Pada hari wisudanya, Alya mengalami kecelakaan akibat kecerobohan Darel, pria kaya ugal-ugalan, yang merenggut nyawa ayahnya dan membuatnya lumpuh. Sebagai tanggung jawab, Darel menikahinya, tetapi pernikahan itu penuh penghinaan dari keluarganya. Alya akhirnya memilih bercerai dan bangkit dengan mengembangkan bisnis IT. Suatu ketika Alya bertemu dengan Raditya, Raditya jatuh cinta kepada Alya. Tanpa Alya ketahui, Raditya adalah seorang CEO dari PT. Nathan Wijaya Tech, sekaligus memiliki identitas lain yang tak diketahui orang selama ini, ia seorang hacker. Akankah Alya membuka hati untuk Raditya atau membiarkan masa lalu membayanginya? Bagaimana ketika Alya tahu jika Raditya adalah Sang Ahli IT, seorang peretas handal dalam dunia cyber?
View MoreLangit mulai menggelap, menyisakan semburat oranye keemasan di ufuk barat. Cahaya senja menembus jendela besar penthouse, memantulkan siluet Alya yang berdiri di dapur terbuka. Tangannya cekatan menyiapkan teh chamomile dan semangkuk sup ayam ginseng, sementara matanya terus melirik ke arah ruang tengah- tempat Raditya duduk bersandar di sofa, selimut tipis menutupi kakinya.Luka fisiknya mungkin tidak separah trauma psikis yang ia bawa pulang dari Jepang. Tapi Alya tahu, proses pemulihan Raditya tak bisa hanya mengandalkan waktu. Ia butuh kehangatan, pengertian, dan cinta yang konsisten. Dan itulah yang Alya berikan, sepenuh hati.“Aku bawa makan malam ringan dulu, ya,” ujarnya lembut sambil meletakkan nampan di meja kecil di sebelah suaminya.Raditya menoleh pelan, senyum tipis terbentuk di wajahnya. “Kamu bikin semua ini sendiri?”Alya mengangguk sambil menyuapi Raditya dengan sendok pertama. “Aku tahu kamu belum kuat makan berat. Tapi kamu butuh tenaga juga, Sayang.”Raditya mengu
Setelah sarapan, Liliana duduk di kursi teras sambil memandang taman vertikal yang menghiasi dinding balkon. Daun-daun hijau lembut bergoyang pelan tertiup angin. Di sampingnya, Darian dan Alya berbincang ringan soal sistem keamanan digital baru yang sedang dirancang oleh tim Raditya. Namun Liliana hanya terdiam.Raditya menyadari itu. Ia berjalan pelan, lalu duduk di kursi rotan tepat di samping ibunya.“Bunda masih syok, ya?” tanyanya pelan.Liliana mengangguk, lalu tersenyum tipis. “Ibu mana pun akan syok kalau tahu anaknya nyaris jadi mesin hidup yang dikendalikan suara-suara hantu digital.”Raditya tertawa kecil, tapi sorot matanya tetap lembut. “Aku di sini sekarang, Bun. Bersama Alya, bersama semuanya. Kita selamat.”Liliana menghela napas dalam-dalam. “Kamu tahu… dulu Bunda sangat takut waktu kamu memutuskan masuk ke dunia teknologi dan sistem bawah tanah itu. Bunda pikir kamu akan tenggelam,
Pagi di Nusant datang dengan lembut. Matahari belum terlalu tinggi ketika pintu lift penthouse terbuka, memperlihatkan sosok anggun Bunda Liliana yang mengenakan setelan bernuansa krem lembut, di sampingnya Ayah Darian- berdiri tegap namun teduh, sosok ayah tiri yang selama ini menjadi penopang diam-diam dalam hidup Raditya.Alya sudah menunggu di depan pintu, mengenakan tunik putih bersih dan celana longgar, menyambut mereka dengan senyum tulus. “Bunda, Yah… selamat datang,” ucapnya sambil memeluk satu per satu. Liliana membalas pelukan itu dengan hangat, dan Darian menepuk punggung menantunya dengan bangga.“Bagaimana kondisi Radit pagi ini?” tanya Liliana pelan setelah mereka duduk di ruang tamu.“Jauh lebih baik, Bun. Masih harus banyak istirahat, tapi secara mental sudah mulai stabil. Luka di bahunya juga mulai mengering,” jawab Alya sambil menuangkan teh melati ke dalam cangkir porselen. Aroma hangat langsung mengisi udara.Mereka belum sempat berbicara lebih jauh saat Raditya m
