Share

Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama
Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama
Author: Nona Ekha

Malam Memilukan

Author: Nona Ekha
last update Last Updated: 2024-07-12 01:06:36

"Kamu bentar lagi gajihan, kan? Adek kamu mau lulus, Ibu minta uang ya buat bayar kelulusan sama buat bayar biaya pendaftaran."

Bunga menatap koper di depan lemari dengan senyum miris. Awalnya dia berencana untuk mengundurkan diri. Namun, mendengar keluh kesah ibunya dia jadi ragu apakah keluar dari pekerjaan ini keputusan yang tepat?

Ya, Bunga memutuskan untuk berhenti karena melihat kondisinya sudah tidak aman. Majikannya itu sering kali bertengkar, entah apa penyebabnya. Itulah yang membuat Bunga tidak nyaman untuk melanjutkan bekerja di sini, karena menurut Bunga, mentalnya juga ikut-ikutan terganggu karena terlalu sering mendengar teriakan, umpatan kasar, dan juga barang pecah.

Bisa-bisa nanti dirinya ikut terkena akibat dari pertengkaran sang majikan.

"Kok diam? Kamu nggak mau bantu Ibu ya, Bunga?” Ibunya kembali berkata. “Terus kalau bukan kamu siapa lagi yang bakal Ibu andalkan? Ayah kamu baru aja dipecat. Katanya pengurangan karyawan karena bentar lagi proyeknya udah selesai. Ya gitu dah, namanya pekerjaan kuli bangunan pasti selalu aja kayak gitu."

Bunga semakin sedih mendengarnya.

"Berapa biayanya, Bu?" tanya Bunga dengan lirih pada akhirnya.

"Enggak banyak kok, cuma tiga juta aja."

Bunga menghela napas berat. Cuma tiga juta? Bahkan itu sudah hampir seluruh gaji yang dia dapatkan sekarang.

"Bu, gaji aku cuma tiga juta dua ratus. Kalau aku kasih ke Ibu semua, terus di sini aku gimana? Aku juga punya kebutuhan, Bu." Bunga mencoba untuk bernegosiasi, siapa tahu ibunya tidak terlalu menekan dan mengerti posisi Bunga saat ini.

"Maksud kamu apa? Kebutuhan kamu yang mana? Bukannya sekarang kamu tinggal sama majikan kamu? Otomatis makan juga ditanggung, kan?” balas sang ibu. “Ayolah, Bunga, pikirkan adik kamu. Masa kamu tega sama dia?"

"Kebutuhan aku nggak cuma sekedar makan dan tempat tinggal, Bu," terang Bunga, berusaha sabar. "Keperluan aku yang lain juga ada. Tidak mungkin ditanggung majikanku semuanya.”

“Ck. Lalu kamu nggak bakal kirim uang, begitu?”

“Nggak, Bu. Nanti pasti bakal aku kirim, tapi nggak sebanyak yang Ibu minta, ya.” Bunga menghela napas pelan. Kali ini Bunga memberanikan diri untuk bersikap tegas pada ibunya. “Mungkin aku cuma bisa kasih setengahnya aja."

"Itu kurang, Bunga. Astaga! Harus berapa kali sih Ibu bilang?"

Bunga kembali menghela napas berat. Ibunya sangat keras kepala, dan ... sangat egois.

“Kamu kan kerja di kota. Majikanmu pasti kaya, kan? Kalau memang gajimu nggak cukup sekarang, coba cari pinjaman saja.”

Sebenarnya, memang kesepakatan awal ketika Bunga bekerja di rumah majikan, gajinya akan naik secara bertahap. Nyonya rumah ini, Sofia, mengatakan jika kinerja Bunga bagus, maka akan dinaikkan gajinya.

Namun, Bunga baru-baru saja bekerja di sini. Belum ada satu bulan!

Dan lagi, memangnya pantas Bunga meminta lebih? Apalagi pinjaman? Yang benar saja.

Kepala Bunga mendadak pening memikirkannya.

Akan tetapi, gadis itu tidak mampu menolak perintah ibunya.

