Terbuai Cinta Palsu Tuan Muda

Terbuai Cinta Palsu Tuan Muda

Oleh:  LIZANA  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
28Bab
377Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Laila percaya bahwa ia telah menemukan cinta sejati ketika tuan mudanya, Nathan, menikahinya. Namun, Nathan justru berselingkuh dan menemani selingkuhannya untuk memeriksa anak mereka ke dokter, di saat Laila harus berjuang melawan kanker sendirian...

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
28 Bab

1. Mas Nathan

“Tahan!” Nathaniel Omar Hakeem, pria berusia 27 tahun itu menyeringai seraya mengatakannya, memerintah seorang gadis di bawah sana untuk melakukan pekerjaannya.Suara serak bercampur aura wibawa yang kuat itu menyentak gadis yang berada di dekatnya di kamar yang sejuk ini.Gadis itu, Laila Indah Pashia, yang masih 22 tahun meringis saja tanpa bisa memberikan alasan bahwa dirinya sudah lelah. Nathan adalah tuan mudanya, sementara Laila merupakan perawat yang mengurus neneknya Nathan sehari-hari di kediaman keluarga Hakeem.“Mas, aku gak bisa.” Laila akhirnya menyerah. Kedua tangannya sudah memerah akibat terlalu lama di posisi yang sama, matanya bahkan berkunang-kunang.Bukan hanya karena beban di atas tubuhnya, tetapi situasi berdua dengan tuan muda keluarga konglomerat ini yang membuat dirinya gemetar dan berusaha keras mengentaskan bayangan menjijikkan di pikirannya.Ah, kalau saja bukan karena drama-drama romantis 18+ yang suka ditontonnya, mungkin ia akan memiliki pikiran yang l
Baca selengkapnya

2. Malam yang Tegang

Menikah.. dengan Mas Nathan? Laila termenung.Ucapan nenek barusan, yang kini sedang mendengkur halus di sampingnya, membuat hatinya bergejolak. Apakah nenek menyadari tentang perasaannya terhadap sang cucu? Laila memejamkan mata dengan rasa bersalah.Tidak, itu tidak mungkin. Laila mengambil nafas panjang dan mendesah lega.Nenek hanya sedang sentimental, sesuatu yang terkadang sedikit mengejutkan Laila dengan kalimat-kalimatnya. Seperti, “kamu harus hidup di samping nenek, jadi kita bisa bercanda terus sampai nenek pergi” dan di lain waktu, “apa keluargamu gak mencarimu? Nenek merasa bersalah menahanmu di sini”.Laila biasanya menanggapi dengan anggukan kepala syahdu, berusaha memahami perasaan majikannya yang tengah pilu itu. Nenek merasa sedih sejak jatuh stroke dan tidak dapat menemani cucu-cucunya bermain seperti dulu lagi.Hal itu pula yang menjadi pertimbangan Bapak Adiwijaya untuk membopong ibundanya dari kota lain untuk tinggal di rumah ini. Setidaknya mereka bisa terus mem
Baca selengkapnya

3. Kamu Harus Mau

Seperti gak ada perempuan lain saja!Kalimat itu bercokol di hati Laila yang bersandar lemas pada dinding dapur. Sesaat kemudian, ia yang akhirnya bisa kembali ke kamar nenek setelah dibantu seorang staf di dapur, lalu duduk terdiam di samping ranjang yang hening.Nenek sudah terlelap di kamarnya yang jauh dari kebisingan di ruang keluarga. Syukurlah, daripada nenek ikut pusing dengan pertengkaran barusan, Laila saja menjadi tegang dan pening setelah mendengarnya.Apalagi namanya ikut disebutkan oleh bapak Adiwijaya, orang yang notabene-nya memiliki omongan yang berkaitan dengan urusan yang serius.Tapi, apakah benar dugaannya? Persoalan yang menyangkut dirinya dengan pertengkaran yang melibatkan Mas Nathan dan nama kekasihnya barusan…Laila terkejut akan kesimpulan di benaknya. Matanya melotot, tarikan nafasnya terdengar cepat, dan tangannya menutup mulut yang gemetaran. “Ti-tidak mungkin…” bisiknya sambil menggeleng pelan, merasakan kegugupan yang mulai menguasai dirinya.Matanya d
Baca selengkapnya

4. Pertama Kali

Hanya agar nenek bahagia. Kalimat itu terpatri dengan baik di hati Nathan setelah pesta pernikahan yang meriah dan dihadiri oleh para kolega perusahaan. Kini, ia dan Laila tinggal berdua di kamar hotel tempat di mana acara dilangsungkan. Ia berjalan melewati koper-koper dan matanya tertuju ke kalung di dalam kotak beludru biru yang menjadi maharnya kepada Laila.Mungkin gadis itu habis melihatnya dengan puas sebelum membersihkan diri, pikir Nathan yang mendengar suara dari kamar mandi.Setelah menarik nafas di depan cermin yang panjang, Nathan melepaskan dasi dari kerahnya yang mulai terasa sesak. Matanya yang sayu dan muram menatap bayangan di cermin sambil mengingat kembali reaksi Namira atas pernikahannya.“Tega kamu, mas!” Teriak kekasihnya itu. Kekasih yang menghancurkan hatinya dengan membanting pintu apartemen dan pergi begitu saja.Pagi tadi, seorang teman memberitahunya mengenai keberadaan Laila yang masih di kota tersebut dan mungkin menunggu Nathan agar kembali menemuinya
Baca selengkapnya

5. Buaya Kemana Saja?

Seminggu yang lalu–betapa cepat waktu berlalu.Sore itu, Nathan yang hampir mendekati gerbang tol luar kota mendapat panggilan dari asisten papanya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa apa yang akan dibicarakan oleh papa segera membuatnya putar balik.“Papa gak setuju kamu menemuinya, Nathan!” Bentak papa dengan suara serak. “Kartumu sudah dibekukan, kalau kamu berani pergi sekarang, papa benar-benar tidak akan mengizinkan kamu kembali ke rumah!”Sebuah pertanyaan menerornya sepanjang perjalanan dan membuatnya gelisah, sejak kapan papa mengetahuinya? Padahal selama tiga tahun ini, Nathan telah menjaga hubungannya dengan sangat baik dan rapat dari keluarga.Hanya segelintir dari teman-teman terdekat yang mengetahuinya. Mereka-pun bisa menjaga rahasia dengan sangat baik. Lalu, siapa yang membocorkan informasi ini? Nathan yang kesal membanting tangannya di atas kemudi. Ia sudah tahu akan seperti apa pembicaraan mereka setibanya di rumah. Semuanya persis seperti dugaannya, kecuali..Bag
Baca selengkapnya

6. Foreplay

“Aku sudah gak lapar, Mas.” Jawab Laila saat Nathan mengenakan jam tangan kembali setelah dari toilet.Nathan, meski mengenakan jam, tetap melirik jam dinding di hadapannya. Ini sudah jam setengah tiga menjelang sore, wajar saja Laila ngambek seperti itu meski tidak memperjelasnya di depan Nathan.“Maaf ya, yang… jadwalku padat banget.” Nathan meraih pinggang wanita itu dari belakang dan memeluknya sambil mencuri-curi perhatian dengan menempel pipi mereka.Ah, ini Laila, bukan Namira. Tapi, kenapa ia merasakan rasa sayang yang sama? Haha, ini lucu baginya. Seolah cinta itu tiba-tiba muncul setelah ia mengucapkan akad, dan tidak peduli apa yang diperbuatnya di luar dengan wanita lain, ia tetap menginginkan Laila.“Kamu beneran gak lapa
Baca selengkapnya

7. Main Course

“Sudah, mas?” Laila menoleh ke belakang, langkahnya terhenti di ambang pintu kamar sambil menyeret koper.Nathan dengan sigap mengambil alih koper dari tangan istrinya itu, lalu bilang untuk jalan duluan. Mereka akan pulang malam ini, lalu sesuai kesepakatan untuk kembali ke pekerjaan masing-masing dan berencana jalan-jalan di akhir pekan.Sungguh simpel sekali hidupnya Laila, dan mudah dibuat senang. Nathan jadi lega karena ia tidak harus mengatur ulang jadwalnya, kemudian ia merangkul Laila dan mereka berjalan menyusuri lorong yang sepi.“Kenapa?” Tanya Laila yang melirik senyuman di wajah Nathan.“Hm? Nggak,” Nathan bergumam singkat. Pikirannya masih saja berputar-putar dibuai sentuhan istrinya sebelum mereka keluar kamar. 
Baca selengkapnya

8. Kali Ini Saja

Laila selesai melipat selimut dan meletakkannya dengan rapi di lemari pendek dekat ranjang nenek. Sementara ekor matanya menangkap perhatian nenek kepadanya, seolah tidak ingin lepas dan menanti jawabannya atas pertanyaan awkward barusan. Laila tidak tahan, jadi ia izin untuk ke dapur mengambil sesuatu.“Bawain nenek kue, ya?” Nenek memohon.“Kan, manis, nek..” Laila hendak menggeleng, tapi di satu sisi wajah memelas nenek membuatnya tidak tega. “Ya sudah, nanti aku cari cemilan lain yang rendah gula, oke? Aku ke dapur dulu, ya.”Nenek mengalami stroke dan diabetes sejak lama, mungkin sudah belasan tahun, tapi semakin hari kondisinya semakin me
Baca selengkapnya

9. Perhatian yang Dibaikan

Laila mengantarkan Nathan menuruni tangga sambil merapikan posisi dasi yang menggantung di kerah biru itu.  “Aduh, aku gak sempat sarapan, yang.” Nathan melengos melewati ruang makan. “Mana sepatuku?” Ia celingukan di ruang tamu sampai Laila membawakan sepasang sepatu hitam favoritnya. “Ini, seenggaknya kamu harus minum susu.” Laila menyodorkan segelas susu langsung ke mulut Nathan. “Biar gak kelaparan. Kamu belum makan apa-apa lho, biasanya gak ada waktu buat sarapan di sana, kan.” Nathan yang sedang mengenakan sepatu sambil meneguk susu yang diberikan Laila, melirik wajah istrinya itu dari bibir gelas. “Kamu udah kayak mama aja,” komentarnya pelan, namun ia tetap menghabiskan susu itu. “Udah, makasih. Aku berangkat, ya.”
Baca selengkapnya

10. Ranjang yang Dingin

“Sarapan sedikit lah, sayang..” Laila memohon. “Suapin,” Nathan meminta dengan manja, sambil mengenakan sepatunya. Lima menit, kegiatan pagi yang romantis itu berjalan singkat dan mengesankan bagi Laila yang tersenyum-senyum dengan wajah merona. Dipandanginya wajah tampan Nathan yang dihiasi hidung yang tinggi dan sorot mata yang dalam. Mimpi apa dia bisa menyuapi tuan mudanya yang kini telah menjadi suaminya? Ah, senangnya! Usai Nathan berangkat, seperti biasa Laila menuju kamar nenek dimana suster Enni sedang menyuapi sarapan. Biasanya itu adalah kegiatan Laila di pagi hari, tapi kini ia juga harus mengurusi bayi besarnya si cucu nenek. “Nenek,” Laila menyapa dengan wajah riang.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status