"Cinta hanya omong kosong semata, aku akan menjual apapun yang ada di dalam diriku untuk mengobati ibu. Dia satu-satunya harapanku di dunia ini." Aurora Smith tak pernah membayangkan hidupnya akan runtuh dalam sekejap. Sepulang dari Manchester, ia harus menghadapi kenyataan pahit—ayahnya tewas ditembak secara misterius, ibunya terbaring lemah di rumah sakit, dan kekasihnya mengkhianatinya. Di tengah keputusasaan, pamannya menjualnya sebagai jaminan kepada keluarga William, taipan paling berkuasa di Las Vegas. Sebagai istri kedua, Aurora hanya memiliki satu tugas: melahirkan pewaris mereka. Namun, semakin lama ia berada di sisi William, semakin dalam ia terjerat dalam pesona lelaki itu. Apa yang seharusnya menjadi perjanjian tanpa cinta berubah menjadi hasrat yang mengikat. Bisakah Aurora tetap bertahan tanpa kehilangan dirinya sendiri?
View More“Hai, jangan mendekati!”“Prof. John ingin berbuat apa?” Aurora sangat panik. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia tidak memandangi Prof. John. Deru napas lelaki itu jelas terdengar. Aurora merasa, prof. John sudah semakin dekat dengannya.“Prof. John, hentikan dirimu!”“Apa yang kau lakukan!” Aurora mendorong tubuh Prof. John menjauh. Dia tidak ingin lelaki itu semakin mendekatinya. Prof. John tertawa melihat wajah Aurora yang ketakutan. Prof. John benar-benar suka saat Aurora panik.“Aku hanya mengujimu.”“Kau selalu mengatakan kalo aku guy, tentu saja aku bukan guy!” protesnya. Prof. John melajukan mobilnya lagi.Sesampai di hotel Bellagio, Prof. John bergegas turun. Tidak lupa dia mengengam tangan Aurora saat perempuan itu melangkah. Aurora sebenarnya tidak suka berdekatan namun prof. John yang selalu ingin mengengam tangannya.Kilatan cahaya kamera memenuhi wajahnya. Prof. John tersenyum saat wartawan mengambil gambar mereka. Aurora menutup matanya karena ketakutan. Mimi
Aurora duduk di ruang tunggu. Sudah dua kali dia menatap benda persegi yang melingkar di pergelangan tangannya. William dan Maya belum mengizinkannya masuk. Aurora semakin kesal.Dari kejauhan. Aurora menyipitkan matanya. Seorang lelaki bertubuh tinggi berpakaian sangat formal sedang berjalan ke arahnya. Lelaki itu sangat tampan. Sepatunya mengkilat dan Aurora merasa dia bukan lelaki sembarangan.Edward bergegas menahan lelaki itu.“Tuan Dominic, Nona Maya belum bisa ditemui,” sahutnya. Lelaki itu tampak kecewa. Aurora secara cermat memperhatikan gerak-geriknya. Lelaki itu benar-benar berbeda dari William. Tubuhnya tinggi dan rambutnya sangat rapih. William juga memiliki kharisma sendiri. Namun mengenai lelaki yang dilihatnya, dia sangat menarik.Edward mencondongkan wajahnya dan membisikan sesuatu kepada lelaki itu. Aurora tidak bisa mendengarkannya secara jelas.“Oke, aku akan menunggunya di luar,” jawab Dominic kemudian. Lelaki itu lalu bergegas pergi. Edward menatap Aurora sambil
Aurora menghela napas panjang melihat William yang sudah rapi. Lelaki itu menunggunya di depan pintu. Aurora yang memakai bot hitam hingga selutut memandangi suaminya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak lupa senyuman menawan terukir di wajah tampannya. Aurora menghela napas panjang.“Kau tahu? Aku sudah memesan banyak baju bayi.” William memasukan tangannya ke dalam saku dan memandangi Aurora dengan serius.“Baju bayi?” Aurora tidak mengerti dengan ucapan William. Lelaki itu menganggukan kepala dengan penuh keyakinan. “Ya, aku membeli baju bayi, sayang!”“Ini terlalu cepat, Tuan William. Ini juga terlalu berlebihan!” serunya.Aurora keluar dari dalam kamar. William terus mengekor di belakang istrinya. Hari ini adalah jadwal pemeriksaan bayi mereka. Aurora sebenarnya tidak ingin pergi. Dia harus meminta izin kepada prof. John untuk tidak ikut ujian hari ini. Tuan Damian langsung yang memerintah untuk rutin memeriksa kandungannya.Aurora menatap William. Lelaki itu cemberut menat