"Oke, nanti aku coba bilang ke Bu Sofia ya, Bu. Mudah-mudahan aja beliau mau kasih pinjaman,” ucap Bunga pada akhirnya. Menyerah. “Kalau udah aku kasih uang, tolong diirit-irit ya, Bu.”

Karena cari uang itu susah, lanjut Bunga dalam hati.

"Nggak usah ngajarin Ibu begitu. Ibu juga udah berusaha buat irit-irit, tapi ya namanya apa-apa semakin mahal mau gimana lagi, Bunga.” Ibunya menggerutu. “Ya sudah. Tolong diusahakan ya, Ibu dikasih tenggat waktu katanya disuruh lunasin secepatnya."

"Iya, Bu. Aku usahakan."

***

Prang!

Bunga berjengit kaget karena mendengar barang pecah dari dalam kamar majikannya. Wanita itu pun seketika memundurkan langkahnya dan mengurungkan niat untuk menemui Sofia. Tangan yang tadinya ingin mengetuk pintu kamar itu seketika terhenti di udara.

"Kamu habis tidur sama siapa? Cepat jawab!"

Langkah Bunga terhenti karena mendengar teriakan Gama, suami majikannya, tubuhnya mendadak terasa kaku.

"Aku nggak ada tidur sama siapa pun!"

"Menjijikkan! Sudah ada bukti tapi kamu masih bisa mengelak? Aku sungguh muak melihat wajahmu, Sofia! Secepatnya aku akan menceraikanmu!" pekik pria itu membuat Bunga menelan salivanya dengan susah payah.

"Astaga! Jadi Bu Sofia selingkuh?” gumam Bunga lirih. “Apa sih yang kurang dari Pak Gama? Udah ganteng, tajir, apa lagi sih yang dicari?”

Bunga menggeleng tanpa sadar dan merutuki kebodohannya karena sudah lancang menguping pembicaraan mereka.

Tak tahan mendengar perdebatan mereka, Bunga pun memutuskan untuk menjauh, mungkin nanti saja dia bertemu dengan Sofia ketika mood wanita itu sudah membaik.

Sayangnya dia terlambat pergi karena tiba-tiba saja Sofia keluar dari kamar dan melihat keberadaannya di depan pintu.

"Bu," panggil Bunga pelan.

"Nanti aja, aku harus pergi." Sofia langsung berucap.

Padahal itu adalah kesempatan besar agar Bunga berbicara dengan Sofia, mengingat sulit sekali menemui majikannya itu.

"Tapi, Bu ...."

Ah, suara Bunga dianggap angin lalu oleh Sofia, wanita itu terus saja melangkah menghiraukan panggilan Bunga.

Bunga menghela napas berat, dia pun memutuskan untuk kembali ke kamar. Namun, tanpa dia duga-duga tiba-tiba saja dia mendengar suara deheman seorang pria.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya pria itu dingin.

Bunga menggeleng, dia ingin segera pergi namun sialnya tangan Bunga dicekal oleh Gama. Bunga pun langsung melepasnya.

"Sa–saya–"

"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini? Lancang sekali.” Gama langsung menyela ucapan Bunga.

Bunga kicep seketika, mulutnya gatal sekali ingin menyela, sialnya yang dikatakan Gama memang benar karena dia sudah lancang berdiri di kamar majikannya.

"Saya minta maaf, Pak. Saya–”

Namun, Gama tidak menunggu Bunga menyelesaikan ucapannya dan langsung pergi meninggalkan kamarnya. Keluar entah ke mana.

Bunga menghela napas. Tidak berkomentar apa pun mengenai tingkah kedua majikannya, apalagi saat kepalanya penuh dengan pikiran mengenai uang yang harus ia kirim ke ibunya.

Toh, konflik suami istri itu tidak ada hubungannya dengan Bunga.

Bunga tidak menyangka, malam itu juga, Bunga mendapatkan pembuktian bahwa ia salah besar.

"Pak, tolong ... jangan seperti ini ….”

Tak pernah dia sangka, jika kedatangannya ke kamar ini malah membawa ke dalam petaka.

Tadinya, Bunga hanya menolong majikannya untuk kembali ke kamar utama karena saat Gama, pria itu, datang, tubuhnya sempoyongan dan ia tidak bisa berjalan lurus. Kondisi Gama tampak mengenaskan. Penampilan pria itu yang tampak begitu acak-acakan.

Ia sama sekali tidak menyangka bahwa pria itu akan melakukan hal seperti ini.

"Temani aku malam ini," ujar pria itu, suaranya terdengar begitu lirih.

Bunga menggeleng cepat.

Mana mungkin dia berani melakukan seperti itu? Apalagi ini ada di dalam kamar! Bagaimana kalau sampai ketahuan oleh istri Gama?

"Anda jangan bercanda, Pak,” ujar Bunga dengan suara tegas. “Mana mungkin saya akan melakukannya, dan perlu Anda ketahui, saya ini bukan istri Anda, saya ini pembantu Anda, pembantu!"

Bunga pikir ketika dia menjelaskan semuanya, Gama akan dengan cepat melepaskannya.

Namun, nyatanya? Pria itu malah memeluknya makin erat. Gama bahkan membawa wajahnya ke ceruk leher Bunga dan menarik napas di sana sebelum mulai menciumi kulitnya yang halus.

Hal itu membuat Bunga begidik.

“Pak, mohon hentikan–!”

"Aku tidak membutuhkan siapa pun, yang aku butuhkan adalah kamu." Pria itu kembali berbisik.

Bunga mencoba kembali berontak, tapi gagal. Air mata Bunga mengalir deras ketika Gama berhasil merenggut satu-satunya hal berharga yang dia jaga selama ini.

Malam yang begitu memilukan untuk Bunga rasakan, malam terpahit yang Bunga alami sepanjang masa.

Hancur sudah pernikahan impian yang selama ini dia idam-idamkan, karena nyatanya dia tidak bisa menjaga mahkotanya sendiri.

Ketika akhirnya si majikan jatuh terlelap, Bunga memunguti kembali pakaiannya dan keluar setelah berpakaian.

"Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Kenapa, Tuhan!" isak Bunga seraya memukul dadanya yang terasa begitu sesak.

Related chapters

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Tawaran Kompensasi

    Di hari berikutnya, Bunga berusaha bekerja seperti biasanya. Ia sama sekali tidak mempertanyakan kenapa majikan wanitanya, Sofia, keluar dari kamar tidur tamu dan kapan wanita itu pulang semalam.Yang jelas, ia bersyukur Sofia tidak memergokinya keluar dari kamar utama. Mengingat kejadian semalam membuat hati Bunga kembali sakit. Apalagi pagi ini, ibunya kembali menelepon."Ya Tuhan! Aku belum ada uang, Bu. Nanti kalau udah gajian pasti aku bakal kasih uangnya ke Ibu."Bunga terdengar frustrasi karena didesak seperti ini. Seakan masalah ini datang padanya bertubi-tubi.Kemarin ibunya meminta uang tiga juta, yang mana adalah nominal hampir seluruh gajinya. Lalu, saat awal menelepon tadi, nominal uangnya mendadak bertambah menjadi lima juta.Makin lama bicara, nominal yang diminta sang ibu makin tidak masuk akal.Baru kemudian, ibu Bunga jujur kalau dia baru saja mendapatkan tagihan dari aplikasi pinjol dan memerlukan sepuluh juta."Ibu dari tadi diteror terus sama tukang panci itu, Bu

    Last Updated : 2024-07-12
  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Terjebak Penawaran

    Ucapan Gama mengejutkan Bunga. Mata wanita itu membola tidak percaya.Apakah pemikiran orang kaya memang seperti ini? Tidak bisa diprediksi, egois, dan menyakitkan hati?Bunga tidak langsung menjawab. Ia kembali menunduk, lalu dengan suara pelan berucap, “Mohon maaf, Tuan. Saya harus membersihkan kamar tamu sesuai instruksi Nyonya Sofia tadi. Permisi.”Bohong. Ia sudah melakukan tugas itu tadi. Namun, Bunga memang harus pergi dari hadapan Gama secepatnya sebelum ia menangis di tempat.***"Maaf, bukannya aku nggak mau bantu kamu, tapi kamu tahu sendiri perjanjian sebelum kerja di sini, kan?”Bunga menunduk dalam-dalam saat Sofia berkata demikian. Ia baru saja memberanikan diri dan menyempatkan untuk berbicara dengan Sofia soal pinjaman gaji, lantaran ibunya terus menerus menelepon dan mengiriminya pesan.Oleh karena itu, saat sekiranya suasana hati Sofia tampak cukup baik, Bunga mengutarakan maksudnya.Hanya untuk mendapatkan penolakan. “Aku sudah bilang di awal kalau aku akan menaik

