Share

Bab 7

Penulis: Anana-chan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 16:22:54

Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.

“Sayang!”

William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.

“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.

“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.

“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.

“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.

“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.

“Aku tidak ingin, aku ingin orang-orang tahu bahwa kau adalah istriku, Maya,” balas William kemudian. Dia mencondongkan wajahnya lalu memberikan kecupan di kening Maya dengan lembut.

Maya tersenyum puas. “Tapi, dia juga istrimu sekarang. Walaupun pernikahan ini secara mendadak,” jelasnya.

“Kau tidak cemburu sayang?”

Maya menggelengkan kepala. “Aku tahu kau akan setia kepadaku, William. Jadi, tidak masalah memperkenalkan dia di keluarga Keller bahwa Aurora adalah istrimu.”

William menghela napas panjang. “Baiklah.”

Keluarga Keller selalu melaksanakan jamuan makan malam saat Tuan Damian pulang dari perjalanan bisnisnya. Keluarga Keller sangat tertutup, walaupun setiap anggota keluarga sangat tertutup, keluarga Keller tetap terkenal bahkan di seluruh Las Vegas.

“Kau sudah siap jika ayahku bertanya mengenai kehamilan?” tanya William yang menatap Maya. Istrinya itu sedang memakai mantel tebal.

Maya menganggukan kepala penuh keyakinan. “Aku tidak takut lagi, ayahmu hanya ingin seorang cucu. Aurora bisa memberikan cucu untuk ayahmu itu.”

“Terima kasih sayang, kau adalah istriku yang sangat baik,” ucap William sambil mengengam tangan Maya keluar dari dalam kamar.

***

“Jamuan makan malam, Bibi?” tanya Aurora yang berada di dalam kamar. Margaret menganggukan kepala.

“Iya Nona, anda harus ikut!”

“Keluarga Keller mengadakan jamuan makan malam untuk menyambut Tuan Damian dari perjalanan bisnisnya, setiap menantu yang hadir harus bertemu dengan mertuanya. Semacam ucapan syukur karena Tuan Damian kembali dengan selamat,” jelas Margaret panjang lebar.

Aurora mengusap wajahnya secara kasar.

“Nona Maya yang mengatakan hal itu!” ucap Margaret secepat mungkin. Aurora mengigit bibir bawahnya. Bertemu dengan Tuan Damian benar-benar membuatnya sakit kepala. Tatapan lelaki paruh baya itu selalu tajam.

“Apakah aku bisa tidak ikut?” tanya Aurora lagi. Margaret menggeleng.

“Tidak Nona, anda harus ikut!” Margaret meletakkan satu gaun di samping tempat tidur. Tempat Aurora berdiri saat ini.

“Setiap menantu harus bertemu dengan mertuanya. Tuan William memiliki dua saudara, namun saudara tuan William bukan saudara kandung. Tuan Anora adalah suadara tiri dan tidak memiliki anak juga,” jelas Margaret. Kepala Aurora benar-benar sakit memikirkan penjelasan pelayan itu.

“Oke, bantu aku berpakaian!”

Walaupun hatinya masih sakit karena Antoni, Aurora tidak boleh larut dalam kesedihan. Dia harus mencari cara untuk keluar dari rumah ini dan segera mencari Robert untuk meminta pertanggung jawaban. Lelaki tua itu dalang dari kehancurannya.

Setelah berpakaian dan dibantu riasan oleh Margaret. Aurora segera ke ruang tamu saat mendengarkan suara Maya memanggilnya. Aurora berjalan dengan pelan. Dia menatap Maya dan William yang sedang bergandengan tangan. Kedua manusia itu menatapnya.

Aurora mencoba memandangi William yang berdiri di samping Maya. Lelaki itu mengalihkan pandangannya secepat mungkin saat bola mata mereka bertemu beberapa detik.

“Kau sudah siap?” tanya Maya. Aurora memganggukan kepala.

“Ingat, saat berada di luar rumah. Jangan berani kabur dari kami. Aku dan William akan menjual rumah peninggalan orang tuamu jika hal itu terjadi!”

Bola mata Aurora membulat sempurna. “Kau tahu tentang itu?” tanya Aurora secepat mungkin. Maya menganggukan kepala.

“Tentu saja, aku tahu hal itu.”

William terdiam, dia membiarkan istrinya yang berbicara. Perlahan, William mencuri pandangan ke arah Aurora. Pesona Aurora benar-benar membuatnya merasa aneh seketika.

“Jangan jual rumah itu!” ucap Aurora segera sambil menatap tajam Maya.

“Rumah itu sangat berarti untukku,” serunya lirih.

“Aku tidak akan menjualnya jika kau tidak kabur dari kami!” Maya mengangkat salah satu alisnya menatap Aurora.

“Kita tidak punya waktu, segera bergabung di acara keluarga Keller. Setiap menantu harus ikut!” ucap Maya sambil berjalan keluar dari dalam rumah. William mengikuti langkah istrinya dari belakang.

Aurora hanya bisa menghela napas panjang dan berjalan di samping William.

***

“Tuan Damian, bagaimana dengan menantu anda yang model itu?” sahut tuan Alex saat menatap Tuan Damian menikmati wiskinya. Tuan Alex adalah sahabat Tuan Damian.

“Kau tahu, kedua putraku itu sama-sama bodoh memilih istri, bagaimana bisa mereka tidak memiliki anak?” gerutu Tuan Damian sambil menyeruput dengan pelan wiski miliknya.

“Hahaha, tidak usah cemas Tuan Damian, kedua putramu masih muda. Mereka pasti memiliki anak,” balas tuan Alex sambil menepuk pundak sahabatnya dengan pelan. Tuan Damian menghela napas panjang.

Acara perjamuan makan malam keluarga Keller selalu diwarnai dengan pertanyaan cucu. Tuan Damian bahkan sudah tahu bahwa setiap tahun, kedua putranya itu tidak memberikan cucu kepadanya.

“Tuan Damian, kau melihat perempuan muda yang berada di samping William, siapa dia?”

Perhatian tuan Alex pecah saat menatap William dan Maya masuk ke dalam rumah. Tuan Damian meletakkan gelas wiskinya lalu berjalan menghampiri William yang baru saja datang.

“Kau datang juga?”

“Aku selalu berharap kau datang sambil membawah bayi,” gerutunya.

“Apakah kau tidak merasa bersalah, setiap tahu di dalam perjamuan ini, ayah selalu ditanya mengenai penerus keluarga Keller?” sambungnya. Maya mengengam tangan William dengan erat.

“Aurora, ikuti aku!”

Tuan Damian menatap Aurora yang tampak kaget karena suaranya. Perempuan muda itu mengikuti Tuan Damian dari belakang.

Beberapa pelayan keluarga Velmor segera menyediakan tempat khusus untuk Aurora. Biasanya tempat khusus itu untuk Maya. Entah mengapa Tuan Damiant memanggil Aurora untuk mengisi meja khusus untuknya.

“Tuan Damian, maaf karena lancang masuk ke keluarga anda.”

“Aku juga …,”

“Aku mengerti, diam saja karena banyak hal yang harus kau jawab setelah ini!” ucap Tuan Damian. Dia duduk di samping Aurora. Beberapa tamu segera mengisi meja makan yang panjang. Aurora merasa risih karena seluruh tatapan mengarah kepadanya. Bahkan pelayan sangat melayaninya dengan ramah.

Namun tidak bagi Maya. Perempuan cantik itu menatapnya dengan ekspresi tidak bersahabat.

Bersambung …

Bab terkait

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 1

    Aurora Smith, gadis berusia 24 tahun dan berambut panjang itu menatap kosong puing-puing kamarnya yang hancur. Bola matanya membulat sempurna saat melihat beberapa lelaki berjas hitam menjemput di dalam kamar. Perlahan, Aurora bisa melihat ada lima lelaki yang sedang menatapnya. Kelima lelaki itu memakai kacamata hitam. Semua memiliki wajah yang sangat menyeramkan. Bagaikan gigolo yang akan memangsanya.“Nona Aurora?” serunya. Aurora yang duduk sambil memeluk lututnya segera menatap lelaki berjas hitam yang sedang berdiri beberapa sentimeter dari tubuhnya. Kaki Aurora bergetar. Dia sedikit ketakutan namun Aurora berusaha menatap kelima lelaki asing itu.“Tuan kami sudah menikahi anda, anda adalah istrinya sekarang, pernikahan sudah didaftarkan dan tidak ada pilihan lain,” jawabnya. Aurora menghela napas panjang. Seakan ada bongkahan besar yang berada di tengorokannya saat ini. Bagaimana bisa dia sudah menikah dengan lelaki asing yang tidak dikenalnya?“Tuan Robert sudah memerintahkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 2

    Aurora terbangun dan menatap tubuhnya di atas ranjang super king."Apa aku mimpi?"Pertemuanya dengan lelaki berjas hitam itu seperti mimpi buruk yang dengan cepat harus dilupakan."Ah!" desahnya. Aurora mencoba turun dan berjalan menyusuri ruangan kamarnya yang sangat besar. Bahkan kamar itu lebih besar dari rumahnya yang berada di Manchester.“Nona Aurora?” sahut suara itu. Aurora yang sedang asik memandangi lukisan spontan menoleh ke belakang dan menatap Bibi Margaret sedang menyiapkan gaun untuknya.“Tuan William akan datang, saya sudah menyediakan baju untuk hari ini.”Perempuan itu menunjukan gaun kepadanya. Aurora menatap gaun berwarna biru yang diletakkan di samping tempat tidur.“Apakah aku harus menggunakannya?”Bibi Margaret menganggukan kepala. “Tentu saja, Nona!”“Apa ada masalah?”Aurora menghela napas panjang. Pakaian itu terlalu mewah. Aurora tidak suka memakai gaun. “Apakah lelaki itu berumur tua?” tanya Aurora segera sebelum perempuan paruh baya itu pergi meninggal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 3

    Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.“Kau gadis yang disuruh istriku?”Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 4

    “Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.“Tapi … aku dan dia …,”“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.“Dia adalah istrimu, ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 7

    Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.“Sayang!”William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.“Aku tid

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 6

    Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.Langkah kaki

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 5

    William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya m

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 4

    “Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.“Tapi … aku dan dia …,”“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.“Dia adalah istrimu, ka

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 3

    Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.“Kau gadis yang disuruh istriku?”Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status