Share

Bab 7

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2025-02-21 16:22:54

Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.

“Sayang!”

William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.

“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.

“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.

“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.

“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.

“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.

“Aku tidak ingin, aku ingin orang-orang tahu bahwa kau adalah istriku, Maya,” balas William kemudian. Dia mencondongkan wajahnya lalu memberikan kecupan di kening Maya dengan lembut.

Maya tersenyum puas. “Tapi, dia juga istrimu sekarang. Walaupun pernikahan ini secara mendadak,” jelasnya.

“Kau tidak cemburu sayang?”

Maya menggelengkan kepala. “Aku tahu kau akan setia kepadaku, William. Jadi, tidak masalah memperkenalkan dia di keluarga Keller bahwa Aurora adalah istrimu.”

William menghela napas panjang. “Baiklah.”

Keluarga Keller selalu melaksanakan jamuan makan malam saat Tuan Damian pulang dari perjalanan bisnisnya. Keluarga Keller sangat tertutup, walaupun setiap anggota keluarga sangat tertutup, keluarga Keller tetap terkenal bahkan di seluruh Las Vegas.

“Kau sudah siap jika ayahku bertanya mengenai kehamilan?” tanya William yang menatap Maya. Istrinya itu sedang memakai mantel tebal.

Maya menganggukan kepala penuh keyakinan. “Aku tidak takut lagi, ayahmu hanya ingin seorang cucu. Aurora bisa memberikan cucu untuk ayahmu itu.”

“Terima kasih sayang, kau adalah istriku yang sangat baik,” ucap William sambil mengengam tangan Maya keluar dari dalam kamar.

***

“Jamuan makan malam, Bibi?” tanya Aurora yang berada di dalam kamar. Margaret menganggukan kepala.

“Iya Nona, anda harus ikut!”

“Keluarga Keller mengadakan jamuan makan malam untuk menyambut Tuan Damian dari perjalanan bisnisnya, setiap menantu yang hadir harus bertemu dengan mertuanya. Semacam ucapan syukur karena Tuan Damian kembali dengan selamat,” jelas Margaret panjang lebar.

Aurora mengusap wajahnya secara kasar.

“Nona Maya yang mengatakan hal itu!” ucap Margaret secepat mungkin. Aurora mengigit bibir bawahnya. Bertemu dengan Tuan Damian benar-benar membuatnya sakit kepala. Tatapan lelaki paruh baya itu selalu tajam.

“Apakah aku bisa tidak ikut?” tanya Aurora lagi. Margaret menggeleng.

“Tidak Nona, anda harus ikut!” Margaret meletakkan satu gaun di samping tempat tidur. Tempat Aurora berdiri saat ini.

“Setiap menantu harus bertemu dengan mertuanya. Tuan William memiliki dua saudara, namun saudara tuan William bukan saudara kandung. Tuan Anora adalah suadara tiri dan tidak memiliki anak juga,” jelas Margaret. Kepala Aurora benar-benar sakit memikirkan penjelasan pelayan itu.

“Oke, bantu aku berpakaian!”

Walaupun hatinya masih sakit karena Antoni, Aurora tidak boleh larut dalam kesedihan. Dia harus mencari cara untuk keluar dari rumah ini dan segera mencari Robert untuk meminta pertanggung jawaban. Lelaki tua itu dalang dari kehancurannya.

Setelah berpakaian dan dibantu riasan oleh Margaret. Aurora segera ke ruang tamu saat mendengarkan suara Maya memanggilnya. Aurora berjalan dengan pelan. Dia menatap Maya dan William yang sedang bergandengan tangan. Kedua manusia itu menatapnya.

Aurora mencoba memandangi William yang berdiri di samping Maya. Lelaki itu mengalihkan pandangannya secepat mungkin saat bola mata mereka bertemu beberapa detik.

“Kau sudah siap?” tanya Maya. Aurora memganggukan kepala.

“Ingat, saat berada di luar rumah. Jangan berani kabur dari kami. Aku dan William akan menjual rumah peninggalan orang tuamu jika hal itu terjadi!”

Bola mata Aurora membulat sempurna. “Kau tahu tentang itu?” tanya Aurora secepat mungkin. Maya menganggukan kepala.

“Tentu saja, aku tahu hal itu.”

William terdiam, dia membiarkan istrinya yang berbicara. Perlahan, William mencuri pandangan ke arah Aurora. Pesona Aurora benar-benar membuatnya merasa aneh seketika.

“Jangan jual rumah itu!” ucap Aurora segera sambil menatap tajam Maya.

“Rumah itu sangat berarti untukku,” serunya lirih.

“Aku tidak akan menjualnya jika kau tidak kabur dari kami!” Maya mengangkat salah satu alisnya menatap Aurora.

“Kita tidak punya waktu, segera bergabung di acara keluarga Keller. Setiap menantu harus ikut!” ucap Maya sambil berjalan keluar dari dalam rumah. William mengikuti langkah istrinya dari belakang.

Aurora hanya bisa menghela napas panjang dan berjalan di samping William.

***

“Tuan Damian, bagaimana dengan menantu anda yang model itu?” sahut tuan Alex saat menatap Tuan Damian menikmati wiskinya. Tuan Alex adalah sahabat Tuan Damian.

“Kau tahu, kedua putraku itu sama-sama bodoh memilih istri, bagaimana bisa mereka tidak memiliki anak?” gerutu Tuan Damian sambil menyeruput dengan pelan wiski miliknya.

“Hahaha, tidak usah cemas Tuan Damian, kedua putramu masih muda. Mereka pasti memiliki anak,” balas tuan Alex sambil menepuk pundak sahabatnya dengan pelan. Tuan Damian menghela napas panjang.

Acara perjamuan makan malam keluarga Keller selalu diwarnai dengan pertanyaan cucu. Tuan Damian bahkan sudah tahu bahwa setiap tahun, kedua putranya itu tidak memberikan cucu kepadanya.

“Tuan Damian, kau melihat perempuan muda yang berada di samping William, siapa dia?”

Perhatian tuan Alex pecah saat menatap William dan Maya masuk ke dalam rumah. Tuan Damian meletakkan gelas wiskinya lalu berjalan menghampiri William yang baru saja datang.

“Kau datang juga?”

“Aku selalu berharap kau datang sambil membawah bayi,” gerutunya.

“Apakah kau tidak merasa bersalah, setiap tahu di dalam perjamuan ini, ayah selalu ditanya mengenai penerus keluarga Keller?” sambungnya. Maya mengengam tangan William dengan erat.

“Aurora, ikuti aku!”

Tuan Damian menatap Aurora yang tampak kaget karena suaranya. Perempuan muda itu mengikuti Tuan Damian dari belakang.

Beberapa pelayan keluarga Velmor segera menyediakan tempat khusus untuk Aurora. Biasanya tempat khusus itu untuk Maya. Entah mengapa Tuan Damiant memanggil Aurora untuk mengisi meja khusus untuknya.

“Tuan Damian, maaf karena lancang masuk ke keluarga anda.”

“Aku juga …,”

“Aku mengerti, diam saja karena banyak hal yang harus kau jawab setelah ini!” ucap Tuan Damian. Dia duduk di samping Aurora. Beberapa tamu segera mengisi meja makan yang panjang. Aurora merasa risih karena seluruh tatapan mengarah kepadanya. Bahkan pelayan sangat melayaninya dengan ramah.

Namun tidak bagi Maya. Perempuan cantik itu menatapnya dengan ekspresi tidak bersahabat.

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

    Last Updated : 2025-02-22
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 12

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    Last Updated : 2025-02-25
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 13

    Aurora memikirkan rencana William yang akan memberikan fasilitas pendidikan kepadanya. Tidak masalah, dia bisa keluar dari rumah yang bagaikan neraka ini. Setidaknya dia punya waktu untuk mencari pamannya bernama Robert. Lelaki itu pastinya ada hubungannya dengan kematian ayahnya.Aurora duduk sambil memandang keluar jendela. Salju turun perlahan. Aurora melihat ke bawah taman. Kamarnya yang berada di lantai dua benar-benar memberikan pemandangan yang indah di malam hari. Sepertinya Edward begitu telaten merawat taman kecil itu sehingga terlihat sangat indah. Setelah puas melihat taman, Aurora bergegas mengambil ponselnya. “Halo?”“Ada apa lagi, Aurora. Aku sudah katakan bahwa kau tidak berguna di kehidupanku!” “Aku sudah bertunangan!” ucap suara lelaki itu. Aurora menghela napas kasar ke udara. “Ya, aku tahu itu Antoni. Aku ingin bertemu!” “Entah jika kau mau membawah kekasihmu, aku tidak peduli. Aku ingin bertemu!” ucap Aurora secepat mungkin. Deru napas saling berkejaran jelas

    Last Updated : 2025-02-25
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 14

    Aurora memakai mantel cokelat dan sepatu bot hitam. Tidak lupa dia menatap dirinya melalui cermin besar. Hari ini, lelaki itu mengatakan akan mengantarnya ke kampus. “Untuk melahirkan penerus keluarga Keller, aku tidak seharusnya kuliah,” batinnya. Aurora membuka pintu kamar. Dia menatap William yang sudah bersiap mengantarnya bersama Edward. Sang pengawal itu menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Kampusmu ini sangat dekat, kau bisa cuti jika sudah mengandung anakku,” ucap William. Aurora menghela napas kasar ke udara. Mimik wajah William terlihat tidak suka menatapnya. Aurora menahan tawanya saat lengan lelaki itu dibalut perban. Bekas gigitannya benar-benar berbahaya, pikirnya. William berjalan keluar dari rumah dan diikuti Edward dari belakang. Aurora dengan sangat lemas harus mengikuti lelaki itu. Di dalam mobil, Aurora duduk sendiri. Sesekali William menatapnya melalui kaca spion. “Bagaimana kalo di kampus, orang-orang tahu kalo aku istri kedua?”“Itu tidak pentin

    Last Updated : 2025-02-25
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 15

    Aurora menghela napas panjang. Dia menatap William yang sibuk di ruang kerjanya. Lelaki itu sedang bervideo call dengan istrinya, Maya. Sebenarnya Aurora kesal bertemu dengan William, namun dia harus bertanya mengenai ponselnya. “Masuk saja, jangan seperti patung di situ!” Aurora membuka pintu lalu berjalan menuju meja kerja William. Aurora menunduk ke bawah. “Aku butuh ponsel, Edward sudah menemukan ponselku dan benda itu sudah tidak bisa digunakan.” Aurora memandangi wajah William dengan serius.“Katakan kepada Edward untuk memberikanmu ponsel baru, masalah remeh seperti itu kau harus segera ke Edward. Dia akan mengurusnya!”Aurora menghela napas panjang. “Baiklah,” jawabnya. Dia berbalik badan lalu bergegas menuju pintu. Sebelum benar-benar keluar, William memanggilnya. “Aurora Aderson?” “Ada apa?”“Selama di kampus, apapun yang berkaitan dengan keluarga Keller, jangan jelaskan kepada siapa pun!” Aurora menganggukan kepala mengerti. “Kau juga harus menjaga rahasia di kelua

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 60

    “Hai, jangan mendekati!”“Prof. John ingin berbuat apa?” Aurora sangat panik. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia tidak memandangi Prof. John. Deru napas lelaki itu jelas terdengar. Aurora merasa, prof. John sudah semakin dekat dengannya.“Prof. John, hentikan dirimu!”“Apa yang kau lakukan!” Aurora mendorong tubuh Prof. John menjauh. Dia tidak ingin lelaki itu semakin mendekatinya. Prof. John tertawa melihat wajah Aurora yang ketakutan. Prof. John benar-benar suka saat Aurora panik.“Aku hanya mengujimu.”“Kau selalu mengatakan kalo aku guy, tentu saja aku bukan guy!” protesnya. Prof. John melajukan mobilnya lagi.Sesampai di hotel Bellagio, Prof. John bergegas turun. Tidak lupa dia mengengam tangan Aurora saat perempuan itu melangkah. Aurora sebenarnya tidak suka berdekatan namun prof. John yang selalu ingin mengengam tangannya.Kilatan cahaya kamera memenuhi wajahnya. Prof. John tersenyum saat wartawan mengambil gambar mereka. Aurora menutup matanya karena ketakutan. Mimi

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 59

    Aurora duduk di ruang tunggu. Sudah dua kali dia menatap benda persegi yang melingkar di pergelangan tangannya. William dan Maya belum mengizinkannya masuk. Aurora semakin kesal.Dari kejauhan. Aurora menyipitkan matanya. Seorang lelaki bertubuh tinggi berpakaian sangat formal sedang berjalan ke arahnya. Lelaki itu sangat tampan. Sepatunya mengkilat dan Aurora merasa dia bukan lelaki sembarangan.Edward bergegas menahan lelaki itu.“Tuan Dominic, Nona Maya belum bisa ditemui,” sahutnya. Lelaki itu tampak kecewa. Aurora secara cermat memperhatikan gerak-geriknya. Lelaki itu benar-benar berbeda dari William. Tubuhnya tinggi dan rambutnya sangat rapih. William juga memiliki kharisma sendiri. Namun mengenai lelaki yang dilihatnya, dia sangat menarik.Edward mencondongkan wajahnya dan membisikan sesuatu kepada lelaki itu. Aurora tidak bisa mendengarkannya secara jelas.“Oke, aku akan menunggunya di luar,” jawab Dominic kemudian. Lelaki itu lalu bergegas pergi. Edward menatap Aurora sambil