    Last Updated : 2024-07-12
  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Peristiwa yang Terulang

    "Mu--mungkin Anda salah paham, Pak.” Bunga buru-buru berkata. Suaranya pelan. “Maksud saya, bukankah waktu itu Anda menawarkan sejumlah uang sebagai bentuk tanggung jawab? Saya mengiakan tentang itu, bukan yang lain." Gama tertawa pelan, membuat Bunga langsung mendongak."Justru kamulah yang salah paham, Bunga.” Pria itu berujar. “Dari awal aku memang menawarkan jadi simpananku. Mungkin kamu sedang banyak pikiran, makanya tidak fokus. Bukan, begitu?"Bunga menggeleng. Tidak. Ia memang sedang banyak pikiran, tapi tidak mungkin Bunga salah paham soal ini."Kalau begitu, saya menolak, Pak.” Bunga berusaha berkata dengan tegas, sekalipun ia terintimidasi oleh majikannya. “Bukannya Anda sudah punya istri? Kenapa harus menawarkan hal gila pada saya? Apa satu perempuan tidak cukup untuk Anda?"Hening. Baru kemudian Bunga menyadari kalau dia kelepasan bicara.Ekspresi Gama tampak gelap saat ia berkata, "Kalau kamu tidak tahu tentang kehidupanku, sebaiknya kamu tutup mulut."Bunga langsung m

    Last Updated : 2024-07-19
  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Diterima atau Ditolak?

    "Kenapa wajahmu tampak pucat begitu, Bunga? Apa terjadi sesuatu?" tanya Sofia penasaran.Bunga buru-buru menetralkan wajahnya. Meskipun dalam hati, ia ingin menangis."E--enggak kok, Bu.” Bunga menjawab. “Enggak ada."Namun, Sofia tampaknya tidak percaya."Memangnya pesan dari siapa?" tanya majikannya itu lagi.Baru kali ini Sofia kepo dengan permasalahan orang lain. Biasanya dia tampak cuek. Terlalu malas ikut campur kehidupan orang. Akan tetapi, entah kenapa untuk kali ini berbeda.'Dari suami Anda yang gila itu,' jawab Bunga. Namun, ia hanya berani menjawab dalam hati.Bisa-bisa nasibnya tamat kalau majikan perempuannya ini tahu.Pada akhirnya, Bunga hanya menyahut, "Biasa, Bu. Pesan dari Ibu saya."Sofia tampak manggut-manggut. "Dia minta uang lagi ke kamu?"Bunga tidak langsung menjawab, sehingga Sofia melanjutkan, "Kemarin kamu nekat pinjam uang juga pasti karena ibumu, kan?"Bunga tanpa sadar mengangguk. "Benar, Bu."Sofia menghela napas berat. "Jadi ini yang membuatmu berdiri

    Last Updated : 2024-07-22
  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Beginikah Rasanya Kerja di Kota?

    “Oh, jangan lupa satu hal, aku juga akan mengirimkan video ini pada keluargamu. Bagaimana?"Kalimat itu mengejutkan Bunga.“Anda gila!”“Perlu kamu tahu, aku bukan orang yang sabar, Bunga.” Gama berucap. “Aku mau dengar keputusanmu sekarang.”Bunga menggigit bibirnya, lalu memijit pelipis. Kalau sudah membawa-bawa keluarga, dia pening luar biasa. Bisa-bisanya Gama bertindak di luar batas hanya karena ... menginginkan tubuhnya?"Saya mau jadi simpanan Anda, Pak," ucap Bunga, teringat pada obrolannya dengan Sofia tadi. “Saya–”"Oke, kalau begitu aku kirim videonya sekarang." Nada bicara Gama begitu tenang namun kata-katanya menyiratkan penuh ancaman.“Pak!”Hening. Bunga menutup matanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Awalnya, napasnya sempat tersendat karena perasaan sesak di dadanya, tapi perlahan ritmenya mulai teratur.“Baiklah.” Bunga akhirnya berbisik."Baik bagaimana? Kamu terima tawaranku atau menolaknya?""Saya menerimanya."Di seberang saluran telepon, Gama tersenyum penuh