Seminggu telah berlalu sejak pertempuran itu. Raditya masih berada di rumah sakit yang terletak di kawasan pegunungan Iwate, Jepang- tempat yang jauh dari keramaian, dikelilingi hutan pinus dan ketenangan alam. Rumah sakit itu kecil, hampir tersembunyi, namun memiliki teknologi medis paling mutakhir, khusus digunakan untuk kasus neuro-digital seperti yang dialami Raditya.Alya duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Raditya yang hangat. Wajah pria itu kini jauh lebih segar meski masih tampak bekas-bekas trauma. Cahaya biru di matanya sudah tak ada lagi- digantikan sorot teduh yang mengingatkannya pada hari pertama mereka bertemu di depan kompleks perumahan Darel, dengan insiden perebutan taksi dan koper yang tertukar, hingga tumbuhlah benih- benih cinta diantara mereka berdua.“Kamu yakin sudah kuat?” tanya Alya pelan, jemarinya menyapu rambut Raditya yang sedikit lebih panjang karena berminggu-minggu tak tersentuh gunting.Raditya mengangguk pelan
Tubuh Raditya menggigil hebat. Cahaya biru dari matanya berkedip tak menentu, seperti dua dunia sedang bertarung dalam dirinya- kesadarannya sendiri dan entitas digital milik Arya Wiguna yang tengah berusaha mengambil alih kendali.Alya masih memeluk tubuh Raditya, tubuhnya bergetar ketakutan. Ia menatap wajah pria yang dicintainya itu, berharap masih ada jejak Raditya di balik ekspresi kosongnya. Suaranya lirih namun tegas, seperti tali tipis yang mengikatnya ke dunia nyata. “Kamu masih kamu, Radit. Jangan biarkan mereka menghapus siapa kamu sebenarnya,” pinta Alya.Di sampingnya, Rei mengetik cepat di terminal cadangan, matanya fokus namun berkeringat. Setiap perintah yang ia masukkan ditolak oleh sistem. “Sial... sistem ini hidup! Dia bukan cuma AI biasa. Ini sesuatu yang adaptif dan berevolusi. Seperti... seperti dia membaca pikiranku,” ujar Rei panik.Haruto yang sibuk menelusuri jalur kabel tua, tiba-tiba berteriak. “Aku temuk
Angin dingin menerpa wajah mereka saat melintasi padang beku menuju Zona Hitam di utara Jepang- wilayah yang pernah menjadi pusat eksperimen cyber-biologis rahasia di era terakhir Project Helix. Sinyal dari tablet Rei semakin melemah, tapi garis tipis di peta masih mengarah pada satu titik: markas tersembunyi yang konon telah dikunci oleh pemerintah Jepang selama lebih dari satu dekade."Menurut catatan lama, tempat ini dulu laboratorium off-grid milik sektor militer. Tapi kemudian diambil alih oleh pihak swasta… tanpa ada data siapa yang benar-benar mengelolanya," jelas Rei sambil memperbesar peta. Nada suaranya tenang, tapi matanya menyimpan kekhawatiran.Raditya memandang gelap ke depan. Rahangnya mengeras. “Kalau Raka sembunyi di sana, dia pasti tahu kita akan mencarinya. Ini bukan jebakan biasa- ini pesan.”Alya melangkah di sampingnya, matanya tajam menembus kabut malam. Ada ketegangan di wajahnya yang tak bisa disembunyikan. “Atau... peringatan. Raka tak pernah melakukan sesuat
Langit Jepang saat itu mendung, dan salju turun perlahan di halaman belakang kediaman keluarga Bakhtiar. Di dalam ruang studi bergaya tradisional, Kakek Bakhtiar berdiri di depan jendela sambil memandangi pegunungan berselimut putih.“Waktunya kalian menuju ke Nusant, kalian harus membantu cucuku Alya dan Raditya,” ucapnya tenang tapi tegas, tanpa menoleh.Rei dan Haruto yang duduk di hadapannya saling berpandangan. “Apakah ini terkait Raka?” tanya Haruto.“Bukan hanya itu,” jawab Kakek Bakhtiar, suaranya berat. “Raditya dan Alya akan membuka kembali ruang bawah tanah PT. NW Tech. Aku percaya hanya kalian berdua yang cukup cakap dan bisa dipercaya untuk membantu mereka menelusuri kebenaran.”Rei mengangguk mantap. “Baik, Tuan. Kami akan segera bersiap.”“Dan ingat,” lanjut Kakek Bakhtiar sambil menyerahkan amplop berisi akses kode tua PT. NW Tech yang telah ia dapatkan atas petunjuk dari Raka, “jangan hanya cari jawaban. Lindungi mereka. Dunia yang kalian masuki bukan lagi dunia yang
Raka menunduk sesaat, tangannya mengepal di atas meja. Wajahnya yang semula dingin mulai menunjukkan retakan emosi. Air matanya tertahan di pelupuk mata, tapi ia terlalu lama membiasakan diri untuk tidak menangis."Selama ini... aku hidup dalam bayang-bayang. Dalam kebencian. Dalam kebingungan yang tak pernah terjawab," ucapnya lirih. Suaranya bergetar, tapi ada keteguhan yang tetap bertahan di sana.Ruangan tempat mereka duduk seolah menahan napas. Lampu gantung di atas meja memancarkan cahaya kuning redup, menciptakan bayangan yang bergerak pelan di dinding. Udara di dalam ruangan terasa berat, seperti dihimpit oleh sejarah yang tak selesai.Kakek Bakhtiar melirik Bunda Clarissa, lalu mengangguk pelan. Ia tahu, saat ini adalah momen yang paling rapuh- saat di mana kebenaran bisa keluar, atau semuanya kembali tertutup."Apa yang terjadi padamu, Raka?" tanya Kakek Bakhtiar pelan, nyaris seperti bisikan yang hanya bisa didengar oleh hati.Raka mengangkat wajahnya, menatap kamera yang m
Keesokan harinya, pagi datang dengan udara yang lebih dingin dari biasanya. Raditya terbangun lebih awal, meskipun semalam ia tidur hanya beberapa jam. Pikiran-pikiran tentang Raka, adiknya yang hilang, terus menghantui. Wajah di foto yang dikirim Bunda Clarissa masih terbayang jelas di benaknya. Ada ketegangan di setiap detik yang berlalu, seolah-olah dunia menunggu sesuatu yang besar akan terjadi. Alya terbangun tak lama setelahnya. Ia menyentuh bahu Raditya, memberikan dukungan tanpa kata-kata. Mereka saling pandang, dan meskipun tidak mengatakan apa-apa, Raditya tahu bahwa ia tidak sendirian dalam perjalanan ini. Alya akan selalu ada di sampingnya, apapun yang terjadi. "Radit, aku tahu ini berat," kata Alya lembut, "Tapi kita harus tetap hati-hati. Jangan terburu-buru." Raditya mengangguk. "Aku tahu, Sayang. Aku hanya ingin menemukan dia, memahami kenapa semuanya bisa terjadi seperti ini." Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Bunda Clarissa masuk. “Rei dan Ha
"Kami sangat menyesal atas apa yang terjadi. Kami ingin Darel menikah dengan Anda," ujar Tuan Alexander. Alya terkejut. "Menikah? Kenapa?" tanya Alya.“Karena kamu tidak punya siapa-siapa lagi, dan Darel adalah penyebabnya. Ini adalah bentuk tanggung jawab kami,” jawab Tuan Alexander. Darel menambahkan, "Saya ingin menebus kesalahan saya."Alya merasa terjebak. Ia tidak menginginkan pernikahan ini, tetapi menyadari ia tidak punya pilihan lain. Hidupnya kini bergantung pada belas kasihan orang lain. Tanpa pilihan, mereka melangsungkan pernikahan sederhana di ruang perawatan rumah sakit.Pemuka agama pun menikahkan mereka, dan pernikahan mereka telah tercatat dalam buku pernikahan negara."Bagimana apakah ‘Sah’?""Sah." Ucap semua hadirin.Alya menunduk, matanya kosong. Tak ada kebahagiaan, hanya kehampaan yang memenuhi dadanya."Sekarang kalian resmi menjadi suami istri. Semoga bisa saling menjaga dan menjalani kehidupan rumah tangga dengan baik," ujar Tuan Alexander.Alya dengan suara...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments