Share

Bab 5

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2025-02-06 17:32:31

William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.

“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.

Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.

Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.

Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.

Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.

“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya menyala memandangi William. Penuh kebencian di dalam dirinya.

Aurora lalu segera turun dari tempat tidur dan mengambil handuk lalu melilitkan benda itu ke tubuhnya. Rasa sakit terasa di sekitar kakinya. Bercak merah jelas terlihat di atas kasur.  

William memakai pakaiannya dan menatap Aurora yang sedang menangis. Tubuh Aurora bergetar, William tiba-tiba iba melihat perempuan itu menangis histeris.

“Kau istriku, bukan perempuan murahan, jadi jangan berpikir aku memperkosamu.”

“Aku seperti lelaki yang berdosa, padahal aku sudah menjadikanmu istriku,” jelas William.

“Kamu akan melahirkan anakku,” sambungnya lagi.

“Lupakan apa yang terjadi malam ini, pastikan dirimu menjaga kesehatan demi bayi yang akan kamu kandung itu!”

William bergegas keluar dari dalam kamar. Aurora merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia mengusap wajahnya sambil sesekali menghela napas panjang.

William berjalan menuju kamarnya dan menatap Maya sedang duduk di meja rias. William bergegas memeluk istrinya. Maya menatap wajah William.

“Bagaimana?”

“Jangan tanyakan hal ini, aku tidak mungkin menyakitimu. Aku hanya ingin punya anak lalu perempuan itu pergi!”

Maya menyentuh pipi William. “Mengapa mengatakan itu?”

“Karena aku mencintaimu, Maya.  Aku tidak mencintai perempuan lain!” tukasnya.

Dring!

Ponsel William bergetar. Ada Tuan Damian yang tertera di layar.

“Ayahmu,” ucap Maya.

“Hallo ayah?” sahut William kemudian.

“Ayah akan datang, pastikan isrimu mau ikut dalam program kehamilan, jangan biarkan kalian seperti ini!”

William menghela napas panjang. Seakan ada bongkahan besar yang berada di tengorokannya saat ini.

“Ayah…,”

“Apa lagi William, kau tidak mau? Istrimu tidak mau?”

“Kapan kalian punya anak kalo begitu? Pernikahan kalian sudah lima tahu dan sampai sekarang belum punya anak! Perusahaan kita akan diwariskan kepada siapa?” gerutu Tuan Damian. Nada suaranya meninggi.

Maya selalu ketakutan saat mertuanya itu marah. Tuan Damian memiliki kekuasaan di bidang industri fashion dan lelaki itu bisa mematikan kariernya.

“Apakah istrimu mandul?”

“Aku sudah tahu, William. Dia itu perempuan mandul!” gerutu Tuan Damiant secara sarkas.

“Perempuan madul yang mementingkan kariernya!” tukas tuan Vemor penuh emosi. William memeluk Maya yang menangis di sampingnya saat ini. William menggelengkan kepala. Dia tidak ingin Maya menangis.

“Tidak ayah, istriku akan melahirkan anak. Aku akan memiliki anak!” hardik William mencoba membela Maya.

“Kau harus tahu, jika dalam satu tahun ini kau tidak memiliki anak. Ayah akan mencabut seluruh kepentinganmu di dunia bisnis!” ancam Tuan Damian.

Tit!

Panggilan terputus. William menghela napas panjang. Maya memeluk William dengan erat. Dia menangis di pelukan suaminya saat ini.

“Sayang, tenanglah!”

“Ayah tidak mungkin menghancurkan kariermu, setelah bayi kita lahir dari Aurora, dia akan berubah.” Maya terus menangis di dalam pelukan suaminya.

William menatap wajah Maya dengan lekat. Dia menyeka air mata istrinya itu dengan pelan.

“Sayang,” serunya.

“Aku tidak ingin ayahmu menghancurkan duniaku,” sahutnya dalam isak tangisan.

“Tidak sayang, ayahku tidak akan melakukan itu. Aku akan berusaha agar dia tidak menindasmu lagi,” jawab William. Dia megecup puncak kepala istrinya dengan mesrah.

***

Aurora menatap sarapanya yang disediakan Margaret. Aurora merasa tubuhnya sangat sakit. Dia tidak tahu bahwa orang-orang yang melakukan hubungan suami istri akan mengalami kelelahan seperti ini.

Aurora merasa dia seperti perempuan murahan sekarang. Dari tadi pagi, Aurora menghardik dirinya di dalam pantulan cermin. Entah cacian apa yang sudah dilontarkan untuk dirinya. Namun, jika mengingat kondisi keuangan keluarganya. Aurora tidak punya pilihan lain sekarang.

“Antoni, kamu sebenarnya di mana?”

“Mengapa tidak mengangkat ponselku?” gerutu Aurora lirih. Dia mengusap wajahnya frustasi. Seharusnya Antoni ada dan segera menyelamatkannya saat Robert melakukan tindakan kasar. Kekasihnya itu berada di Las Vegas. Namun sekarang, Antoni bagaikan tertelan bumi. Tidak ada kabar apapun.

Aurora menghela napas panjang.

“Nona!” sahut Margaret. Perempuan paruh baya itu menyediakan beberapa potong roti di depan Aurora.

“Nona dan tuan William menyarankanku menyediakan makanan yang bergizi untuk Nona,” jelasnya. Aurora menatap susu yang berada di depan matanya. Margaret juga memberikan beberapa buah dan dengan teratur meletakkan di samping roti bakarnya.

“William dan Maya tidak hadir?” tanya Aurora segera.

“Nona Maya akan turun bersama tuan William,” ucap Margaret kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sepertinya dia terjebak di antara suami istri yang aneh.

Tap … Tap …

Suara langkah kaki itu jelas terdengar. Aurora spontan menatap ke sumber suara. Dia memandangi William dan Maya sedang berjalan ke arahnya.

“Sudah sarapan?” tanya Maya sambil tersenyum menatap Aurora. William duduk di samping Maya dan ekor matanya memandangi Aurora yang sedang menyeruput susu cokelatnya.

“Pastikan kamu bahagia, Aurora. Aku tidak mau program kita berantakan!”

Aurora menghela napas panjang. Dia membenci perempuan itu.

“Tubuhmu sakit?”

Bola mata Aurora dan William bertemu beberapa detik. William segera mengalihkan pandanganya saat menatap Aurora.

Maya yang memperhatikan William segera mengengam tangan suaminya. Menarik perhatikan William agar fokus menatapnya di meja makan.

“Aurora, kamu harus rutin memeriksa masa-masa suburmu,” ucap Maya kemudian.

“Kau sudah tahu kan, jangan pernah jatuh cinta kepada suamiku. Semua yang ada di kontrak itu sudah jelas. Jadi jangan tatapan dia dengan pandangan yang sangat dalam!” gerutu Maya membuat Aurora segera menatap roti bakarnya.

William dan Aurora spontan menunduk ke bawah.

“Apa yang terjadi tadi malam, lupakanlah! Jangan membawah perasaanmu dalam bercinta dengan suamiku!” sambung Maya kemudian.

Mereka bertiga menikmati sarapannya dengan suasana hening. Aurora sesekali menghela napas panjang untuk mengeluarkan segala beban di hatinya. William mengamati wajah perempuan itu. Aurora tampak frustasi di tengah-tengah mereka.

“Jangan selalu tegang jika bersamaku, aku tidak akan melakukan apapun. Jangan pernah juga meminta hak batin kepadaku!” jelas William.

Maya tersenyum puas, dia tidak menyangka bahwa suaminya akan mengatakan hal itu kepada Aurora.

“Aku tahu, jadi segera lepaskan aku!” balas Aurora dengan bola mata penuh kebencian.

“Bisa, setelah anakku lahir!” balasnya

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 6

    Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.Langkah kaki

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 7

    Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.“Sayang!”William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.“Aku tid

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

    Last Updated : 2025-02-22
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 12

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    Last Updated : 2025-02-25
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 13

    Aurora memikirkan rencana William yang akan memberikan fasilitas pendidikan kepadanya. Tidak masalah, dia bisa keluar dari rumah yang bagaikan neraka ini. Setidaknya dia punya waktu untuk mencari pamannya bernama Robert. Lelaki itu pastinya ada hubungannya dengan kematian ayahnya.Aurora duduk sambil memandang keluar jendela. Salju turun perlahan. Aurora melihat ke bawah taman. Kamarnya yang berada di lantai dua benar-benar memberikan pemandangan yang indah di malam hari. Sepertinya Edward begitu telaten merawat taman kecil itu sehingga terlihat sangat indah. Setelah puas melihat taman, Aurora bergegas mengambil ponselnya. “Halo?”“Ada apa lagi, Aurora. Aku sudah katakan bahwa kau tidak berguna di kehidupanku!” “Aku sudah bertunangan!” ucap suara lelaki itu. Aurora menghela napas kasar ke udara. “Ya, aku tahu itu Antoni. Aku ingin bertemu!” “Entah jika kau mau membawah kekasihmu, aku tidak peduli. Aku ingin bertemu!” ucap Aurora secepat mungkin. Deru napas saling berkejaran jelas

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 60

    “Hai, jangan mendekati!”“Prof. John ingin berbuat apa?” Aurora sangat panik. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia tidak memandangi Prof. John. Deru napas lelaki itu jelas terdengar. Aurora merasa, prof. John sudah semakin dekat dengannya.“Prof. John, hentikan dirimu!”“Apa yang kau lakukan!” Aurora mendorong tubuh Prof. John menjauh. Dia tidak ingin lelaki itu semakin mendekatinya. Prof. John tertawa melihat wajah Aurora yang ketakutan. Prof. John benar-benar suka saat Aurora panik.“Aku hanya mengujimu.”“Kau selalu mengatakan kalo aku guy, tentu saja aku bukan guy!” protesnya. Prof. John melajukan mobilnya lagi.Sesampai di hotel Bellagio, Prof. John bergegas turun. Tidak lupa dia mengengam tangan Aurora saat perempuan itu melangkah. Aurora sebenarnya tidak suka berdekatan namun prof. John yang selalu ingin mengengam tangannya.Kilatan cahaya kamera memenuhi wajahnya. Prof. John tersenyum saat wartawan mengambil gambar mereka. Aurora menutup matanya karena ketakutan. Mimi

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 59

    Aurora duduk di ruang tunggu. Sudah dua kali dia menatap benda persegi yang melingkar di pergelangan tangannya. William dan Maya belum mengizinkannya masuk. Aurora semakin kesal.Dari kejauhan. Aurora menyipitkan matanya. Seorang lelaki bertubuh tinggi berpakaian sangat formal sedang berjalan ke arahnya. Lelaki itu sangat tampan. Sepatunya mengkilat dan Aurora merasa dia bukan lelaki sembarangan.Edward bergegas menahan lelaki itu.“Tuan Dominic, Nona Maya belum bisa ditemui,” sahutnya. Lelaki itu tampak kecewa. Aurora secara cermat memperhatikan gerak-geriknya. Lelaki itu benar-benar berbeda dari William. Tubuhnya tinggi dan rambutnya sangat rapih. William juga memiliki kharisma sendiri. Namun mengenai lelaki yang dilihatnya, dia sangat menarik.Edward mencondongkan wajahnya dan membisikan sesuatu kepada lelaki itu. Aurora tidak bisa mendengarkannya secara jelas.“Oke, aku akan menunggunya di luar,” jawab Dominic kemudian. Lelaki itu lalu bergegas pergi. Edward menatap Aurora sambil

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 58

    Aurora menghela napas panjang melihat William yang sudah rapi. Lelaki itu menunggunya di depan pintu. Aurora yang memakai bot hitam hingga selutut memandangi suaminya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak lupa senyuman menawan terukir di wajah tampannya. Aurora menghela napas panjang.“Kau tahu? Aku sudah memesan banyak baju bayi.” William memasukan tangannya ke dalam saku dan memandangi Aurora dengan serius.“Baju bayi?” Aurora tidak mengerti dengan ucapan William. Lelaki itu menganggukan kepala dengan penuh keyakinan. “Ya, aku membeli baju bayi, sayang!”“Ini terlalu cepat, Tuan William. Ini juga terlalu berlebihan!” serunya.Aurora keluar dari dalam kamar. William terus mengekor di belakang istrinya. Hari ini adalah jadwal pemeriksaan bayi mereka. Aurora sebenarnya tidak ingin pergi. Dia harus meminta izin kepada prof. John untuk tidak ikut ujian hari ini. Tuan Damian langsung yang memerintah untuk rutin memeriksa kandungannya.Aurora menatap William. Lelaki itu cemberut menat

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 57

    Aurora memainkan jemarinya sambil menunggu Tuan Damian di ruang tamu. Hari ini, dia secara khusus bertemu dengan mertuanya. Suara langkah kaki seseorang terdengar dengan jelas mengalun di ruang persegi itu.Aurora menatap Tuan Damian yang tersenyum. Aurora menghela napas panjang. Ucapan prof. John menari-nari di kepalanya dan menganggu perasaanya. Seharusnya dia bahagia karena hanya Tuan Damian yang memperlakukannya dengan baik. Sangat mustahil jika lelaki sebaik Tuan Damian membunuh ayahnya. Ah, Aurora menjadi bimbang. Dia bingung dan tidak mengerti.“Aurora,” sahut suara itu. Aurora berusaha tersenyum. Dia memandangi Tuan Damian.“Ayah mengajakku bertemu?”“Ya,” jawabnya.“Ada apa?” Aurora menatap serius wajah lelaki paruh baya itu. Tuan Damian duduk tepat di depannya sambil menyilangkan kakinya. Edward, sang pengawal berdiri di samping Tuan Damian. Dia mengeluarkan berkas yang diminta majikannya itu.“Aku ingin menawarkanmu pekerjaan,” serunya.“Aku masih kuliah, Ayah. Pekerjaan ap

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 56

    Aurora dan Joanna bergegas pergi namun Roy segera berlari dan berdiri di depannya. Lelaki itu berkacak pingang dan berdecak kesal.“Nona-nona yang cantik, aku sudah katakan. Tidak mungkin aku berniat jahat kepada kalian berdua. Lagian juga ini rumah sahabatku, John. Jadi, silahkan masuk dan kita minum teh hangat dulu. Aku baru saja membawahnya dari Turkey.” Roy mengedipkan mata sambil tersenyum. Joanna merasa mual melihat wajah centil lelaki itu.“Kau tidak berniat jahat kan?” Joanna menyipitkan matanya. Dia memandangi Roy dengan ekspresi menyelidik.“Astaga, kau pikir aku lelaki jahat?”“Wajah semanis ini kau pikir lelaki jahat? Sungguh, kau gadis yang aneh!” keluh Roy.“Ikut aku! Aku akan buatkan teh hangat lalu kita bercerita!” Roy berjalan sambil menarik Joanna dan membuat gadis itu merintih ketakutan. Bola mata Joanna membulat sempurna.“Hai, lepaskan aku!”“Dasar lelaki mesum!” protes Joanna kesal. Aurora mengekor di belakang. Terpaksa dia harus mengikuti Roy masuk ke dalam ruma

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 55

    William Keller dituduhkan berselingkuh. Berita mengenai perselingkuhan William menjadi headline news dan membuat lelaki itu mengaruk kepalanya yang tidak gatal. William membuang majalah di atas meja lalu berjalan menuju jendela.“Berita murahan!”William menatap Edward yang berdiri di depannya. “Bagaimana bisa mereka menuduhku berselingkuh?”“Benar-benar lucu!” William menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. William memandangi Edward yang masih berjaga di depan pintu. Lelaki itu sejak beberapa hari selalu terdiam.“Kau menemui Maya dan Dominic selama ini. Bagaimana dengan mereka berdua?”“Apa ada yang mencurigakan dari mereka berdua?”“Apa benar kasus perselingkuhan itu?” William menatap Edward dengan bola mata menyipit. Edward menggelengkan kepala. “Tidak ada yang mencurigakan, Tuan!”“Semua sama saja, aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan.” Edward menunduk ke bawah dan terus bercerita. Dia tidak berani memandangi William.“Sepertinya nona Maya tidak berse

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 54

    “Sial, hampir saja!”William memandang keluar jendela. Untung saja Edward melajukan mobilnya dengan cepat sehingga wartawan itu tidak menangkapnya. Apa jadinya jika wartawan itu mengambil foto Aurora dan menyebarkannya? William menyeka peluh yang menetes di dahinya saat ini.“Kau seharusnya tahu, tidak mudah menghindari paparazzi itu!” gerutu William kesal. Aurora sepertinya tidak mendengarkannya. Bola mata perempuan itu berbinar memandangi tas indah yang ada di tangannya.“Hai, apa kau mendengarkanku?”“Jika wartawan itu mengejar kita, pastinya semua akan berantakan!”“Kau mau jika di kampus, kau akan kesulitan?” protes William. Aurora menghela napas panjang. Dia meletakkan tas itu di sampingnya sambil memandangi William.“Itu bukan urusanku! Seharusnya kau tahu bahwa menikahiku memiliki konsekuensi. Aneh saja kalian!” balas Aurora secepat mungkin. Dia memandangi bola mata William. Aurora tidak takut, dia akan melawan lelaki itu. Entah keberanian dari mana yang tiba-tiba merasukinya.

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 53

    “Haruskah aku kembali ke rumahmu?” Aurora memandangi William yang duduk di sampingnya. Lelaki itu tidak bersuara.“Aku tidak ingin membuat Maya marah.” Aurora memandang keluar jendela dengan pandangan sendu. Kabut memenuhi jendela mobil.“Kau membenciku?” tanyanya. Aurora menggeleng.“Kau mengandung bayiku, tentu saja aku ingin bayiku.”“Aku bisa memberikan anak ini setelah aku melahirkannya,” sergap Aurora. William tidak mengubris. Lelaki itu mengambil ponselnya. Sepertinya dia sedang menghubungi seseorang saat ini.“Edward, antar aku dan Aurora ke pusat perbelanjaan. Aku ingin memberikan tas kepadanya!” perintah William. Aurora spontan menoleh ke arah William.“Aku tidak mau!” protesnya.“Lihat! Tas yang kau gunakan sangat lusuh. Aku bahkan malu melihat tas ini. Apa kau tidak punya uang sepeser pun untuk mengantinya? Ah sungguh, kau benar-benar miskin!”William menghela napas panjang. Aurora menatap tas ransel yang sangat disukainya. Barang itu adalah pemberian ayahnya. Sejak dulu,

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 52

    “Mengapa tidak tinggal bersama ayah dan ibumu?” tanya Aurora saat mobil perak itu berhenti tepat di depan sebuah mension berwarna putih. Aurora sangat takjub melihat bangunan mewah itu.“Saya suka jika sendiri,” jawab prof. John.“Oh, jadi begitu. Apa ayahmu berada di dalam juga?”Prof. John menganggukan kepala. Dia segera turun dan membantu Aurora untuk membuka pintu mobilnya. Aurora mengikuti prof. John dari belakang.“Yakin, bisa tinggal sendiri?”“Aku punya dua apartemen di Nevada ini.” Prof. John menatap Aurora dan masih menawarkan niat baiknya. “Aku suka jika kau menempatinya,” sambungnya lagi.“Tidak usah, aku tidak ingin merepotkan orang lagi,” jawabnya. Aurora mempercepat langkahnya mengikuti prof. John. Saat berada di depan pintu, ada dua pengawal berjas hitam yang berdiri dan memberi hormat.“Masuklah Aurora, orang tuaku pasti bahagia melihatmu.” Aurora dan prof. John berjalan menuju ruang keluarga. Aurora tersenyum. Seorang perempuan paruh baya langsung memeluk tubuhnya. N

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status