Aurora memainkan jemarinya sambil menunggu Tuan Damian di ruang tamu. Hari ini, dia secara khusus bertemu dengan mertuanya. Suara langkah kaki seseorang terdengar dengan jelas mengalun di ruang persegi itu.Aurora menatap Tuan Damian yang tersenyum. Aurora menghela napas panjang. Ucapan prof. John menari-nari di kepalanya dan menganggu perasaanya. Seharusnya dia bahagia karena hanya Tuan Damian yang memperlakukannya dengan baik. Sangat mustahil jika lelaki sebaik Tuan Damian membunuh ayahnya. Ah, Aurora menjadi bimbang. Dia bingung dan tidak mengerti.“Aurora,” sahut suara itu. Aurora berusaha tersenyum. Dia memandangi Tuan Damian.“Ayah mengajakku bertemu?”“Ya,” jawabnya.“Ada apa?” Aurora menatap serius wajah lelaki paruh baya itu. Tuan Damian duduk tepat di depannya sambil menyilangkan kakinya. Edward, sang pengawal berdiri di samping Tuan Damian. Dia mengeluarkan berkas yang diminta majikannya itu.“Aku ingin menawarkanmu pekerjaan,” serunya.“Aku masih kuliah, Ayah. Pekerjaan ap
Aurora dan Joanna bergegas pergi namun Roy segera berlari dan berdiri di depannya. Lelaki itu berkacak pingang dan berdecak kesal.“Nona-nona yang cantik, aku sudah katakan. Tidak mungkin aku berniat jahat kepada kalian berdua. Lagian juga ini rumah sahabatku, John. Jadi, silahkan masuk dan kita minum teh hangat dulu. Aku baru saja membawahnya dari Turkey.” Roy mengedipkan mata sambil tersenyum. Joanna merasa mual melihat wajah centil lelaki itu.“Kau tidak berniat jahat kan?” Joanna menyipitkan matanya. Dia memandangi Roy dengan ekspresi menyelidik.“Astaga, kau pikir aku lelaki jahat?”“Wajah semanis ini kau pikir lelaki jahat? Sungguh, kau gadis yang aneh!” keluh Roy.“Ikut aku! Aku akan buatkan teh hangat lalu kita bercerita!” Roy berjalan sambil menarik Joanna dan membuat gadis itu merintih ketakutan. Bola mata Joanna membulat sempurna.“Hai, lepaskan aku!”“Dasar lelaki mesum!” protes Joanna kesal. Aurora mengekor di belakang. Terpaksa dia harus mengikuti Roy masuk ke dalam ruma
William Keller dituduhkan berselingkuh. Berita mengenai perselingkuhan William menjadi headline news dan membuat lelaki itu mengaruk kepalanya yang tidak gatal. William membuang majalah di atas meja lalu berjalan menuju jendela.“Berita murahan!”William menatap Edward yang berdiri di depannya. “Bagaimana bisa mereka menuduhku berselingkuh?”“Benar-benar lucu!” William menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. William memandangi Edward yang masih berjaga di depan pintu. Lelaki itu sejak beberapa hari selalu terdiam.“Kau menemui Maya dan Dominic selama ini. Bagaimana dengan mereka berdua?”“Apa ada yang mencurigakan dari mereka berdua?”“Apa benar kasus perselingkuhan itu?” William menatap Edward dengan bola mata menyipit. Edward menggelengkan kepala. “Tidak ada yang mencurigakan, Tuan!”“Semua sama saja, aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan.” Edward menunduk ke bawah dan terus bercerita. Dia tidak berani memandangi William.“Sepertinya nona Maya tidak berse
“Sial, hampir saja!”William memandang keluar jendela. Untung saja Edward melajukan mobilnya dengan cepat sehingga wartawan itu tidak menangkapnya. Apa jadinya jika wartawan itu mengambil foto Aurora dan menyebarkannya? William menyeka peluh yang menetes di dahinya saat ini.“Kau seharusnya tahu, tidak mudah menghindari paparazzi itu!” gerutu William kesal. Aurora sepertinya tidak mendengarkannya. Bola mata perempuan itu berbinar memandangi tas indah yang ada di tangannya.“Hai, apa kau mendengarkanku?”“Jika wartawan itu mengejar kita, pastinya semua akan berantakan!”“Kau mau jika di kampus, kau akan kesulitan?” protes William. Aurora menghela napas panjang. Dia meletakkan tas itu di sampingnya sambil memandangi William.“Itu bukan urusanku! Seharusnya kau tahu bahwa menikahiku memiliki konsekuensi. Aneh saja kalian!” balas Aurora secepat mungkin. Dia memandangi bola mata William. Aurora tidak takut, dia akan melawan lelaki itu. Entah keberanian dari mana yang tiba-tiba merasukinya.
“Haruskah aku kembali ke rumahmu?” Aurora memandangi William yang duduk di sampingnya. Lelaki itu tidak bersuara.“Aku tidak ingin membuat Maya marah.” Aurora memandang keluar jendela dengan pandangan sendu. Kabut memenuhi jendela mobil.“Kau membenciku?” tanyanya. Aurora menggeleng.“Kau mengandung bayiku, tentu saja aku ingin bayiku.”“Aku bisa memberikan anak ini setelah aku melahirkannya,” sergap Aurora. William tidak mengubris. Lelaki itu mengambil ponselnya. Sepertinya dia sedang menghubungi seseorang saat ini.“Edward, antar aku dan Aurora ke pusat perbelanjaan. Aku ingin memberikan tas kepadanya!” perintah William. Aurora spontan menoleh ke arah William.“Aku tidak mau!” protesnya.“Lihat! Tas yang kau gunakan sangat lusuh. Aku bahkan malu melihat tas ini. Apa kau tidak punya uang sepeser pun untuk mengantinya? Ah sungguh, kau benar-benar miskin!”William menghela napas panjang. Aurora menatap tas ransel yang sangat disukainya. Barang itu adalah pemberian ayahnya. Sejak dulu,
“Mengapa tidak tinggal bersama ayah dan ibumu?” tanya Aurora saat mobil perak itu berhenti tepat di depan sebuah mension berwarna putih. Aurora sangat takjub melihat bangunan mewah itu.“Saya suka jika sendiri,” jawab prof. John.“Oh, jadi begitu. Apa ayahmu berada di dalam juga?”Prof. John menganggukan kepala. Dia segera turun dan membantu Aurora untuk membuka pintu mobilnya. Aurora mengikuti prof. John dari belakang.“Yakin, bisa tinggal sendiri?”“Aku punya dua apartemen di Nevada ini.” Prof. John menatap Aurora dan masih menawarkan niat baiknya. “Aku suka jika kau menempatinya,” sambungnya lagi.“Tidak usah, aku tidak ingin merepotkan orang lagi,” jawabnya. Aurora mempercepat langkahnya mengikuti prof. John. Saat berada di depan pintu, ada dua pengawal berjas hitam yang berdiri dan memberi hormat.“Masuklah Aurora, orang tuaku pasti bahagia melihatmu.” Aurora dan prof. John berjalan menuju ruang keluarga. Aurora tersenyum. Seorang perempuan paruh baya langsung memeluk tubuhnya. N
Aurora Smith, gadis berusia 24 tahun dan berambut panjang itu menatap kosong puing-puing kamarnya yang hancur. Bola matanya membulat sempurna saat melihat beberapa lelaki berjas hitam menjemput di dalam kamar. Perlahan, Aurora bisa melihat ada lima lelaki yang sedang menatapnya. Kelima lelaki itu memakai kacamata hitam. Semua memiliki wajah yang sangat menyeramkan. Bagaikan gigolo yang akan memangsanya.“Nona Aurora?” serunya. Aurora yang duduk sambil memeluk lututnya segera menatap lelaki berjas hitam yang sedang berdiri beberapa sentimeter dari tubuhnya. Kaki Aurora bergetar. Dia sedikit ketakutan namun Aurora berusaha menatap kelima lelaki asing itu.“Tuan kami sudah menikahi anda, anda adalah istrinya sekarang, pernikahan sudah didaftarkan dan tidak ada pilihan lain,” jawabnya. Aurora menghela napas panjang. Seakan ada bongkahan besar yang berada di tengorokannya saat ini. Bagaimana bisa dia sudah menikah dengan lelaki asing yang tidak dikenalnya?“Tuan Robert sudah memerintahkan ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments