagah yang mengenakan setelan jas dan membawa alat komunikasi di tangannya. Dia merasa seperti pernah melihat pria itu, tapi entah di mana. Yang jelas pria itu bukan kekasih Intan.

“Run, kenalkan ini Mas Bagas, manajer hotel ini yang kebetulan kakak sepupuku. Dia tadi yang tadi membantuku melihat rekaman CCTV Mas Panca dan wanita itu. Kalau tidak ada Mas Bagas mungkin aku tidak akan bisa melihat rekaman CCTV karena tidak boleh diakses oleh sembarang orang. Ada untungnya kenal sama orang dalam yang punya kedudukan.” Intan menjelaskan pada Seruni tanpa diminta.

Seruni tersenyum pada pria yang bernama Bagas itu. Dia mengulurkan tangan kanan, mengajak bersalaman sebagai tanda sopan santun. “Saya Seruni. Terima kasih atas bantuannya, Pak,” ucapnya saat mereka berjabat tangan.

“Sama-sama,” sahut pria itu dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampannya.

“Maaf kalau saya menanyakan hal yang pribadi. Apa pria yang di CCTV itu pacarnya Mbak Seruni?” tanya sang manajer hotel pada sahabat adik sepupunya. Meskipun usia Seruni lebih muda, dia tetap harus bersikap sopan.

“Iya, Mas. Mereka sebenarnya sudah tunangan dan mau menikah, tapi malah ada kejadian seperti ini,” beber Intan. Gadis itu lantas menyerahkan gawainya pada sang sahabat.

“Ini tadi aku ambil video rekaman CCTV-nya, Run. Kamu bisa lihat sendiri itu Mas Panca beneran atau bukan,” ucapnya.

Dengan jantung berdebar, Seruni menerima gawai Intan. Tangannya sedikit gemetar saat melihat video yang diputar di layar ponsel pintar itu. Mendadak bibirnya kelu dan hatinya teriris-iris melihat video tunangannya berangkulan dengan wanita lain. Dari gestur tubuh keduanya, terlihat jelas kalau mereka tidak hanya berteman biasa.

“Benar Mas Panca ‘kan itu?” tanya Intan karena sahabatnya tak juga berbicara.

Seruni hanya mengangguk lemah. Wanita itu langsung menjatuhkan diri di sofa karena tiba-tiba tubuhnya sudah tak bertenaga. Siapa pun pasti akan syok saat mendapati pasangannya berselingkuh.

“Run, kamu gapapa ‘kan?” Intan seketika panik melihat wajah pucat sang sahabat.

Sekali lagi Seruni hanya menjawab dengan gelengan kepala. Bibirnya bahkan terlalu lemas untuk sekedar membuka. Dia berusaha menguasai diri dengan memejamkan mata dan mengambil napas panjang kemudian mengembuskannya dengan pelan.

“Apa kalian ingin ke kamar di mana pria itu menginap?” Manajer hotel itu tiba-tiba memberikan penawaran.

“Apa boleh, Mas?” Intan justru yang tampak bersemangat, sementara Seruni masih tetap diam. Wanita itu tak ingin terlihat lemah meskipun pada kenyataannya hatinya sudah hancur lebur. Dia berusaha menahan agar air matanya tak sampai keluar.

“Boleh asalkan tidak sampai membuat keributan dan membuat tamu yang lain tidak nyaman,” jawab sang manajer hotel.

“Run, ayo kita ke kamarnya Mas Panca.” Intan mengajak sahabatnya dengan penuh semangat.

“Buat apa, In?” Seruni akhirnya bersuara meskipun terdengar pelan.

“Ya melabrak dia sama selingkuhannya lah. Masa iya kamu mau ikutan indehoy sama mereka,” tukas Intan yang merasa gemas pada sahabatnya yang hanya terlihat pasrah.

“Tapi kita ga boleh buat keributan, In. Ingat ‘kan apa yang dikatakan Mas Bagas tadi.” Seruni mengingatkan sang sahabat.

“Melabraknya dengan elegan dong, Run, jangan pakai gaya bar-bar. Kalau kamu tidak mau, biar aku saja yang melakukannya,” sahut Intan yang ikut emosi karena sahabatnya sudah dikhianati.

 “Keponakanmu gimana?” Seruni tiba-tiba ingat kalau sahabatnya itu sedang mengantar keponakannya berenang di hotel tersebut.

“Aman. Dia sama mamanya kok. Ada teman-temannya juga. Tadi aku udah izin sama kakakku mau ngurus sesuatu,” jelas Intan.

“Ayolah, Run. Jangan banyak alesan. Pria kaya Mas Panca itu harus dapat pelajaran biar ga seenak hati mempermainkan hati wanita. Apalagi kalian berencana menikah, bisa-bisanya malah indehoy sama wanita lain.” Intan semakin gemas pada Seruni yang enggan bertindak.

“Mas Bagas, tolong antar aku ke kamar pria berengsek itu. Biar aku yang melabrak kalau temanku ini tidak mau.” Indah lantas beralih pada manajer hotel yang sejak tadi menyimak pembicaraan dua sahabat itu.

“Ayo aku antar.” Manajer hotel itu kemudian mengajak Intan pergi ke kamar Panca.

“Tunggu!” teriak Seruni.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status