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 58

    Aurora menghela napas panjang melihat William yang sudah rapi. Lelaki itu menunggunya di depan pintu. Aurora yang memakai bot hitam hingga selutut memandangi suaminya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak lupa senyuman menawan terukir di wajah tampannya. Aurora menghela napas panjang.“Kau tahu? Aku sudah memesan banyak baju bayi.” William memasukan tangannya ke dalam saku dan memandangi Aurora dengan serius.“Baju bayi?” Aurora tidak mengerti dengan ucapan William. Lelaki itu menganggukan kepala dengan penuh keyakinan. “Ya, aku membeli baju bayi, sayang!”“Ini terlalu cepat, Tuan William. Ini juga terlalu berlebihan!” serunya.Aurora keluar dari dalam kamar. William terus mengekor di belakang istrinya. Hari ini adalah jadwal pemeriksaan bayi mereka. Aurora sebenarnya tidak ingin pergi. Dia harus meminta izin kepada prof. John untuk tidak ikut ujian hari ini. Tuan Damian langsung yang memerintah untuk rutin memeriksa kandungannya.Aurora menatap William. Lelaki itu cemberut menat

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 57

    Aurora memainkan jemarinya sambil menunggu Tuan Damian di ruang tamu. Hari ini, dia secara khusus bertemu dengan mertuanya. Suara langkah kaki seseorang terdengar dengan jelas mengalun di ruang persegi itu.Aurora menatap Tuan Damian yang tersenyum. Aurora menghela napas panjang. Ucapan prof. John menari-nari di kepalanya dan menganggu perasaanya. Seharusnya dia bahagia karena hanya Tuan Damian yang memperlakukannya dengan baik. Sangat mustahil jika lelaki sebaik Tuan Damian membunuh ayahnya. Ah, Aurora menjadi bimbang. Dia bingung dan tidak mengerti.“Aurora,” sahut suara itu. Aurora berusaha tersenyum. Dia memandangi Tuan Damian.“Ayah mengajakku bertemu?”“Ya,” jawabnya.“Ada apa?” Aurora menatap serius wajah lelaki paruh baya itu. Tuan Damian duduk tepat di depannya sambil menyilangkan kakinya. Edward, sang pengawal berdiri di samping Tuan Damian. Dia mengeluarkan berkas yang diminta majikannya itu.“Aku ingin menawarkanmu pekerjaan,” serunya.“Aku masih kuliah, Ayah. Pekerjaan ap

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 56

    Aurora dan Joanna bergegas pergi namun Roy segera berlari dan berdiri di depannya. Lelaki itu berkacak pingang dan berdecak kesal.“Nona-nona yang cantik, aku sudah katakan. Tidak mungkin aku berniat jahat kepada kalian berdua. Lagian juga ini rumah sahabatku, John. Jadi, silahkan masuk dan kita minum teh hangat dulu. Aku baru saja membawahnya dari Turkey.” Roy mengedipkan mata sambil tersenyum. Joanna merasa mual melihat wajah centil lelaki itu.“Kau tidak berniat jahat kan?” Joanna menyipitkan matanya. Dia memandangi Roy dengan ekspresi menyelidik.“Astaga, kau pikir aku lelaki jahat?”“Wajah semanis ini kau pikir lelaki jahat? Sungguh, kau gadis yang aneh!” keluh Roy.“Ikut aku! Aku akan buatkan teh hangat lalu kita bercerita!” Roy berjalan sambil menarik Joanna dan membuat gadis itu merintih ketakutan. Bola mata Joanna membulat sempurna.“Hai, lepaskan aku!”“Dasar lelaki mesum!” protes Joanna kesal. Aurora mengekor di belakang. Terpaksa dia harus mengikuti Roy masuk ke dalam ruma

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 55

    William Keller dituduhkan berselingkuh. Berita mengenai perselingkuhan William menjadi headline news dan membuat lelaki itu mengaruk kepalanya yang tidak gatal. William membuang majalah di atas meja lalu berjalan menuju jendela.“Berita murahan!”William menatap Edward yang berdiri di depannya. “Bagaimana bisa mereka menuduhku berselingkuh?”“Benar-benar lucu!” William menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. William memandangi Edward yang masih berjaga di depan pintu. Lelaki itu sejak beberapa hari selalu terdiam.“Kau menemui Maya dan Dominic selama ini. Bagaimana dengan mereka berdua?”“Apa ada yang mencurigakan dari mereka berdua?”“Apa benar kasus perselingkuhan itu?” William menatap Edward dengan bola mata menyipit. Edward menggelengkan kepala. “Tidak ada yang mencurigakan, Tuan!”“Semua sama saja, aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan.” Edward menunduk ke bawah dan terus bercerita. Dia tidak berani memandangi William.“Sepertinya nona Maya tidak berse

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 54

    “Sial, hampir saja!”William memandang keluar jendela. Untung saja Edward melajukan mobilnya dengan cepat sehingga wartawan itu tidak menangkapnya. Apa jadinya jika wartawan itu mengambil foto Aurora dan menyebarkannya? William menyeka peluh yang menetes di dahinya saat ini.“Kau seharusnya tahu, tidak mudah menghindari paparazzi itu!” gerutu William kesal. Aurora sepertinya tidak mendengarkannya. Bola mata perempuan itu berbinar memandangi tas indah yang ada di tangannya.“Hai, apa kau mendengarkanku?”“Jika wartawan itu mengejar kita, pastinya semua akan berantakan!”“Kau mau jika di kampus, kau akan kesulitan?” protes William. Aurora menghela napas panjang. Dia meletakkan tas itu di sampingnya sambil memandangi William.“Itu bukan urusanku! Seharusnya kau tahu bahwa menikahiku memiliki konsekuensi. Aneh saja kalian!” balas Aurora secepat mungkin. Dia memandangi bola mata William. Aurora tidak takut, dia akan melawan lelaki itu. Entah keberanian dari mana yang tiba-tiba merasukinya.

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 53

    “Haruskah aku kembali ke rumahmu?” Aurora memandangi William yang duduk di sampingnya. Lelaki itu tidak bersuara.“Aku tidak ingin membuat Maya marah.” Aurora memandang keluar jendela dengan pandangan sendu. Kabut memenuhi jendela mobil.“Kau membenciku?” tanyanya. Aurora menggeleng.“Kau mengandung bayiku, tentu saja aku ingin bayiku.”“Aku bisa memberikan anak ini setelah aku melahirkannya,” sergap Aurora. William tidak mengubris. Lelaki itu mengambil ponselnya. Sepertinya dia sedang menghubungi seseorang saat ini.“Edward, antar aku dan Aurora ke pusat perbelanjaan. Aku ingin memberikan tas kepadanya!” perintah William. Aurora spontan menoleh ke arah William.“Aku tidak mau!” protesnya.“Lihat! Tas yang kau gunakan sangat lusuh. Aku bahkan malu melihat tas ini. Apa kau tidak punya uang sepeser pun untuk mengantinya? Ah sungguh, kau benar-benar miskin!”William menghela napas panjang. Aurora menatap tas ransel yang sangat disukainya. Barang itu adalah pemberian ayahnya. Sejak dulu,

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 52

    “Mengapa tidak tinggal bersama ayah dan ibumu?” tanya Aurora saat mobil perak itu berhenti tepat di depan sebuah mension berwarna putih. Aurora sangat takjub melihat bangunan mewah itu.“Saya suka jika sendiri,” jawab prof. John.“Oh, jadi begitu. Apa ayahmu berada di dalam juga?”Prof. John menganggukan kepala. Dia segera turun dan membantu Aurora untuk membuka pintu mobilnya. Aurora mengikuti prof. John dari belakang.“Yakin, bisa tinggal sendiri?”“Aku punya dua apartemen di Nevada ini.” Prof. John menatap Aurora dan masih menawarkan niat baiknya. “Aku suka jika kau menempatinya,” sambungnya lagi.“Tidak usah, aku tidak ingin merepotkan orang lagi,” jawabnya. Aurora mempercepat langkahnya mengikuti prof. John. Saat berada di depan pintu, ada dua pengawal berjas hitam yang berdiri dan memberi hormat.“Masuklah Aurora, orang tuaku pasti bahagia melihatmu.” Aurora dan prof. John berjalan menuju ruang keluarga. Aurora tersenyum. Seorang perempuan paruh baya langsung memeluk tubuhnya. N

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status