Kehidupan miskin dan selalu menjadi bahan hinaan semua orang, bekerja sebagai penjual ikan karena suamiku bekerja seperti itu. Tetapi ada hal aneh yang membuatku heran. Mas Giora terlihat tenang ketika dihina seperti itu. Apa yang membuat dia setenang itu? Beberapa orang terlihat mengintai rumah kami secara diam-diam. Siapakah mereka? apa ini ada hubungannya dengan suamiku? Sebenernya siapa suamiku? Apalah dia menyimpan rahasia yang aku ketahui?
Lihat lebih banyakHari berikutnya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa di dalam sebuah kamar. Berusaha untuk kabur pun tidak bisa. Aku hanya berharap Serin akan segara menemukan aku. Sampai tiba-tiba pintu terbuka dan muncul dua orang wanita yang datang bersama dengan ibu. "Ibu."Aku terbangun dalam keadaan bingung, melihat pintu yang terbuka lebar. Kecemasan dan harapan bercampur aduk dalam diriku. Tanpa berpikir panjang, aku berusaha untuk melarikan diri. Namun, saat aku melangkah, tanganku tiba-tiba ditarik dengan kasar oleh ibuku."Jangan berusaha untuk kabur, di luar akan banyak orang," katanya dengan nada tegas.Pernyataan itu membuatku tertegun. "Apa maksudnya?" tanyaku, rasa ingin tahuku semakin membara. Aku menatapnya, mencari jawaban di wajahnya yang tampak cemas.Namun, ibuku hanya terdiam, matanya menghindar dari pandanganku. Dia tidak memberi penjelasan, dan semakin lama aku semakin bingung. Apa yang sebenarnya terjadi di luar? Kenapa ia begitu takut? Perasaan terjebak menghimpitku, membuat
Aku berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah ibu, pikiran melayang ke kenangan-kenangan masa lalu. Angin berhembus lembut, namun suasana hatiku terasa berat. Tiba-tiba, dari kejauhan, aku melihat sosok yang membuatku terhenti sejenak. Martin, teman lama yang selalu bisa mengusik ketenanganku."Lisa, kamu masih ingat yah dengan ibuku?" tanyanya, nada suaranya mengandung kepalsuan yang kutangkap dengan cepat."Bukan urusan kamu, Martin!" balasku, berusaha menahan nada sinis yang tak bisa kuhindari. Keberadaannya selalu mengingatkanku pada masa-masa sulit, saat hubungan keluargaku masih rumit. Dia terus mendekat, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa ingin tahu yang berlebihan.Martin tertawa terbahak-bahak, suaranya menggema di sepanjang jalan sepi itu. Tawa itu bukan hanya konyol, tetapi penuh penghinaan. "Hahaha, kamu masih saja sombong. Suamimu sudah masuk penjara sekarang. Jadi aku bisa bebas mendekati," katanya, dengan senyum yang semakin memperlihatkan niat jahatnya.Ketika dia
Setelah pertemuan yang menegangkan dengan Mas Giora, aku dan Serin memutuskan untuk kembali ke apartemen. Dalam perjalanan, suasana terasa canggung, banyak pikiran mengganggu benak kami. Sesampainya di apartemen, Serin membuka pintu. “Ayo masuk,” ujarnya, tetapi ada nada cemas dalam suaranya. Aku melangkah masuk, merasakan hawa dingin yang aneh. Begitu pintu tertutup, kami segera menyadari sesuatu yang tidak beres. Lampu di ruang tamu menyala terang, padahal kami yakin sudah mematikannya sebelum pergi. Kami saling pandang, bingung. “Apakah kamu menghidupkannya?” tanyaku, suara bergetar. Serin menggelengkan kepala, wajahnya pucat. “Tidak. Kita pasti sudah mematikannya.” Kami melangkah perlahan ke ruang tamu, perasaan tegang menjalari setiap langkah. Bayangan-bayangan di dinding tampak bergerak, dan suara berisik dari dalam apartemen seolah memanggil kami. “Apa yang terjadi?” Serin berbisik, suaranya hampir tak terdengar. Di antara keraguan dan rasa takut, kami tahu kami harus me
Aku sudah melaporkan semua kejahatan beserta bukti tentang suaminya Hani yang membakar rumahku. Sejujurnya aku sama sekali tidak menyangka dengan hal ini. Bahkan aku tidak habis pikir kalau semuanya akan jadi seperti ini. Aku juga awalnya tidak menyangka sama sekali. "Sudah selesai?" ujar Serin menghampiri aku. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, aku senang karena semuanya sudah selesai. Tidak ada yang dikhawatirkan lagi untuk sekarang.""Syukurlah kalau begitu.""Sekarang kita temui suami kamu," ajak Serin. Aku tersenyum ketika mendengar hal tersebut. Terlebih semuanya sudah berjalan dengan baik. Leon tidak tahu harus berbuat apalagi setelah ini. Dia memang melakukan semuanya dengan baik. Sampai tak lama kemudian, dia teringat akan sesuatu sekarang. "Tunggu dulu.""Kenapa?" tanya Serin sambil melirik kearah diriku. "Semua laporan tentang suaminya Hani tengah di proses. Tapi bagaimana aku memberitahu Mas Giora.""Kamu takut memberitahu Mas Giora kalau rumah kamu t
