Share

Suami Tukang Ikan Ternyata Sultan
Suami Tukang Ikan Ternyata Sultan
Author: Manila Z

Bab 1 Penghinaan Untuk Suamiku

"Lisa! Suamimu cuma tukang ikan di pasar! Dia tidak berguna sama sekali, lebih baik mulai sekarang kamu tinggalkan saja dia!"

"Iya benar. Laki-laki seperti itu lebih baik tidak usah diurus."

Aku memutar bola mataku jengah ketika banyak orang yang bergosip tentang suamiku. Dalam hati, aku jelas tidak terima dengan hinaan-hinaan untuk suamiku dari mereka. Namun, aku tidak bisa membalasnya, karena bagaimanapun, itu adalah pekerjaan suamiku. Selain itu, aku segan memberi makan ego orang-orang di sekitarku, sehingga aku tetap memilih untuk diam.

"Kenapa diam, Lisa? Jangan anggap ucapan kami ini angin lalu, lho!" teriak salah satu tetanggaku mendekat. 

Lelah dengan ucapan mereka, aku pun mengepalkan tanganku dengan kuat. "Diam kalian semuanya, jangan membahas tentang suamiku! Kalian bicara kayak gitu ke suamiku, kayak suami kalian konglomerat saja!" umpatku dengan kesal.

"Lah? Meskipun suamiku bukan konglomerat, dia sudah membelikan aku kalung emas ini lho, Lisa. Dia sangat baik dan perhatian pada aku," kata Wita yang sekilas langsung memamerkan kalung emas yang dia punya.

Hani yang ada di sana pun langsung tersenyum dengan penuh arti. "Kamu lihat sendiri Lisa, suaminya Wita bisa membelikan kalung emas untuknya. Sedangkan kamu, jangankan kalung emas, cincin nikah pun kayanya sudah dijual kan?" ledek Hani sambil tertawa.

Wita yang melihat itu pun ikut menertawakan dengan puas, membuatku semakin emosi dengan perilaku mereka. 

Sebenernya aku merasa kesal, lalu aku menahan diri dan melihat ke arah Hani yang menertawakan aku.

"Kamu sendiri Hani, suamimu memberikan apa?" tanyaku pada Hani.

Aku bertanya demikian, karena aku tahu kalau suami Hani hanyalah seorang pedagang buah, tapi, mengapa wanita itu berlagak seperti sang suami punya sawah berhektar-hektar?

Hani terdiam sejenak, sebelum dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dia memperhatikan sesuatu kepada kami semuanya.

"Kamu pasti akan merasa iri dengan melihat ini," kata Hani yang mengeluarkan uang lembaran sekitar 10 lembar berwarna merah.

"Uang belanjaku sekitar 1 juta, suamimu yang penjual ikan itu pasti tidak akan sanggup memberikan uang segitu," hinanya.

Aku langsung terdiam, meringis dalam hati. Aku sadar, Mas Giora tidak pernah memberiku uang sebanyak itu. Bahkan, terkadang beliau suka tak makan demi memberikan jatahnya untukku.

Detik itu juga, aku langsung menelan air ludah, berusaha menahan air mata yang mulai terbendung di mataku. Kini aku sadar, bahwa apa yang mereka katakan benar, dan hidupku memang menyedihkan.

Aku terus menahan air mataku hingga muncul sosok yang aku pikirkan. Menyebalkannya, pria itu masih bisa tersenyum dengan tenang, membuatku seketika benci melihat ekspresi wajahnya. 

"Kalian berdua temannya Lisa?" tanya Mas Giora kepada Wita dan Hani.

Bukannya menjawab pertanyaan dari suamiku, Wita malah menertawakan penampilan suamiku, dan menatapnya dari atas hingga bawah. Wanita itu semakin terbahak kala melihat bahwa suamiku hanya mengenakan kaus oblong lusuh dan juga celana pendek yang sedikit bolong dengan sendal murahan. 

"Hahah, dasar laki-laki miskin, tidak berguna sama sekali! Kok bisa sih, Lisa tertarik sama pria berpenampilan kayak kamu? Lisa, lisa!"

Menambah kegaduhan, Hani ikut tertawa setelah melihat penampilan dari suamiku. Dengan tubuhnya yang sedikit bongsor, wanita itu bahkan mendorong bahu suamiku dengan keras hingga ia terjatuh.

"Dasar, jelek dan miskin! Harusnya kamu bersyukur karena Lisa mau dengan laki-laki tidak berguna seperti kamu!"

Tidak, itu sudah keterlaluan. Bagaimanapun, Mas Giora tetap suamiku, dan dia mencintaiku. Aku seharusnya sakit hati jika orang lain menghina suamiku sendiri. 

Aku pun berlari ke Mas Giora, menanyakan apakah ia baik-baik saja, lalu mengalihkan pandanganku ke Hani. "Heh Hani! Asal kamu tahu aja, suamimu ngasih kamu uang belanja segitu hasil gestun!" 

Aku menyaksikan wajah Hani yang berubah menjadi masam, namun, bukannya Hani yang marah, justru Wita yang berteriak padaku.

"Heh, Lisa! Jangan sok tahu kamu! Kami itu harusnya bersyukur karena kami masih anggap kamu sebagai teman, dan juga mengingatkan kamu!"

"Kalau mau mengingatkan, ya jangan hina suamiku, dong!" dengusku kesal.

Mas Giora yang tadi diam saja akhirnya ikut angkat bicara. Dia mencekal tanganku, membuat aku merasa lebih tenang dalam menghadapi semuanya.

"Sudah, Lisa, gak perlu berkelahi." ucap Mas Giora dengan tenang. 

"Cih, dasar pria yang tidak berguna. Udah miskin, masih bisa belagu dan santai-santai. Ayo, Wita, lebih baik kita pergi dari sini!" kata Hani sambil meludah kearah kami.

"Kamu benar, males datang ke rumah gubuk kaya gini. Udah reyot, gerah, penghuninya pada belagu pula," balas Wita sambil menatap sinis kearah kami berdua.

Aku merasa kesal dan mengepalkan tanganku, apakah mereka pantas dianggap teman jika mereka berdua menghinaku habis-habisan karena pekerjaan suamiku?

"Aku juga tidak berharap kalian datang ke sini lagi!" Kesal karena ucapan mereka, aku menutup pintu rapat-rapat. Aku berjanji, tak akan berteman dengan mereka lagi. 

Seusai drama tadi, aku pun mengarahkan manikku ke arah suamiku. "Kamu lihat sendiri bukan, Mas? Teman-temanku bahkan sudah menghinaku sekarang. Apa tidak lebih baik kalau kamu mencari pekerjaan baru selain tukang ikan?"

Sebetulnya, aku sudah ingin membicarakan hal ini pada Mas Giora. Pasalnya, aku tahu, Mas Giora memiliki wajah yang tak jelek, dan juga kemampuan yang mumpuni. Jika dirapikan sedikit saja, Mas Giora pasti bisa mencari pekerjaan yang lebih baik. 

"Aku lebih suka jualan ikan." Suamiku menjawab dengan acuh, bahkan tak ada nada tinggi di suaranya. 

"Kesal aku bicara denganmu, bahkan kedua orangtuaku selalu merendahkan pekerjaan kamu juga. Kapan kamu akan cari pekerjaan lain? Setidaknya pekerjaan kantor biar tidak dihina seperti itu."

Namun, belum sempat aku menjelaskan panjang lebar, Mas Giora justru pergi begitu saja, membuat aku merasa semakin emosi.

"Mas tunggu dulu, aku belum selesai bicara. Mas Giora!" aku berteriak dengan kesal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status