    Last Updated : 2024-09-06
  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Jadi Seperti Ini Pekerjaanmu?

    "Maaf, Bu, saya terlambat pulang."Bunga hanya bisa menunduk saat ia masuk ke dalam kediaman majikannya dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Sofia."Bukannya aku sudah bilang kalau jangan sampai telat? Lihatlah, bahkan suamiku pulang lebih dulu!” Sofia menunjuk ke arah Gama, yang saat ini sedang fokus pada tabletnya.Suara Sofia begitu rendah namun penuh penekanan."Saya minta maaf, Bu, saya janji tidak akan mengulangi lagi." Lagi dan lagi Bunga hanya bisa meminta maaf. Memangnya apa lagi yang bisa dia lakukan?"Kali ini aku kecewa sama kamu, dan sebagai balasannya gaji kamu aku potong!" Sofia berucap. “Bisa-bisanya kamu justru enak-enakan pacaran dan malah mengabaikan pesanku.”Bunga tercekat. Apa tadi Sofia mengikuti gerak-geriknya secara diam-diam? Kenapa majikannya berucap demikian?Bunga pun menimbulkan gelagat aneh."Itu ada tanda merah di leher kamu, makanya aku bicara seperti itu," sahut Sofia ketus.Bunga langsung menutupi leher menggunakan kedua tangannya. Aish! Rupa

    Last Updated : 2024-09-07
  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Kisah yang Sama

    “Kita bisa melakukannya di rumah.”Mata Bunga melotot. Yang benar saja? Kalau sampai hal itu terjadi, jelas saja mereka ketahuan."Jangan!" sergah Bunga, membuat Gama menghela napas."Seperti yang sudah kita sepakati, ikuti saja aturanku, tugasmu hanya menurut."Gama memakai jasnya kembali, sepertinya pria itu ingin lanjut bekerja."Pulanglah, aku tidak ingin Sofia mengomel lagi seperti kemarin.""Baik." Bunga bersiap pergi tapi kembali dipanggil oleh Gama."Tunggu, ini untukmu. Kalau kamu membutuhkan sesuatu pakailah, kodenya nanti aku kirim lewat ponsel," ujar Gama seraya menyodorkan black card pada Bunga.Bunga tercengang, untuk apa Gama melakukannya? Bukankah ini tidak ada di dalam perjanjian mereka?"Untuk apa, Pak? Bukankah Anda--""Pak lagi?""Maaf." Bunga kembali menunduk."Panggil namaku kalau kita sedang berdua, dan bicaralah dengan nada santai."'Bagaimana bisa, sedangkan Anda saja saat ini majikan saya,' gerutu Bunga dalam hati."I-iya. Untuk Apa Anda--maksudnya buat apa k

    Last Updated : 2024-09-08
  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Kamu yang Pegang Kendali

    "Saya turun di sini saja, Pak, takutnya nanti Bu Sofia--""Pak, ya?" sela Gama sambil manggut-manggut."Maaf, maksudnya ... turunkan aku di sini aja biar nanti Bu Sofia nggak curiga," pinta Bunga.Namun, sepertinya tak didengar oleh Gama. Bukannya menurunkan, Gama malah menambah kecepatan.Dan yang ditakutkan Bunga pun akhirnya terjadi, setelah mobil itu sudah berhenti di pelataran rumah, Sofia terlihat berdiri di pintu utama, seperti tengah menunggu seseorang.Siapa? Dirinya? Tidak mungkin, sudah pasti yang ditunggu adalah Gama, suaminya."Turun!" perintah Gama."Tapi ... ada Bu Sofia, bagaimana kalau nanti--""Justru kalau kamu lama keluar yang ada dia semakin curiga. Kalau aku sih nggak masalah."Mendengar Gama berbicara seperti itu, Bunga pun langsung keluar dari mobil dengan buru-buru."Sore, Bu," sapa Bunga dengan pelan."Kenapa kamu bisa bareng sama suamiku?" tanya Sofia tanpa basa-basi. Tatapannya terasa aneh, seperti tengah mencurigai sesuatu."Itu ... tadi saya tidak sengaja

