Share

Bab 6

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2025-02-21 15:40:02

Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.

Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.

“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.

“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.

Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.

Langkah kaki Tuan Damian yang jelas terdengar membuat William spontan menoleh ke sumber suara.

“Ayah?”

“Bagaimana perjalananya dari Cina Selatan?” tanya William antusias. Tuan Damian menghela napas panjang. Dia fokus menatap seorang perempuan muda yang sedang menunduk ke bawah. Tidak berani memandanginya.

Maya spontan berdiri di samping William dan menatap ayah mertuanya itu.

“Siapa dia?”

“Kau tahu kan, keluarga Keller tidak boleh sembarangan dengan orang asing?” sahut Tuan Damian sambil menunjuk Aurora. William menatap Aurora yang terlihat ketakutan. Tangan perempuan itu bergetar.

“Dia adalah Aurora.”

Aurora menonggakan wajahnya. Bola matanya bertemu dengan tatapan tajam dari Tuan Damian. Tubuh Tuan Damian yang tinggi dengan rambut beruban serta bola mata yang tajam membuatnya terlihat benar-benar menyeramkan.

Syal hitam begitu setia melilit di lehernya. Tuan Damian berjalan ke arah Aurora dan menatap secara dekat wajah perempuan itu.

“Siapa dia, William?”

“Kau seharunya tidak mengundang orang asing di dalam rumah ini!”

Aurora menundukan wajahnya. Aroma citrus begitu menyeruak dari tubuh lelaki itu. Saat Tuan Damian memandanginya dengan tatapan penuh intimidasi, Aurora menelan salivanya. Tengorokannya benar-benar kering.

“Dia Aurora, dia adalah perempuan yang akan melahirkan anakku!”

“Dia istri keduaku,” ucap William segera. Sebenarnya dia ingin menutupi hal ini kepada ayahnya. Namun William tidak bisa berbohong.

Bola mata Tuan Damian membulat sempurna. Dia menatap putranya dengan ekspresi tidak percaya. Tidak mungkin putranya itu menikah dengan perempuan asing tanpa sepengetahuannya.

“Kau~”

“Dia yang akan melahirkan anak kami!” sahut Maya secepat mungkin. Aurora hanya bisa menunduk ke bawah lalu mendengarkan pertengkaran ketiga manusia itu. Tangan Aurora bergetar, dia ketakutan saat ini.

“Jadi, sejak kapan kau sudah menikah dengannya?” tanya Tuan Damian segera. Dia kini duduk di antara Aurora dan Maya. Dia memandangi kedua perempuan itu. William menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.

“Kemarin, aku sudah resmi menjadi suaminya,” ucap Wiliam sambil terus menatap Aurora yang tidak berani memandanginya.

“Ayah tenang saja, mengenai penerus keluarga Keller, aku dan Maya sudah memikirkan hal itu!” ucap William kemudian. Tuan Damian menatap Aurora. Bola mata perempuan itu berkabut. Tuan Damian tidak mengerti tatapan penuh tekanan dari gadis itu.

“Oke, ayah hanya ingin kau segera memiliki penerus!” ucap Tuan Damian lalu lelaki paruh baya itu pergi meninggalkan William dan Maya di meja makan.

***

Aurora membaringkan tubuhnya di atas ranjang sambil memijit kepalanya yang terasa sakit. Beberapa hari ini, perjalananya kembali ke Las Vegas benar-benar membuatnya lelah. Antoni sampai sekarang belum membalas pesannya.

Aurora mengambil ponsel yang disembunyikan di bawah kasur. Dia menatap layar benda persegi itu.

“Antoni, kemana kamu?” sahut Aurora segera. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Aurora mencoba menghubungi Antoni namun telepon lelaki itu sama sekali tidak tersambung. Seharusnya Antoni sudah berada di Las Vegas dan menjemputnya di rumah Robert.

Aurora meletakkan ponselnya kembali.

Klek~

Pintu terbuka, Aurora segera menatap William yang sedang berjalan ke arahnya. Lelaki itu sangat dingin. Aurora merasa beku jika berada di samping William.

“Jangan pernah menatapku dengan sangat lama,” sahutnya segera. Kening Aurora berkerut. Dia tidak pernah mengerti perkataan William.

“Aku tidak menatapmu dengan sangat lama, aku tidak melakukan itu!” balas Aurora tidak terima. Dia berdiri di depan William yang sedang berkacak pingang.

“Aku tidak menyukaimu, jangan selalu mengira aku memandangimu!” gerutu Aurora. Bola matanya membulat sempurna.

“Tentu saja, di hubungi kita ini, kau tidak perlu menyukaiku!”

“Cukup lahirkan anak untukku, jangan buat Maya cemburu dengan kau memandangiku seperti itu!”

Aurora menghela napas panjang.

“Kau harus tahu, Aurora. Aku sangat mencintai Maya dan aku melakukan ini karena aku tidak ingin kehilangan dirinya!”

Setelah mengatakan itu, William segera pergi dari kamar Aurora. Dia membalikan badan sejenak sebelum tangannya menutup pintu.

“Buat dirimu bahagia agar pembuahan itu cepat terjadi,” sambungnya.

Brak!

Pintu tertutup dengan rapat. Aurora mengusap dadanya yang terasa sesak. Aurora benar-benar ingin mencabik mulut William.

“Jika bukan Robert, aku benar-benar akan membunuhnya!” ucap Aurora dalam hati.

Dring!

Ponsel bergetar. Aurora segera mengambil benda persegi itu dan berharap Antoni yang sedang menghubunginya pagi ini. Aurora benar-benar ingin berbicara dengan kekasihnya. Ada perasaan bersalah di hati Aurora. Tapi dia berharap Antoni bisa menerima dirinya.

“Halo Aurora?” sahut suara itu. Senyum terbingkai di wajah cantik Aurora. Dia berharap Antoni segera menjemputnya. Serasa ada angin segar yang menghampirinya saat ini.

“Antoni, sayang, aku di Las Vegas sekarang. Kau di mana?”

“Antoni, tolong aku! Aku dalam kesulitan, Antoni kamu …,”

“Aurora!” potong Antoni segera. Aurora sedikit cemas. Suara Antoni terdengar lirih. Apa yang terjadi? sepertinya Antoni sudah sangat berbeda saat ini.

“Antoni, ada apa?” tanya Aurora kemudian.

“Aurora, jangan hubungi aku lagi!”

Bagai tersambar petir, tubuh Aurora lemas. Darahnya berdesir. Aurora tidak mengerti mengapa Antoni mengatakan seperti itu kepadanya.

“Antoni, mengapa kau …,”

“Kita sudah selesai, Aurora. Saat aku menunggumu dari Manchester, aku putus asa dan akhirnya aku sudah menikah,” ucap Antoni kemudian. Bola mata Aurora tiba-tiba memanas. Butiran bening menetes membasahi pipinya saat ini.

“Menikah?”

“Kau menghianatiku, Antoni?”

“Mengapa seperti ini?”

“Antoni, saat ini aku membutuhkanmu. Kamu sudah berjanji akan selalu bersamaku,” ucap Aurora kemudian. Isak tangisannya jelas terdengar melalui sambungan telepon.

“Maafkan aku Aurora, lupakan aku!” ucap Antoni lirih. Beberapa menit kemudian, lelaki itu segera mematikan sambungan teleponnya.

Tit!

“Antoni!”

“Antoni, kau tidak bisa melakukan ini kepadaku!” teriak Aurora segera. Tangisannya pecah. Aurora mengengam erat ponselnya itu lalu melemparnya sambil berteriak.

“Brengsek kau Antoni,” sahutnya lirih. Aurora membaringkan tubuhnya lalu menutup wajahnya dengan bantal. Dia menumpahkan segala kesedihannya. Aurora menjerit dan berteriak di dalam kamar.

“Mengapa melakukan hal ini kepadaku?”

“Aku salah apa kepadamu?” sahut Aurora dengan isak tangisannya. Dadanya benar-benar sesak dan dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Lelaki itu adalah harapannya untuk terlepas dari semua masalah ini. Namun, Antoni begitu tega menghianatinya.

“Antoni, aku benar-benar membencimu!” batin Aurora dalam hati.

Bersambung …

Related chapters

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 7

    Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.“Sayang!”William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.“Aku tid

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

    Last Updated : 2025-02-22
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 1

    Aurora Smith, gadis berusia 24 tahun dan berambut panjang itu menatap kosong puing-puing kamarnya yang hancur. Bola matanya membulat sempurna saat melihat beberapa lelaki berjas hitam menjemput di dalam kamar. Perlahan, Aurora bisa melihat ada lima lelaki yang sedang menatapnya. Kelima lelaki itu memakai kacamata hitam. Semua memiliki wajah yang sangat menyeramkan. Bagaikan gigolo yang akan memangsanya.“Nona Aurora?” serunya. Aurora yang duduk sambil memeluk lututnya segera menatap lelaki berjas hitam yang sedang berdiri beberapa sentimeter dari tubuhnya. Kaki Aurora bergetar. Dia sedikit ketakutan namun Aurora berusaha menatap kelima lelaki asing itu.“Tuan kami sudah menikahi anda, anda adalah istrinya sekarang, pernikahan sudah didaftarkan dan tidak ada pilihan lain,” jawabnya. Aurora menghela napas panjang. Seakan ada bongkahan besar yang berada di tengorokannya saat ini. Bagaimana bisa dia sudah menikah dengan lelaki asing yang tidak dikenalnya?“Tuan Robert sudah memerintahkan

    Last Updated : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 2

    Aurora terbangun dan menatap tubuhnya di atas ranjang super king."Apa aku mimpi?"Pertemuanya dengan lelaki berjas hitam itu seperti mimpi buruk yang dengan cepat harus dilupakan."Ah!" desahnya. Aurora mencoba turun dan berjalan menyusuri ruangan kamarnya yang sangat besar. Bahkan kamar itu lebih besar dari rumahnya yang berada di Manchester.“Nona Aurora?” sahut suara itu. Aurora yang sedang asik memandangi lukisan spontan menoleh ke belakang dan menatap Bibi Margaret sedang menyiapkan gaun untuknya.“Tuan William akan datang, saya sudah menyediakan baju untuk hari ini.”Perempuan itu menunjukan gaun kepadanya. Aurora menatap gaun berwarna biru yang diletakkan di samping tempat tidur.“Apakah aku harus menggunakannya?”Bibi Margaret menganggukan kepala. “Tentu saja, Nona!”“Apa ada masalah?”Aurora menghela napas panjang. Pakaian itu terlalu mewah. Aurora tidak suka memakai gaun. “Apakah lelaki itu berumur tua?” tanya Aurora segera sebelum perempuan paruh baya itu pergi meninggal

    Last Updated : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 3

    Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.“Kau gadis yang disuruh istriku?”Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora y

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 7

    Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.“Sayang!”William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.“Aku tid

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 6

    Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.Langkah kaki

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 5

    William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya m

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 4

    “Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.“Tapi … aku dan dia …,”“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.“Dia adalah istrimu, ka

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 3

    Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.“Kau gadis yang disuruh istriku?”Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status