"Aku bakal beri kamu uang, berapa pun yang kamu minta pasti aku kasih. Tapi ...." Gama menghela napas berat. "Anda tidak perlu merasa bersalah, Pak. Saya sudah memaafkan Anda, meskipun itu hal berat. Saya tahu kalau Anda melakukannya tidak sadar, apalagi pengaruh alkohol, tapi kalau Anda mau kasih saya uang sebagai bentuk tanggung jawab, saya bakal terima karena saya memang sedang butuh." Bunga salah paham. Wanita itu pikir Gama merasa bersalah karena sudah merenggut keperawanannya, dan sebagai tanggung jawabnya pria itu memberikan sejumlah uang, nyatanya Gama malah menginginkan Bunga sebagai simpanannya. Lalu, apa Bunga akan menerimanya begitu saja sedangkan pria itu saja sudah memiliki istri yang sangat seksi? Atau bahkan menolaknya?
Lihat lebih banyak"Kamu tahu kalau istri kamu itu hamil?"Gama tersenyum menyeringai, mencengkram ponsel itu dengan erat. Saat ini dia sedang berbicara dengan Gunadi melalui telepon.Entah mengapa tiba-tiba Gunadi berbicara seperti itu, dan apa alasan Sofia mengatakan hal itu pada Gunadi? Apa karena tidak terima karena dirinya meminta cerai?"Papa yakin kalau itu anakku?""Kamu tanya sama Papa? Yakin? Kan kamu sendiri yang nanam benih," cibir Gunadi dari ujung sana.Gama mengacak rambutnya frustrasi. "Pa, aku udah bilang, aku nggak pernah sentuh Sofia. Mana mungkin itu anak aku, keputusanku udah bulat ya, mulai sekarang Papa nggak usah ikut campur lagi sama aku dan Sofia. Aku sama Sofia udah selesai, Pa.""Sofia?" Gunadi tertawa terbahak-bahak. "Emangnya Papa ada bahas dia?"Gama terdiam beberapa saat, mencerna apa yang barusan dia dengar. Apa maksud Gunadi?Lalu pandangan Gama beralih pada pintu kamar yang saat ini ditempati oleh Bunga istirahat.Apa mungkin yang dimaksud Gunadi adalah Bunga? Sial! Ba
"Bunga, kamu ... maaf aku baru bisa ngabarin kamu sekarang, semalam aku pulang ke rumah, mamaku sakit dan entah kenapa dia tiba-tiba manja banget sama aku, dia nggak mau aku tinggalin, alhasil aku nginep di sana, ponselku kehabisan daya. Aku minta maaf, aku dengar dari satpam kalau kamu habis kelahi sama Sofia, iya?"Bunga tersenyum kecut. Apa tadi kata pria itu? Mamaku ya? Sudah sangat jelas bukan kalau Bunga sama sekali tidak diharapkan dalam pernikahan ini?Bahkan selama mereka menikah pun Bunga sama sekali tidak pernah dikenalkan oleh keluarga Gama. Entah, Bunga juga bingung kenapa dia harus mempermasalahkan ini sekarang, padahal sudah jelas-jelas pernikahan mereka didasari karena terpaksa.Argghh! Bunga benci dengan situasi ini, dia heran kenapa berubah menjadi serakah?"Aku nggak papa," sahutnya ketus."Aku tahu kamu marah, aku minta maaf atas perlakuan Sofia. Kamu habis dari mana, kok baru pulang?"Bunga tak menjawab, dia hanya bisa geleng-geleng kepala. Stok kesabarannya kali
Hingga pagi menjelang, Bunga masih berharap jika Gama akan menjemputnya. Kenyataannya? Menghubungi dirinya saja tidak, boro-boro untuk menghampiri dirinya ke sini.Sebenarnya Gama pergi ke mana? Kenapa menjadi tanda tanya besar laki-laki itu tiba-tiba menghilang?Bunga hanya bisa menghela napas berat, dilihatnya sudah jam delapan pagi, kondisinya juga sudah lumayan membaik, dan dia juga sudah diizinkan pulang karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.Dokter hanya berpesan jika dia harus menjaga kandungannya sebaik mungkin, untuk biaya rumah sakit pun Bunga juga sudah membayarnya sendiri, untungnya waktu itu dia masih mengingat dompetnya, jaga-jaga untuk keperluan mendadak, dan ternyata benar. Bunga berjalan menuju koridor rumah sakit, sesekali mengecek ponselnya, berharap Gama menghubunginya, sayangnya nihil."Apa sebegitu nggak penting aku bagimu, Mas? Sampai-sampai aku nggak ada di rumah pun kamu sama sekali nggak peduli," gumam wanita itu tersenyum miris.Sesampainya Bunga d
"Beneran nggak apa-apa?"Bunga mengangguk. "Iya, nggak papa kok."Ayu berdecak sebal. Tadi dia kembali datang ke rumah Gama karena ada barang yang menurutnya sangat penting tertinggal, tidak tahunya malah dia melihat adegan yang tampak sangat mengerikan.Beruntungnya Ayu langsung sigap menolong Bunga. Sofia? Wanita itu langsung kabur ketika Ayu berteriak ada perampok."Suami kamu mana? Kok dia nggak bantuin kamu waktu kamu diginiin sama istrinya?" tanya Ayu sewot."Dia ada kerjaan.""Kerjaan apa kerjaan? Dasar banyak alasan dia itu. Coba seandainya kalau aku nggak datang, nggak tahu apa yang bakal terjadi sama kamu, bahkan nyawa anakmu juga dipertaruhkan. Aku udah ingetin kamu dari dulu, jangan pernah berurusan sama orang kaya, lihat nih akibatnya. Ini belum seberapa loh, Bunga."Bunga tampak manggut-manggut. Iya, dia setuju dengan kalimat Ayu.Ini belum seberapa, dan ini baru Sofia yang melakukannya, belum lagi seorang Gunadi. Ya, memang itu resikonya ketika dia memutuskan bertahan d
"Ayo ke rumah sakit."Bunga menggeleng seraya tersenyum. "Aku udah mendingan, emangnya nggak lihat ya kalau aku udah baik-baik aja?"Gama menghela napas. Dia memang melihat wajah Bunga sudah tampak segar. Namun, tetap saja dia masih khawatir. Apalagi meskipun Bunga sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa, tak bisa dipungkiri kalau wajah wanita itu masih terlihat begitu pucat. Mana tega pria itu melihatnya."Kamu yakin udah baik-baik aja?" tanya Gama penuh keraguan.Bunga mengangguk. "Yakin, buktinya aku udah nggak ngeluh-ngeluh lagi, kan? Nggak yang kayak kemarin-kemarin. Mas tenang aja, aku udah nggak papa kok," ujar wanita itu meyakinkan.Bunga berusaha keras menolak, agar tak ketahuan oleh Gama bahwa saya ini dia sedang mengandung anak dari pria itu."Kalau ada apa-apa bilang aku ya, kita langsung ke rumah sakit.""Aku nggak apa-apa, Mas. Ya Tuhan."Gama memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kamu aja deh. Dasar wanita keras kepala. Aku mau pergi dulu, agak lama. Kalau butu
"Nih, aku beliin dari yang murah sampai yang mehong. Tes aja semuanya kalau kamu ragu," ucap Ayu seraya memberikan kantung plastik berwarna hitam pada Bunga."Banyak banget, Yu.""Iya, kalau yang biasa takutnya nggak valid, makanya aku beli semua aja. Yakin deh itu, pasti di antara semua itu ada yang valid. Aku belum pernah pakai yang beginian, jadi kurang info. Intinya kalau garis dua ya tandanya hamil. Kamu coba aja deh sana.""Caranya gimana?" tanya Bunga bingung.Ayu berdecak malas. "Masa gini-gini harus dikasih tahu sih. Kamu itu udah bukan anak TK lagi, Bunga. Gimana sih kamu ini. Ambil sample taruh di cup kecil, nanti kamu cobain semua testpack ini, masukin satu-satu."Bunga manggut-manggut. "Oke, aku ke kamar mandi dulu kalau gitu. Kamu duduk-duduk aja dulu, kalau mau bikin minum bisa ke dapur sendiri ya, nggak apa-apa, kan?"Ayu mengernyit heran. "Hah? Nggak salah dengar? Ini rumah gede banget loh, Bunga. Masa kamu nggak punya pembantu?" tanya Ayu tak habis pikir."Pembantu a
"Kamu hamil, Bunga?"Pertanyaan itu terus terngiang di telinga Bunga.Hamil? Bunga tidak pernah berpikir sejauh itu. Namun, jika suami istri sering berhubungan bukankah itu suatu hal wajar jika bisa hamil?Semua ciri-ciri yang dia rasakan memang mengarah ke kehamilan, itulah yang sedari tadi dia baca di internet, tapi hatinya masih menyangkal, masih bersikeras kalau dirinya tidak hamil.Di internet mengatakan bisa saja itu hamil atau bisa juga asam lambungnya kambuh, bisa juga yang lain.Bukannya pikirannya semakin terang, yang ada malah tambah ruwet karena membaca artikel yang masih simpang siur itu.Jalan satu-satunya Bunga memang harus membuktikan sendiri untuk pergi ke dokter atau membeli testpack.Sial! Dia lupa kalau kondisinya saat ini masih lemas, untuk bangun dari tidurnya saja kepalanya terasa berkunang-kunang. Bagaimana caranya dia bisa pergi ke apotek sedang keadaan dirinya saja masih seperti ini."Apa aku minta tolong aja ya sama Mas Gama?" Kepala Bunga seketika menggelen
Akhir-akhir ini Bunga kurang enak badan, bawaannya selalu pusing dan juga mual. Dia sudah mencoba meminum obat, memang ada efeknya, tetapi pada akhirnya rasa sakit itu timbul lagi.Ini sudah hari ketujuh Bunga merasakan sensasi kepala sakit yang tak berkesudahan, tidak berselera makan, dan juga muntah-muntah.Dan selama satu Minggu pula Bunga tampak bermalas-malasan, untungnya Gama tak mempermasalahkan hal itu, pria itu malah tampak khawatir, beruntungnya Bunga selalu mengatakan kalau dia baik-baik saja, hanya kelelahan atau tidak enak badan.Tidak ada yang perlu dicemaskan karena penyakit yang dialami Bunga memang tidak terlalu serius."Kamu beneran nggak papa? Kita ke rumah sakit atau panggi dokter ke sini?" tawar Gama, laki-laki itu tengah memasang dasi.Biasanya Bunga yang memakaikannya, tapi kali ini dia melakukannya sendiri. Sebenarnya cukup repot, karena dia sudah terbiasa dilayani oleh Bunga. Namun, apa boleh buat? Wanita itu saat ini sedang tergolek lemah di ranjang."Nggak u
Gama mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Kejadian tadi malam terus terngiang-ngiang.Bercinta? Bukan! Melainkan permintaan Bunga yang tidak masuk akal.Biasanya wanita itu melayaninya dengan suka rela. Namun berbeda dengan tadi malam.Bukan berarti Gama tidak rela memberikan uang pada Bunga. Dia ikhlas, hanya saja Gama curiga kalau Bunga memiliki niat terselubung."Permisi, Pak."Gama mengalihkan atensinya, dia menatap Adit dalam diam. Sedangkan Adit yang sudah paham perangai Gama pun langsung menjelaskan sesuatu tanpa diminta."Saya sudah berusaha mencari cctv di tempat kejadian, tapi sepertinya sudah dihapus, Pak."Sudah Gama duga, ternyata Gunadi selicik itu, dan sepertinya Gunadi tahu kalau selama ini Gama sedang memantau gerak-geriknya.Gama yakin, perubahan drastis Bunga pasti ada sangkut pautnya dengan pembicaraan Bunga dan Gunadi waktu itu."Kira-kira mereka bahas tentang apa ya? Apa ada kerjasama buat hancurin aku?" celetuk Gama tanpa sadar.Adit berjengit kaget, dia tidak salah
"Kamu bentar lagi gajihan, kan? Adek kamu mau lulus, Ibu minta uang ya buat bayar kelulusan sama buat bayar biaya pendaftaran."Bunga menatap koper di depan lemari dengan senyum miris. Awalnya dia berencana untuk mengundurkan diri. Namun, mendengar keluh kesah ibunya dia jadi ragu apakah keluar dari pekerjaan ini keputusan yang tepat?Ya, Bunga memutuskan untuk berhenti karena melihat kondisinya sudah tidak aman. Majikannya itu sering kali bertengkar, entah apa penyebabnya. Itulah yang membuat Bunga tidak nyaman untuk melanjutkan bekerja di sini, karena menurut Bunga, mentalnya juga ikut-ikutan terganggu karena terlalu sering mendengar teriakan, umpatan kasar, dan juga barang pecah.Bisa-bisa nanti dirinya ikut terkena akibat dari pertengkaran sang majikan."Kok diam? Kamu nggak mau bantu Ibu ya, Bunga?” Ibunya kembali berkata. “Terus kalau bukan kamu siapa lagi yang bakal Ibu andalkan? Ayah kamu baru aja dipecat. Katanya pengurangan karyawan karena bentar lagi proyeknya udah selesai....
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen