แชร์

Bab 7

ผู้เขียน: Anana-chan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-21 16:22:54

Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.

“Sayang!”

William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.

“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.

“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.

“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.

“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.

“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.

“Aku tidak ingin, aku ingin orang-orang tahu bahwa kau adalah istriku, Maya,” balas William kemudian. Dia mencondongkan wajahnya lalu memberikan kecupan di kening Maya dengan lembut.

Maya tersenyum puas. “Tapi, dia juga istrimu sekarang. Walaupun pernikahan ini secara mendadak,” jelasnya.

“Kau tidak cemburu sayang?”

Maya menggelengkan kepala. “Aku tahu kau akan setia kepadaku, William. Jadi, tidak masalah memperkenalkan dia di keluarga Keller bahwa Aurora adalah istrimu.”

William menghela napas panjang. “Baiklah.”

Keluarga Keller selalu melaksanakan jamuan makan malam saat Tuan Damian pulang dari perjalanan bisnisnya. Keluarga Keller sangat tertutup, walaupun setiap anggota keluarga sangat tertutup, keluarga Keller tetap terkenal bahkan di seluruh Las Vegas.

“Kau sudah siap jika ayahku bertanya mengenai kehamilan?” tanya William yang menatap Maya. Istrinya itu sedang memakai mantel tebal.

Maya menganggukan kepala penuh keyakinan. “Aku tidak takut lagi, ayahmu hanya ingin seorang cucu. Aurora bisa memberikan cucu untuk ayahmu itu.”

“Terima kasih sayang, kau adalah istriku yang sangat baik,” ucap William sambil mengengam tangan Maya keluar dari dalam kamar.

***

“Jamuan makan malam, Bibi?” tanya Aurora yang berada di dalam kamar. Margaret menganggukan kepala.

“Iya Nona, anda harus ikut!”

“Keluarga Keller mengadakan jamuan makan malam untuk menyambut Tuan Damian dari perjalanan bisnisnya, setiap menantu yang hadir harus bertemu dengan mertuanya. Semacam ucapan syukur karena Tuan Damian kembali dengan selamat,” jelas Margaret panjang lebar.

Aurora mengusap wajahnya secara kasar.

“Nona Maya yang mengatakan hal itu!” ucap Margaret secepat mungkin. Aurora mengigit bibir bawahnya. Bertemu dengan Tuan Damian benar-benar membuatnya sakit kepala. Tatapan lelaki paruh baya itu selalu tajam.

“Apakah aku bisa tidak ikut?” tanya Aurora lagi. Margaret menggeleng.

“Tidak Nona, anda harus ikut!” Margaret meletakkan satu gaun di samping tempat tidur. Tempat Aurora berdiri saat ini.

“Setiap menantu harus bertemu dengan mertuanya. Tuan William memiliki dua saudara, namun saudara tuan William bukan saudara kandung. Tuan Anora adalah suadara tiri dan tidak memiliki anak juga,” jelas Margaret. Kepala Aurora benar-benar sakit memikirkan penjelasan pelayan itu.

“Oke, bantu aku berpakaian!”

Walaupun hatinya masih sakit karena Antoni, Aurora tidak boleh larut dalam kesedihan. Dia harus mencari cara untuk keluar dari rumah ini dan segera mencari Robert untuk meminta pertanggung jawaban. Lelaki tua itu dalang dari kehancurannya.

Setelah berpakaian dan dibantu riasan oleh Margaret. Aurora segera ke ruang tamu saat mendengarkan suara Maya memanggilnya. Aurora berjalan dengan pelan. Dia menatap Maya dan William yang sedang bergandengan tangan. Kedua manusia itu menatapnya.

Aurora mencoba memandangi William yang berdiri di samping Maya. Lelaki itu mengalihkan pandangannya secepat mungkin saat bola mata mereka bertemu beberapa detik.

“Kau sudah siap?” tanya Maya. Aurora memganggukan kepala.

“Ingat, saat berada di luar rumah. Jangan berani kabur dari kami. Aku dan William akan menjual rumah peninggalan orang tuamu jika hal itu terjadi!”

Bola mata Aurora membulat sempurna. “Kau tahu tentang itu?” tanya Aurora secepat mungkin. Maya menganggukan kepala.

“Tentu saja, aku tahu hal itu.”

William terdiam, dia membiarkan istrinya yang berbicara. Perlahan, William mencuri pandangan ke arah Aurora. Pesona Aurora benar-benar membuatnya merasa aneh seketika.

“Jangan jual rumah itu!” ucap Aurora segera sambil menatap tajam Maya.

“Rumah itu sangat berarti untukku,” serunya lirih.

“Aku tidak akan menjualnya jika kau tidak kabur dari kami!” Maya mengangkat salah satu alisnya menatap Aurora.

“Kita tidak punya waktu, segera bergabung di acara keluarga Keller. Setiap menantu harus ikut!” ucap Maya sambil berjalan keluar dari dalam rumah. William mengikuti langkah istrinya dari belakang.

Aurora hanya bisa menghela napas panjang dan berjalan di samping William.

***

“Tuan Damian, bagaimana dengan menantu anda yang model itu?” sahut tuan Alex saat menatap Tuan Damian menikmati wiskinya. Tuan Alex adalah sahabat Tuan Damian.

“Kau tahu, kedua putraku itu sama-sama bodoh memilih istri, bagaimana bisa mereka tidak memiliki anak?” gerutu Tuan Damian sambil menyeruput dengan pelan wiski miliknya.

“Hahaha, tidak usah cemas Tuan Damian, kedua putramu masih muda. Mereka pasti memiliki anak,” balas tuan Alex sambil menepuk pundak sahabatnya dengan pelan. Tuan Damian menghela napas panjang.

Acara perjamuan makan malam keluarga Keller selalu diwarnai dengan pertanyaan cucu. Tuan Damian bahkan sudah tahu bahwa setiap tahun, kedua putranya itu tidak memberikan cucu kepadanya.

“Tuan Damian, kau melihat perempuan muda yang berada di samping William, siapa dia?”

Perhatian tuan Alex pecah saat menatap William dan Maya masuk ke dalam rumah. Tuan Damian meletakkan gelas wiskinya lalu berjalan menghampiri William yang baru saja datang.

“Kau datang juga?”

“Aku selalu berharap kau datang sambil membawah bayi,” gerutunya.

“Apakah kau tidak merasa bersalah, setiap tahu di dalam perjamuan ini, ayah selalu ditanya mengenai penerus keluarga Keller?” sambungnya. Maya mengengam tangan William dengan erat.

“Aurora, ikuti aku!”

Tuan Damian menatap Aurora yang tampak kaget karena suaranya. Perempuan muda itu mengikuti Tuan Damian dari belakang.

Beberapa pelayan keluarga Velmor segera menyediakan tempat khusus untuk Aurora. Biasanya tempat khusus itu untuk Maya. Entah mengapa Tuan Damiant memanggil Aurora untuk mengisi meja khusus untuknya.

“Tuan Damian, maaf karena lancang masuk ke keluarga anda.”

“Aku juga …,”

“Aku mengerti, diam saja karena banyak hal yang harus kau jawab setelah ini!” ucap Tuan Damian. Dia duduk di samping Aurora. Beberapa tamu segera mengisi meja makan yang panjang. Aurora merasa risih karena seluruh tatapan mengarah kepadanya. Bahkan pelayan sangat melayaninya dengan ramah.

Namun tidak bagi Maya. Perempuan cantik itu menatapnya dengan ekspresi tidak bersahabat.

Bersambung …

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 12

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 13

    Aurora memikirkan rencana William yang akan memberikan fasilitas pendidikan kepadanya. Tidak masalah, dia bisa keluar dari rumah yang bagaikan neraka ini. Setidaknya dia punya waktu untuk mencari pamannya bernama Robert. Lelaki itu pastinya ada hubungannya dengan kematian ayahnya.Aurora duduk sambil memandang keluar jendela. Salju turun perlahan. Aurora melihat ke bawah taman. Kamarnya yang berada di lantai dua benar-benar memberikan pemandangan yang indah di malam hari. Sepertinya Edward begitu telaten merawat taman kecil itu sehingga terlihat sangat indah. Setelah puas melihat taman, Aurora bergegas mengambil ponselnya. “Halo?”“Ada apa lagi, Aurora. Aku sudah katakan bahwa kau tidak berguna di kehidupanku!” “Aku sudah bertunangan!” ucap suara lelaki itu. Aurora menghela napas kasar ke udara. “Ya, aku tahu itu Antoni. Aku ingin bertemu!” “Entah jika kau mau membawah kekasihmu, aku tidak peduli. Aku ingin bertemu!” ucap Aurora secepat mungkin. Deru napas saling berkejaran jelas

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 14

    Aurora memakai mantel cokelat dan sepatu bot hitam. Tidak lupa dia menatap dirinya melalui cermin besar. Hari ini, lelaki itu mengatakan akan mengantarnya ke kampus. “Untuk melahirkan penerus keluarga Keller, aku tidak seharusnya kuliah,” batinnya. Aurora membuka pintu kamar. Dia menatap William yang sudah bersiap mengantarnya bersama Edward. Sang pengawal itu menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Kampusmu ini sangat dekat, kau bisa cuti jika sudah mengandung anakku,” ucap William. Aurora menghela napas kasar ke udara. Mimik wajah William terlihat tidak suka menatapnya. Aurora menahan tawanya saat lengan lelaki itu dibalut perban. Bekas gigitannya benar-benar berbahaya, pikirnya. William berjalan keluar dari rumah dan diikuti Edward dari belakang. Aurora dengan sangat lemas harus mengikuti lelaki itu. Di dalam mobil, Aurora duduk sendiri. Sesekali William menatapnya melalui kaca spion. “Bagaimana kalo di kampus, orang-orang tahu kalo aku istri kedua?”“Itu tidak pentin

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 15

    Aurora menghela napas panjang. Dia menatap William yang sibuk di ruang kerjanya. Lelaki itu sedang bervideo call dengan istrinya, Maya. Sebenarnya Aurora kesal bertemu dengan William, namun dia harus bertanya mengenai ponselnya. “Masuk saja, jangan seperti patung di situ!” Aurora membuka pintu lalu berjalan menuju meja kerja William. Aurora menunduk ke bawah. “Aku butuh ponsel, Edward sudah menemukan ponselku dan benda itu sudah tidak bisa digunakan.” Aurora memandangi wajah William dengan serius.“Katakan kepada Edward untuk memberikanmu ponsel baru, masalah remeh seperti itu kau harus segera ke Edward. Dia akan mengurusnya!”Aurora menghela napas panjang. “Baiklah,” jawabnya. Dia berbalik badan lalu bergegas menuju pintu. Sebelum benar-benar keluar, William memanggilnya. “Aurora Aderson?” “Ada apa?”“Selama di kampus, apapun yang berkaitan dengan keluarga Keller, jangan jelaskan kepada siapa pun!” Aurora menganggukan kepala mengerti. “Kau juga harus menjaga rahasia di kelua

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26

บทล่าสุด

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 87

    “Kau cemburu?”“Ya, aku cemburu?”“Apa kau tidak tahu bahwa aku cemburu dengan apa yang kau lakukan dengan lelaki lain! Kamu berpelukan dengan prof. John!”“Apa kamu pikir itu tidak membuatku marah?” William berdecak kesal. Sorot matanya sangat tajam memandangi Aurora.“Apa maksudmu, William?”“Aku sama sekali tidak mengerti?” Aurora mengerutkan kening. William segera mengambil ponselnya dan menunjukan foto Aurora dan Prof. John yang saling berpelukan. Aurora mengusap wajahnya secara kasar. Siapa yang mengambil gambar mereka? Pikirnya.“Apa ini Aurora? Kau pikir aku tidak tahu?” William semakin keras mengengam tangan Aurora dan membuat perempuan itu merintih kesakitan.“William, lepaskan tanganku!”“Aku tidak mau ikut denganmu!”“Kau terlalu kasar, menganggap aku sampah dan tidak memperhatikanku, lepaskan aku!”Prof. John segera mengengam tangan William. Dia berusaha melepaskan Aurora dari tarikan kasar lelaki itu.“Tuan William, istri anda sakit!”“Jangan lakukan ini!” Prof. John men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 86

    “Sial!”William melempar ponselnya saat melihat gambar Aurora dan prof. John berpelukan di depan apartemen. “Perempuan itu benar-benar murahan!” gerutunya.“Aku memberikannya apartemen, dia malah bersama lelaki lain!” Wajah William memerah, dia menahan emosi yang memuncak di dada. Secepat kilat dia memanggil Edward yang berjaga selalu di depan pintu kerjanya.“Edward!” teriaknya. Lelaki bertubuh tinggi itu segera menghampirinya.“Ada apa Tuan?”“Cepat jemput Aurora segera di kampus, bawah dia ke sini!” perintahnya.“Lihat, apa yang dia perbuat?” William mengambil ponselnya lalu menunjukan kepada Edward gambar yang baru saja diterimanya saat ini. Edward mengerutkan kening tidak mengerti.“Perempuan itu bersama lelaki lain.”“Paksa dia datang ke sini sekarang!”“Baik, Tuan!” Edward segera keluar. Tidak ada yang bisa menolak perintah William. Apapun yang dikatakan lelaki itu.“William?”Maya menghampiri suaminya. Wajahnya sangat pucat. Dia mengelus perutnya yang buncit. Maya menatap Wil

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 85

    Aurora memandangi jam dinding yang berada di dalam kamarnya saat ini, sudah pukul dua malam dan bola matanya belum bisa diajak bekerja sama. Aurora ingin terlelap tidur agar dia bisa ke kampus dan menyelesaikan tugas akhirnya. Aurora sudah memasuki semester terakhir tahun ini.Aurora menatap ponselnya. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang menghubunginya sampai sekarang. Bahkan William tidak mengirimkannya pesan. Aurora semakin terheran, apa lelaki itu sama sekali tidak cemas kepadanya?Aurora menghela napas panjang. Dia berajalan menuju meja riasnya dan memandangi dirinya dari balik cermin.Seluruh isi media sosialnya mengabarkan mengenai kehamilan Maya. Tidak sedikit yang mengulas mengenai nasibnya ke depan. Tapi, Aurora tidak peduli. Dia sungguh sangat kesal dan sakit hati.Aurora berjalan mengambil air minum. Saat tangannya baru saja ingin mengambil gelas, Aurora mendengarkan langkah seorang sedang berjalan menuju apartemennya. Langkah kaki lelaki itu terdengar jelas dan membuat Au

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 84

    Maya membuka matanya. Dia meraba ke sampingnya dan William tidak ada. Maya berusaha untuk duduk. Dia mencari William di dalam kamar.“William?” panggilnya. Nihil, suaminya itu tidak berada di sampingnya atau dimana pun.“Di mana William?” serunya. Maya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berjalan keluar dari dalam kamar sambil terus mencari William. Sudah pukul dua malam dan suaminya itu tidak berada di dalam kamar.“Di mana dia?”Maya menuju ruang kerja William. Ruangan itu terang dengan cahaya lampu. Maya berjalan pelan menuju pintu. Dari kejauhan, William sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang ponsel.“Apapun itu, pantau dia dari jauh.”“Aku tidak ingin Aurora dalam keadaan bahaya di luar.”“Walaupun aku terlihat tidak memperdulikannya, namun aku menyayanginya.” Bola mata Maya terbelalak mendengarkan perkataan William.“Dia menyanyangi perempuan itu?” batinnya.“Tidak, itu tidak mungkin!”“William tidak mungkin semudah itu menyanyangi perempuan lain,” serunya kemudian

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 83

    Prof. John merasakan sesuatu yang dingin sedang mengecup tubuhnya. Kepalanya sangat sakit dan dia berusaha membuka matanya. Kecupan itu semakin nyata, memberikan sensasi tersendiri di tubuhnya.“Cicilia!” Bola mata prof. John terbelalak. Secara cepat, dia mendorong tubuh perempuan itu menjauh.“Apa yang kau lakukan di sini?” hardiknya. Cicilia memandangi prof. John. Dia mengerutkan kening tidak mengerti.“John, mengapa kau kasar sekali?” rintih Cicilia sambil menyentuh tangannya. Dia menangis di sudut tempat tidur karena dorongan prof. John yang melukainya. Prof. John segera mengambil bajunya dan berjalan keluar dari dalam kamar.“Pakai pakaianmu dan jangan lakukan itu!” perintah Prof. John ketus. Dia berjalan meninggalkan Cicilia yang menangis di depannya.Prof. John menghela napas panjang. “Aku tidak suka dengan tindakanmu seperti ini, Cicilia!” serunya dari luar. Cicilia mengambil bajunya yang tercecer di lantai. Dia menggunakannya kembali lalu turun dari tempat tidur. Cicilia frus

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 82

    Sudah ada tiga gelas wiski yang terjatuh dari atas meja. Roy mengusap wajahnya kesal. Prof. John sama sekali tidak ingin berhenti minum malam ini.“John, aku tahu kau sedang frustasi. Tapi, kamu pasti bisa berpikir cerdas.”“Kamu memiliki karier yang bagus, kamu tampan dan kaya raya. Kamu bisa mendapatkan perempuan mana pun. Hanya karena Aurora, perempuan asing itu, kau seperti ini?”“Ah, John. Kamu benar-benar lemah!” hardik Roy. Dia duduk di atas meja sambil menyilangkan kakinya. John tidak peduli ucapan lelaki itu.“Aku mencintai, Aurora!”Prof. John menoleh ke arah Roy. Bola mata prof. John berkabut. Dia melepaskan kacamatanya dan menundukan wajahnya ke bawah. Roy menghela napas panjang.“Oke, apa yang kamu butuhkan sekarang, John?”“Meminta Aurora untuk menghubungimu?” tanyanya. Prof. John menggelengkan kepala.“Aku akan hubungi Cicilia, kamu sepertinya sedang mabuk. Tunggu di sini!” Roy bergegas menuju tangga yang menghubungkan kamarnya dengan lantai dua. Roy mengambil ponselnya

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 81

    Aurora terbangun lebih awal. Dia memikirkan mengenai rencana Cicilia untuk membawahnya keluar dari Nevada demi kelangsungan hubungan dirinya dengan Prof. John. Cicilia sudah mengirimkan tiket dan juga foto rumah yang bisa ditempati Aurora di Italia.Aurora menghela napas panjang. Hubungan dengan ibunya tidak baik saat ini. Hari ini, nyonya Rebeca sudah bisa keluar dari rumah sakit. Namun, perempuan paruh baya itu tidak ingin jika Aurora yang menjemputnya.“Ibu, aku akan menyuruh pengawal William untuk menjemputmu,” ucap Aurora melalui sambungan telepon.“Aku tidak mau!”“Apapun itu, aku tidak mau, Aurora! Aku ingin prof. John saja. Lelaki itu lebih lembut dan juga lebih jelas.”“Maksud ibu, apakah William tidak jelas?” sergap Aurora kemudian.“Putriku, kau tahu kan kalo William sudah beristri dan hanya menjadikanmu simpanan di rumah itu? Ah, ibu terluka mendengarkannya.”“Bahkan di ruang publik pun, dia tidak ingin mengakuimu. Ibu tidak mau putri ibu diperlakukan buruk.”“Aku akan men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 80

    Cicilia menangis terisak di taman kampus. Luka hatinya tidak akan terobati. Prof. John begitu kasar. Padahal saat di Inggris, lelaki itu selalu menyanyanginya dan bersikap lembut. Prof. John sangat mencintainya dan entah mengapa, dia tiba-tiba berubah seketika.Cicilia berusaha menenangkan dirinya namun air matanya terus mengalir. Dia sudah menghubungi Aurora agar segera menemaninya.“Cicilia!”Aurora panik saat melihat wajah Cicilia penuh dengan air mata. Tubuh perempuan itu bergetar bahkan suaranya sangat pelan, hampir tidak terdengar. Cicilia memeluk Aurora dan terisak di dalam pelukan perempuan itu.“Aurora, tolong aku!”“Aku sangat mencintai Prof. John. Dia adalah lelaki yang aku sayangi. Apa kau bisa menolongku?” Cicilia terus menangis. Aurora menghela napas panjang. Dia melepaskan pelukan Cicilia.“Ada apa?”“Aku sudah menghindarinya. Apa dia melukaimu?” Aurora memandangi Cicilia. Perempuan itu menganggukan kepala.“Aurora, aku mohon kepadamu. Aku mohon kepadamu!” pinta Cicilia

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 79

    “Jadi, pernikahan ini hanya secara paksa?” Nyonya Rebeca memandangi Aurora yang duduk di depannya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menganggukan kepala secara perlahan.“Kau mencintainya?” Nyonya Rebeca menyipitkan mata memandangi putrinya itu. Aurora menongakan wajahnya dan menggelengkan kepala.“Aku tidak mencintainya.”“Tapi apa? Mengapa kau melakukan ini Aurora?” sergap Nyonya Rebeca kemudian. Aurora menghela napas kasar di udara.“Aku tidak memiliki uang sepeser pun untuk biaya ibu, aku melakukan ini untuk ibu.”“Kamu hamil?” tanya nyonya Rebeca. Dia menatap Aurora yang tertunduk lemas di hadapannya. Aurora menganggukan kepala.“Tuhan, mengapa kau mengorbankan dirimu sendiri, Aurora?”“Apa kau tidak tahu? Prof. John menyukaimu dan lelaki itu bisa membantu kita! Ah, kau benar-benar bodoh!” cetus nyonya Rebeca. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya sendiri.Aurora terlihat sangat lemas. “Bagaimana jika William membuangmu? Prof. John b

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status