Pesona Panas Asisten Dingin

Pesona Panas Asisten Dingin

last updateLast Updated : 2025-02-21
By:  Miss KayOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
22Chapters
84views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Celin Luis memiliki segalanya, kecuali cinta dari Abizar Yased--asisten dingin sang kakak yang merangkap sebagai pengawalnya! Entah mengapa, Abizar seolah menutup diri dari wanita, termasuk Celin! Lantas, bagaimana nasib Celin? Mampukah dia meruntuhkan tembok Abizar dan membuat pria dingin itu menjadi sepanas dirinya? Let's see the story guys ... Fb : kaykokayko Ig : @mela_ir

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1

Celine Luis menatap keluar jendela dengan bosan. Langit sore di Jakarta tampak biasa saja, dengan lalu lintas yang padat seperti biasa. Tangan rampingnya memainkan ujung gaun yang ia kenakan, sementara pikirannya melayang ke satu sosok yang akhir-akhir ini memenuhi kepalanya-Abizar Yazid. Pria itu selalu ada di sekitar kakaknya, Darwin. Asisten pribadi sekaligus pengawal yang lebih terlihat seperti patung berjalan daripada manusia. Dengan rahang tegas, sorot mata dingin, dan bibir yang hampir tidak pernah tersenyum, Abizar seperti tembok besar yang sulit ditembus. Celine bergumam pelan. “Kenapa sih, dia harus sedingin itu.” “Siapa?” Suara kakaknya, Darwin, terdengar dari belakang. Celine tersentak kaget sebelum cepat-cepat mengubah mimik wajahnya. “Tidak ada. Cuma bicara sendiri.” Darwin menatap curiga, tapi sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, ponselnya berbunyi. Celine menarik napas lega dalam hati. Namun, saat ia hendak berbalik menuju kamarnya, sosok yang mengisi p...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
22 Chapters
Bab 1
Celine Luis menatap keluar jendela dengan bosan. Langit sore di Jakarta tampak biasa saja, dengan lalu lintas yang padat seperti biasa. Tangan rampingnya memainkan ujung gaun yang ia kenakan, sementara pikirannya melayang ke satu sosok yang akhir-akhir ini memenuhi kepalanya-Abizar Yazid. Pria itu selalu ada di sekitar kakaknya, Darwin. Asisten pribadi sekaligus pengawal yang lebih terlihat seperti patung berjalan daripada manusia. Dengan rahang tegas, sorot mata dingin, dan bibir yang hampir tidak pernah tersenyum, Abizar seperti tembok besar yang sulit ditembus. Celine bergumam pelan. “Kenapa sih, dia harus sedingin itu.” “Siapa?” Suara kakaknya, Darwin, terdengar dari belakang. Celine tersentak kaget sebelum cepat-cepat mengubah mimik wajahnya. “Tidak ada. Cuma bicara sendiri.” Darwin menatap curiga, tapi sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, ponselnya berbunyi. Celine menarik napas lega dalam hati. Namun, saat ia hendak berbalik menuju kamarnya, sosok yang mengisi p
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more
Bab 2
Abizar kembali ke hotel, setelah mengambil bingkisan pakaian Celine dari pengawalnya. Kunci kartu kamar diselipkan, pintu ditutupnya rapat. Dia melihat Celine terbaring di kasur dengan tubuh polosnya. Abizar terpaku sesaat, dengan wajah yang datar dan dingin. Celine merintih, tubuhnya bergerak gelisah, “Abizar… tubuhku panas… aku tak tahan…” Abizar melangkahkan kakinya ke dekat kasur lalu meletakkan tas belanjaan dengan pelan di atas meja, bersiap untuk pergi. Namun, sebelum ia melangkah, Celine memeluknya dari belakang. Celine menangis. “Please, Abizar… aku bisa gila…” Abizar merasakan tubuh Celine yang hangat dan lembut. “Apa yang terjadi? Tadi Anda sudah membaik.” “I don’t know. Mungkin… pengaruh obat itu…” “Kalau begitu saya akan panggilkan dokter.” Celine memeluk Abizar lebih erat, “Jangan… jangan tinggalkan aku…” Abizar terdiam. Dia tidak nyaman dengan situasi ini. Celine masih memeluknya erat, tubuhnya yang telanjang menyentuh kulit Abizar. “Nona Celine, lepaskan. S
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more
Bab 3
"Selama ini, aku selalu bisa mendapatkan apa yang ku inginkan, kecuali satu hal—hati Abizar Yazid. Tapi apa katanya barusan, jangan bermain hati kalau tak ingin terluka? Jangan-jangan dia diam-diam sudah punya kekasih... Akh, Aku tak peduli selama janur kuning belum melengkung aku lah pemenangnya!" jelas Celine. Tanpa berpikir panjang, ia bergegas mengejar pria itu. "Abizar! Tunggu!" serunya, berlari kecil di koridor hotel. Namun, Abizar tetap berjalan tanpa memperlambat langkahnya. Pria itu seakan tak peduli. Setelah beberapa langkah lagi, akhirnya Celine berhasil meraih lengan Abizar, menghentikannya tepat di depan lift. Napasnya terengah-engah, bukan hanya karena berlari, tetapi juga karena kesal dicueki Abizar."Ada apalagi Nona?" ucapnya dingin tanpa melihat Celine. "Aku pulang. Jangan tinggalkan aku," ucapnya dengan nada yang dibuat semanja mungkin. Ia bahkan berani menarik lengan Abizar agar pria itu menatapnya. Abizar terdiam sejenak, lalu dengan lembut melepaskan tanga
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more
Bab 4
Celin melirik sekilas ke arah Abizar yang berdiri tak jauh darinya. Pria itu tetap dengan wajah dinginnya, seperti biasa. Mata tajamnya mengawasi sekeliling, seakan siap menghadapi ancaman kapan saja. Celine mendengus pelan. Bagaimana mungkin pria itu tidak pernah sekalipun menunjukkan ketertarikan padanya setelan apa yang pernah mereka berdua lakukan. "Kamu tidak capek jadi patung manusia terus?" Celine menyandarkan tubuhnya ke sofa, tangan memutar gelas jus jeruk yang hampir tandas. Abizar menoleh singkat, lalu kembali fokus ke layar ponselnya. "Tugas saya bukan untuk menghibur Anda, Nona Celin." Celin menegakkan tubuhnya, menyeringai jahil. "Oh? Jadi kalau aku yang menghiburmu, kau tak keberatan?" Nada suaranya sedikit menggoda. Abizar menghela napas pelan, tetap tidak terpancing. "Tergantung, Tapi saya pastikan tak ada yang menarik dari Nona." Celin tertawa kecil, lalu bangkit dan berjalan ke arah pria itu, berdiri cukup dekat hingga bisa merasakan hembusan nafas Abizar.
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more
Bab 5
"Celine, kamu di sini?" Suara Darwin yang tegas terdengar. Kakaknya berjalan mendekat dengan tatapan menyelidik. Celine buru-buru melepaskan genggamannya dari lengan Abizar dan tersenyum santai. "Tentu saja, Kak. Aku hanya mengobrol dengan Abizar." Darwin menatap mereka berdua, lalu menghela napas. "Ayo pulang. Ayana sudah menunggu." Celine menatap Abizar sekilas sebelum akhirnya mengangguk dan melangkah pergi. Namun, saat ia melewati Abizar, ia berbisik pelan, cukup untuk pria itu dengar. "Aku akan membuatmu mengakui perasaanmu, Abizar. Tunggu saja." Abizar tetap diam, tetapi tatapan matanya mengikuti langkah Celine yang semakin menjauh. Will, yang melihat semua kejadian itu dari jauh, hanya bisa mengusap wajahnya dengan pasrah. "Dua orang keras kepala dalam satu cerita, ini pasti akan panjang." *** Malam itu, di dalam mobil yang melaju menuju rumah, Celine menyandarkan kepalanya ke jendela, menatap bayangan dirinya sendiri. Darwin yang duduk di sampingnya melirik a
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more
Bab 6
Abizar menghela napas panjang ketika Celin duduk di kursi penumpang dengan ekspresi penuh kemenangan. Mobil melaju meninggalkan kawasan gudang, dan Celin bersandar santai dengan satu kaki terlipat, menatap Abizar dengan tatapan jahil. “Jadi,” Celin membuka percakapan, “kau akan terus pura-pura dingin padaku, atau kita bisa bicara seperti dua orang dewasa?” “Nona, tidak ada yang perlu dibicarakan.” “Kau tahu, Abizar… sikapmu ini membuatku semakin penasaran.” Dengan gerakan santai, Celin melepas sabuk pengamannya dan beringsut mendekat, membuat Abizar menoleh dengan tatapan tajam. “Pakai kembali sabukmu!” “Tapi aku ingin lebih dekat denganmu,” bisiknya, mencondongkan tubuh hingga jarak wajah mereka hanya beberapa inci. Abizar menegang, tapi tetap berusaha fokus mengemudi. “Nona Celin, jangan mulai!"“Tapi aku suka memulainya,” sahut Celin dengan suara manja. Tangannya dengan berani merayap ke lengan Abizar, jari-jarinya menyentuh otot yang tegang di balik kemeja. “Kau se
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more
Bab 7
Abizar menginjak pedal gas lebih dalam, melajukan mobilnya menuju rumah keluarga Luis. Ia tidak tahu apa yang lebih buruk—fakta bahwa Celin selalu tahu cara memancingnya, atau fakta bahwa ia terus-menerus terpancing. "Sial!" umpatnya. Ketika ia tiba di halaman mansion, ia melihat Celin sudah berdiri di depan pintu dengan senyum penuh kemenangan. Dibalut gaun tidur satin berwarna merah anggur yang jatuh di paha, rambutnya masih sedikit basah, dan kulitnya terlihat berkilau dalam cahaya lampu halaman. Celin benar-benar terlihat… berbahaya. Abizar mengeratkan rahangnya. Ia harus tetap waras. Celin berjalan mendekat, langkahnya santai tapi penuh perhitungan, seolah setiap gerakannya memang ditujukan untuk membuatnya kehilangan kendali. Tanpa malu-malu, Celin membuka pintu mobil dan masuk, duduk di kursi penumpang dengan anggun. “Kau datang,” ucapnya pelan, suaranya terdengar seperti bisikan. Abizar menatapnya tajam. “Nona Celin, masuk kembali ke dalam.” Celin tersenyum j
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more
Bab 8
Suasana berubah tegang seketika. Celin masih duduk di pangkuan Abizar, jantungnya berdetak cepat. Sementara itu, Abizar menatap Darwin dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara waspada dan pasrah. Darwin mengetuk jendela sekali lagi, kali ini lebih keras. “Turun.” Celin menoleh ke Abizar dengan senyum kecil. “Apa kita lari saja?” bisiknya. “Celin.” Suara Abizar berat dan tajam. “Turun.” Dengan enggan, Celin akhirnya turun dari pangkuan Abizar dan keluar dari mobil, tapi bukannya merasa bersalah, ia malah berdiri dengan santai di samping mobil. Darwin melipat tangan di dada, menatap adiknya dari kepala hingga kaki. “Kau benar-benar tidak punya rasa malu, ya?” Celin mengangkat alis. “Memangnya kenapa? Aku sedang menghabiskan waktu dengan calon suamiku.” Abizar yang baru saja keluar dari mobil hampir tersedak mendengar pernyataan Celin. Darwin menoleh tajam. “Calon suami?” Celin tersenyum penuh percaya diri. “Ya. Kalau dia terus menolak, aku tinggal minta Kakak menikahk
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more
Bab 9
Abizar tidak bisa tidur. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, ia teringat Celin yang tidur di kamar tamunya, hanya beberapa meter dari tempatnya berbaring. Ia menarik napas panjang. Ini Celin, adik dari Bos Darwin. Gadis yang seharusnya ia jaga, bukan ia sentuh. Tapi Celin semakin berani. Ia tidak hanya menggoda dengan kata-kata, tapi juga dengan kehadirannya, dengan caranya menatap, dengan caranya menantang Abizar untuk jatuh dalam perangkapnya. Dan yang lebih buruk lagi, Abizar merasa dirinya mulai kalah. Suara langkah kaki pelan terdengar di luar kamarnya. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka sedikit. Abizar tetap diam, pura-pura tidur. Tapi ia bisa mendengar Celin masuk, berjalan pelan menuju ranjangnya. Lalu, tanpa ragu sedikit pun, gadis itu naik ke ranjang dan merangkak mendekatinya. Abizar menahan napas ketika ia merasakan kehangatan tubuh Celin begitu dekat. Celin berbisik pelan, tepat di telinganya. “Abizar… kau belum tidur, kan?” Abizar tetap diam, b
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more
Bab 10
Sementara itu, Celine sudah bersiap dengan rencananya sendiri. Setelah Abizar pergi menemui kakaknya, Celin menelepon seseorang. "Kamu di mana? Aku butuh bantuan." Beberapa menit kemudian, seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang memasuki apartemen Abizar dengan santai. "Raya, aku butuh bantuanmu," ujar Celine dengan senyum penuh trik. Raya—sahabat Celine—menaikkan alis. "Kau ingin aku menutupi sesuatu?" Celine mengangguk. "Aku ingin tinggal di sini lebih lama. Kalau Kak Darwin menanyakan sesuatu, bilang aku bersamamu." Raya tertawa kecil. "Celine, kau benar-benar berani." Celine tersenyum lebar. "Abizar harus sadar, aku tidak akan mundur begitu saja." Raya menghela napas. "Baiklah, tapi aku ingin tahu, seberapa jauh kau akan bertahan pada pria itu?" Celin berpikir sejenak. "Sampai dia tidak bisa lagi menolak aku." Raya menatapnya dengan geli. "Kalau begitu, aku ingin melihat bagaimana kau melakukannya." Celine hanya tersenyum penuh misteri. Permainan bar
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status