    Last Updated : 2024-09-09

Latest chapter

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Balas Dendam

    "Apa yang Papa lakukan?""Melakukan yang memang pantas kulakukan," jawab Gunadi enteng.Gama mengepalkan tangannya. Dia tak menyangka kalau situasinya akan menjadi seperti ini."Bukannya kamu setuju pisah sama dia? Kenapa masih dipertanyakan lagi?" Gunadi menatap putranya dengan sorot mata tajam."Aku emang setuju, tapi kenapa Papa masih ikut campur? Lama-lama aku muak sama kelakuan Papa. Dengar, aku ini bukan anak kecil yang selalu diatur-atur harus seperti ini, harus seperti itu. Nggak, Pa. Aku nggak habis pikir punya keluarga macam Papa." Gama menggeleng kecewa."Percuma kamu meratapi nasib, orang itu sekarang udah pergi jauh. Dia nggak bakal ganggu kamu lagi, sekarang mulai semuanya dari awal. Cari wanita yang setara, supaya tidak malu-maluin keluarga kita jika diajak pergi ke pesta."Gama tersenyum sinis. Segampang itu? Seandainya orang yang ada di hadapannya ini bukan papanya, mungkin sudah dia bunuh, karena sudah berani-beraninya mengacaukan seluruh hidupnya, ikut campur pribad

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Jangan Mimpi!

    Apa yang dikatakan Ayu memang benar, Gunadi adalah orang yang sangat berbahaya.Bunga sangat menyesal karena telah berurusan dengan pria itu. Nyatanya uang 5 milyar yang dijanjikan pria itu tidak dikasih, yang ada Bunga diancam kalau tidak menuruti perintah pria itu.Bahkan Ayu yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah mereka pun ikut terseret."Yu, aku minta maaf. Ini belum terlambat, lebih baik kamu pergi aja sebelum semuanya--""Udah, nggak apa-apa, Bunga," sela Ayu cepat.Sebelum orang suruhan Gunadi benar-benar pergi, berkali-kali Bunga menyuruh Ayu untuk membuntuti mereka, sayangnya Ayu tidak mau. Dia malah memilih untuk bersama Bunga. Dia tidak tega meninggalkan Bunga seorang diri di tempat sepi seperti ini.Bunga tahu kalau Ayu juga syok dengan kekacauan yang terjadi. Bunga berkali-kali menyesali keputusannya, berkali-kali juga meminta maaf pada Ayu.Awalnya Bunga meminta uang 5 milyar hanya ingin basa-basi saja, atau ... bisa dikatakan sekadar iseng, untuk memastikan ucap

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   5M

    "Aku nggak nyangka kalau dia bakalan buang aku, Yu. Padahal selama ini aku udah ngotot pertahanin dia. Kenapa dia ... jahat banget sama aku, Yu."Ayu menatap Bunga prihatin, Bunga sedari tadi menangis sesenggukan dan beberapa kali juga memaki Gama.Sedari tadi mulut Ayu terasa begitu gatal, hanya saja dia terus menahannya. Tunggu benar-benar Bunga membaik, barulah Ayu akan mengeluarkan sumpah serapahnya itu."Yu, kok kamu dari tadi diam aja sih, biasanya juga ngomel-ngomel. Kamu nggak lagi di pihak aku ya?" omel Bunga di sela-sela tangisnya.Ayu menghela napas berat. "Kamu ini ngomong apa sih, justru aku kasih kamu kesempatan buat nenangin diri.""Dia tiba-tiba bilang kalau lebih baik aku sama dia pisah aja. Tiba-tiba banget loh, Yu, nggak ada angin nggak ada hujan, kamu bayangin aja gimana syoknya jadi aku.""Kan dari awal aku juga udah bilang, jangan pernah berurusan sama laki-laki kaya, apalagi sampai jatuh cinta. Nih lihat sendiri kan akibatnya, dan lagi saat ini kamu lagi bunting

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Sebenarnya Kamu Ada dipihak Siapa?

    "Kamu tahu kalau istri kamu itu hamil?"Gama tersenyum menyeringai, mencengkram ponsel itu dengan erat. Saat ini dia sedang berbicara dengan Gunadi melalui telepon.Entah mengapa tiba-tiba Gunadi berbicara seperti itu, dan apa alasan Sofia mengatakan hal itu pada Gunadi? Apa karena tidak terima karena dirinya meminta cerai?"Papa yakin kalau itu anakku?""Kamu tanya sama Papa? Yakin? Kan kamu sendiri yang nanam benih," cibir Gunadi dari ujung sana.Gama mengacak rambutnya frustrasi. "Pa, aku udah bilang, aku nggak pernah sentuh Sofia. Mana mungkin itu anak aku, keputusanku udah bulat ya, mulai sekarang Papa nggak usah ikut campur lagi sama aku dan Sofia. Aku sama Sofia udah selesai, Pa.""Sofia?" Gunadi tertawa terbahak-bahak. "Emangnya Papa ada bahas dia?"Gama terdiam beberapa saat, mencerna apa yang barusan dia dengar. Apa maksud Gunadi?Lalu pandangan Gama beralih pada pintu kamar yang saat ini ditempati oleh Bunga istirahat.Apa mungkin yang dimaksud Gunadi adalah Bunga? Sial! Ba

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Kita Sebaiknya Pisah Saja

    "Bunga, kamu ... maaf aku baru bisa ngabarin kamu sekarang, semalam aku pulang ke rumah, mamaku sakit dan entah kenapa dia tiba-tiba manja banget sama aku, dia nggak mau aku tinggalin, alhasil aku nginep di sana, ponselku kehabisan daya. Aku minta maaf, aku dengar dari satpam kalau kamu habis kelahi sama Sofia, iya?"Bunga tersenyum kecut. Apa tadi kata pria itu? Mamaku ya? Sudah sangat jelas bukan kalau Bunga sama sekali tidak diharapkan dalam pernikahan ini?Bahkan selama mereka menikah pun Bunga sama sekali tidak pernah dikenalkan oleh keluarga Gama. Entah, Bunga juga bingung kenapa dia harus mempermasalahkan ini sekarang, padahal sudah jelas-jelas pernikahan mereka didasari karena terpaksa.Argghh! Bunga benci dengan situasi ini, dia heran kenapa berubah menjadi serakah?"Aku nggak papa," sahutnya ketus."Aku tahu kamu marah, aku minta maaf atas perlakuan Sofia. Kamu habis dari mana, kok baru pulang?"Bunga tak menjawab, dia hanya bisa geleng-geleng kepala. Stok kesabarannya kali

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Enyah dari Hadapanku!

    Hingga pagi menjelang, Bunga masih berharap jika Gama akan menjemputnya. Kenyataannya? Menghubungi dirinya saja tidak, boro-boro untuk menghampiri dirinya ke sini.Sebenarnya Gama pergi ke mana? Kenapa menjadi tanda tanya besar laki-laki itu tiba-tiba menghilang?Bunga hanya bisa menghela napas berat, dilihatnya sudah jam delapan pagi, kondisinya juga sudah lumayan membaik, dan dia juga sudah diizinkan pulang karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.Dokter hanya berpesan jika dia harus menjaga kandungannya sebaik mungkin, untuk biaya rumah sakit pun Bunga juga sudah membayarnya sendiri, untungnya waktu itu dia masih mengingat dompetnya, jaga-jaga untuk keperluan mendadak, dan ternyata benar. Bunga berjalan menuju koridor rumah sakit, sesekali mengecek ponselnya, berharap Gama menghubunginya, sayangnya nihil."Apa sebegitu nggak penting aku bagimu, Mas? Sampai-sampai aku nggak ada di rumah pun kamu sama sekali nggak peduli," gumam wanita itu tersenyum miris.Sesampainya Bunga d

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Kenapa Mainnya Pake Hati?

    "Beneran nggak apa-apa?"Bunga mengangguk. "Iya, nggak papa kok."Ayu berdecak sebal. Tadi dia kembali datang ke rumah Gama karena ada barang yang menurutnya sangat penting tertinggal, tidak tahunya malah dia melihat adegan yang tampak sangat mengerikan.Beruntungnya Ayu langsung sigap menolong Bunga. Sofia? Wanita itu langsung kabur ketika Ayu berteriak ada perampok."Suami kamu mana? Kok dia nggak bantuin kamu waktu kamu diginiin sama istrinya?" tanya Ayu sewot."Dia ada kerjaan.""Kerjaan apa kerjaan? Dasar banyak alasan dia itu. Coba seandainya kalau aku nggak datang, nggak tahu apa yang bakal terjadi sama kamu, bahkan nyawa anakmu juga dipertaruhkan. Aku udah ingetin kamu dari dulu, jangan pernah berurusan sama orang kaya, lihat nih akibatnya. Ini belum seberapa loh, Bunga."Bunga tampak manggut-manggut. Iya, dia setuju dengan kalimat Ayu.Ini belum seberapa, dan ini baru Sofia yang melakukannya, belum lagi seorang Gunadi. Ya, memang itu resikonya ketika dia memutuskan bertahan d

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Aku Mohon, Pulanglah

    "Ayo ke rumah sakit."Bunga menggeleng seraya tersenyum. "Aku udah mendingan, emangnya nggak lihat ya kalau aku udah baik-baik aja?"Gama menghela napas. Dia memang melihat wajah Bunga sudah tampak segar. Namun, tetap saja dia masih khawatir. Apalagi meskipun Bunga sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa, tak bisa dipungkiri kalau wajah wanita itu masih terlihat begitu pucat. Mana tega pria itu melihatnya."Kamu yakin udah baik-baik aja?" tanya Gama penuh keraguan.Bunga mengangguk. "Yakin, buktinya aku udah nggak ngeluh-ngeluh lagi, kan? Nggak yang kayak kemarin-kemarin. Mas tenang aja, aku udah nggak papa kok," ujar wanita itu meyakinkan.Bunga berusaha keras menolak, agar tak ketahuan oleh Gama bahwa saya ini dia sedang mengandung anak dari pria itu."Kalau ada apa-apa bilang aku ya, kita langsung ke rumah sakit.""Aku nggak apa-apa, Mas. Ya Tuhan."Gama memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kamu aja deh. Dasar wanita keras kepala. Aku mau pergi dulu, agak lama. Kalau butu

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Nggak Usah Mikir Kejauhan

    "Nih, aku beliin dari yang murah sampai yang mehong. Tes aja semuanya kalau kamu ragu," ucap Ayu seraya memberikan kantung plastik berwarna hitam pada Bunga."Banyak banget, Yu.""Iya, kalau yang biasa takutnya nggak valid, makanya aku beli semua aja. Yakin deh itu, pasti di antara semua itu ada yang valid. Aku belum pernah pakai yang beginian, jadi kurang info. Intinya kalau garis dua ya tandanya hamil. Kamu coba aja deh sana.""Caranya gimana?" tanya Bunga bingung.Ayu berdecak malas. "Masa gini-gini harus dikasih tahu sih. Kamu itu udah bukan anak TK lagi, Bunga. Gimana sih kamu ini. Ambil sample taruh di cup kecil, nanti kamu cobain semua testpack ini, masukin satu-satu."Bunga manggut-manggut. "Oke, aku ke kamar mandi dulu kalau gitu. Kamu duduk-duduk aja dulu, kalau mau bikin minum bisa ke dapur sendiri ya, nggak apa-apa, kan?"Ayu mengernyit heran. "Hah? Nggak salah dengar? Ini rumah gede banget loh, Bunga. Masa kamu nggak punya pembantu?" tanya Ayu tak habis pikir."Pembantu a

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status