Aku berkeliling melihat bekas kebakaran ini, beruntung aku dan Mas Giora sedang tidak ada di rumah, jadi tidak ada korban. "Aduh kasian sekali gubuknya terbakar." Hani mengatakan itu sambil tertawa dengan puas. Dia paling senang kalau melihat aku yang menderita seperti ini. "Diam kamu," balasku. "Sekarang kamu tidak punya rumah lagi," hina Hani sambil melihat kearahku. Memang aku sudah tidak punya tempat tinggal lagi sekarang. Apa yang dikatakan oleh Hani memang benar, sebelum akhirnya Serin merangkulku. "Kata siapa Lisa tidak punya rumah lagi? Giora punya rumah banyak asal kamu tahu," ujar Serin. Hani yang mendengar itu pun malah tertawa. "Memangnya aku tidak tahu kalau dia hanya penjual ikan saja. Mana mungkin kalau dia punya rumah banyak. Jangan mimpi!" Benar juga yang dikatakan oleh Hani, Serin sampai mau berbohong hanya untuk membelaku. "Terserah kalau tidak percaya, ayo Lisa kita pergi dari sini," ajak Serin. Aku hanya mengangguk saja, kita berdua akhir
Aku senang karena Tomas sudah berhasil kabur dari ibunya yang jahat itu. Semoga saja Tomas tidak akan tidak akan tertangkap lagi nanti. "Lisa, ngapain kamu senyum-senyum?"Aku baru menyadari kalau Serin baru saja masuk ke dalam ruanganku, aku tersenyum sambil melirik kearah dirinya. Dia mau datang ke tempat ini saja sudah membuat aku merasa senang. "Ada berita bagus. Tadi Tomas menghubungimu dan aku yang mengangkat teleponnya," kataku membuat Serin terkejut. "Tomas sudah sadar?" kata Serin yang kini terlihat bahagia. Terlebih kalau sampai Tomas bisa selamat, ini akan sangat menguntungkan untuk dirinya. "Iya, dia sedang bersembunyi dan ingin memberimu kabar tadi.""Terus dia di mana sekarang?" "Tadi bilangnya di jalan mustika lagi bersembunyi dari ibunya. Pas aku bilang butuh bantuan biar kita ke sana, tetapi Tomas menolaknya, dia bilang akan menghadapinya nanti bersama dengan para anak buahnya," terangku. "Kamu sudah memberitahu tentang keadaan suamimu yang masuk penjara itu?" t
Serin memelukku dan dia berusaha untuk membuat aku merasa tenang sekarang. Dia tahu kalau aku tengah bersedih sekarang. "Ada apa sebenarnya Lisa?" tanya Serin yang sepertinya merasa penasaran dengan kejadian ini. Aku hanya bisa menangis dalam pelukannya. Sejujurnya aku sendiri pun tidak tahu harus jadi seperti ini. Bahkan tidak mungkin melakukan kesalahan. "Rumahku terbakar, aku tidak tahu harus tinggal di mana lagi sekarang," kataku sambil menangis dalam pelukan Serin. Serin nampak terkejut dengan semuanya. Bahkan aku sendiri pun tidak tahu harus melakukan apalagi setelah ini. "Terbakar? Bagaimana bisa?" tanya Serin yang sedikit marah. "Aku juga tidak tahu, Serin. Mengapa semuanya bisa terjadi seperti ini.""Yaudah kalau begitu, kamu tenang dulu okeh, lebih baik kamu fokus kepada kesehatanmu sekarang. Aku akan berusaha untuk menyelidiki semuanya," kata Serin. "Kamu yakin Serin?" tanyaku pada Serin. "Aku akan menyuruh anak buahnya Tomas menyelidiki ini," ujar Serin. Aku hanya
Kepalaku rasanya sedikit sakit, sampai aku menyadari kalau ini berada di rumah sakit. Aku memegangi kepalaku yang sepertinya diperban. 'Apa yang terjadi?'"Kamu sudah sadar, Lisa?" tanya Serin padaku. Seketika aku teringat dengan kejadian waktu aku tertabrak oleh mobil, aku tidak menyangka kalau akan jadi seperti ini. "Berapa lama aku di sini?" tanyaku pada Serin. "Baru sekitar 9 jam. Kamu tertabrak mobil, beruntung tidak terjadi hal yang buruk. Pelakunya sampai sekarang belum tertangkap, tim kepolisian tengah menyelidiki plat nomor mobil orang tersebut," terang Serin memberitahuku. Aku hendak akan bangun, tetapi Serin mencegahku sekarang. "Kamu masih sakit, Lisa. Lebih baik kamu diam dulu di sini.""Aku ingin pulang," kataku dengan nada yang masih kesal.Mengingat Mas Giora berbohong padaku, membuat aku malah semakin kecewa dengan dia. Harusnya Mas Giora mengatakan saja kalau Nia itu bukan Iparnya tetapi istri dari Adrian. "Lisa, kamu harus menjaga kondisi kesehatan kamu sekara
Sesuai janji yang kemarin, sekarang aku bersama dengan Serin sudah berada di rumah sakit. Kami berdua hendak akan ke ruangan tempat di mana Tomas berasa. "Kamu jangan emosi yah, ibunya Tomas memang begitu." Serin sudah mewanti-wanti aku, aku juga tahu kalau ibunya Tomas memang sedikit barbar. Bahkan aku sendiri pun tidak menyangka sama sekali. "Iya Serin. Kamu tahu tidak usah khawatir kalau tentang itu. Semuanya akan baik-baik saja.""Baiklah kalau begitu."Sampai kami berdua sudah berada di depan ruangan. Kita berdua hendak akan masuk. Baru juga membuka pintu, ruangan ini sudah kosong. "Ke mana Tomas? Kok ada di ruangannya?" tanyaku sambil menoleh kearah Serin yang ada di dekatku. Begitu pun dengan Serin yang kini malah terlihat panik. "kenapa Tomas tidak ada di tempatnya."Serin menghampiri Suster yang tengah membereskan ruangan tersebut. Lalu dia bertanya dengan panik. "Di mana pasien yang dirawat di sini sus?" tanya Serin. "Pasien yang dirawat di sini kebetulan tadi pagi su
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen