Malam Pertamaku yang Kedua

Malam Pertamaku yang Kedua

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Oleh:   Uni Tari  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
14Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Rania harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya meninggal dunia akibat penyakit yang selama ini menggerogoti tubuhnya. Namun di tengah kesedihannya, sebuah wasiat yang ditinggalkan membuat hidup Rania berubah: dia harus menikahi Aldi, sahabat suaminya, setelah masa iddahnya selesai! Lantas, bagaimana nasib Rania dan Aldi? Mampukah keduanya membangun rumah tangga bersamadan membesarkan Azka--anak Rania dan almarhum suaminya-tanpa bayang-bayang masa lalu?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Wasiat Andika

"Buka ba junya.""Pelan-pelan, ya, nanti sakit.""Iya... Ini juga pelan-pelan, Sayang. Kalau gak mau ngerasain sakit, kamu merem, ya, jangan diliat.""Gak papa, aku kan udah gede.""Lain kali jangan main di sana lagi, ya. Itu perosotannya udah jelek, ke gores kan pundak kamu."Anak kecil berusia empat tahun itu mengangguk. Ia sedikit meringis saat sang Bunda mengoleskan obat luka."Udah Bunda perban, sekarang Azka masuk kamar, ya.""Aku gak tidur sama Bunda lagi?" Raut wajah anak itu berubah sedih, ia berpikir malam ini akan tidur di dalam pelukan sang ibu.Rania tersenyum, ia mengelus pipi sang anak lembut. "Maaf, ya, Bunda harus ke rumah sakit lagi malam ini. Azka sama Mbok Nem ya di rumah.""Memangnya Ayah belum bisa pulang?""Belum, Sayang, doain ayah segera sembuh, ya. Biar kita bisa tidur bersama lagi."Azka mengangguk, ia kemudian pergi ke kamarnya setelah mengecup pipi sang Bunda, ia meminta Mbok Nem untuk menemani tidurnya.Dan Rania, ia bergegas ke rumah sakit untuk menemani...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
13 Bab
Wasiat Andika
"Buka ba junya.""Pelan-pelan, ya, nanti sakit.""Iya... Ini juga pelan-pelan, Sayang. Kalau gak mau ngerasain sakit, kamu merem, ya, jangan diliat.""Gak papa, aku kan udah gede.""Lain kali jangan main di sana lagi, ya. Itu perosotannya udah jelek, ke gores kan pundak kamu."Anak kecil berusia empat tahun itu mengangguk. Ia sedikit meringis saat sang Bunda mengoleskan obat luka."Udah Bunda perban, sekarang Azka masuk kamar, ya.""Aku gak tidur sama Bunda lagi?" Raut wajah anak itu berubah sedih, ia berpikir malam ini akan tidur di dalam pelukan sang ibu.Rania tersenyum, ia mengelus pipi sang anak lembut. "Maaf, ya, Bunda harus ke rumah sakit lagi malam ini. Azka sama Mbok Nem ya di rumah.""Memangnya Ayah belum bisa pulang?""Belum, Sayang, doain ayah segera sembuh, ya. Biar kita bisa tidur bersama lagi."Azka mengangguk, ia kemudian pergi ke kamarnya setelah mengecup pipi sang Bunda, ia meminta Mbok Nem untuk menemani tidurnya.Dan Rania, ia bergegas ke rumah sakit untuk menemani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Pernikahan Kedua
"Ini malam pertama kita, aku harap kamu senang padaku."Rania yang sedang duduk di depan cermin menatap pria itu lewat pantulan cermin di hadapannya. "Ingat, Mas. Kita menikah karena wasiat suamiku.""Iya, aku tau. Aku gak akan macam-macam padamu."Rania memilih bangkit dan tidur di sofa. Sebelumnya ia sudah menyiapkan bantal dan selimut untuk dirinya tidur.Empat bulan sudah berlalu, wasiat sang suami ia lakukan karena cintanya ia pada Andika, Azka juga sangat menyukai Aldi yang sekarang telah menjadi ayah sambungnya.Tapi tangis itu masih ada, rasa rindu itu semakin terasa kuat jika mengingat bayang demi bayang saat-saat bersama dulu. Malam ini, wanita itu kembali menangis mengingat sang suami. Malam yang hening hanya terdengar suara isakannya.Aldi yang sedari tadi ternyata belum tidur, ia hanya diam mendengar isakan sang istri. Ingin sekali rasanya menghampiri dan menenangkan, tapi urung ia lakukan.***Malam berlalu, pagi sekali wanita itu sudah bangun untuk menyiapkan sarapan A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Kesabaran Rania
Rania berdecak kesal, ia kemudian menelpon kembali Aldi tapi tidak di angkat. Namun, saat wanita itu ingin berbalik, ia melihat Aldi baru turun dari mobil bersama dengan seorang perempuan. Melihat itu Rania diam-diam memperhatikan perempuan yang bersama dengan Aldi. Mungkinkah itu adalah kekasihnya?"Aku gak bisa nungguin sampai kamu pulang," kata Rania, saat Aldi sudah berada di hadapannya."Ayo!" Pria itu menarik lembut tangan sang istri menuju ruangannya. Sedangkan para pekerja di sana saling berbisik, mereka tidak tau jika Rania adalah istri dari Sang CEO, karena Aldi dan Rania menikah sama sekali tidak dirayakan.Begitu juga dengan Siska, sang sekretaris Aldi pun tak tau jika bosnya itu telah menikah. Tapi yang ia tau, dia sangat mencintai Aldi, yang sudah tiga tahun menemaninya bekerja."Apa yang sebenarnya terjadi?" Tak ingin lama-lama, wanita itu langsung menodong Aldi dengan pertanyaan saat mereka sudah masuk ruangan.Sedangkan Aldi bersikap santai, ia meminta sang istri un
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Terkejut!
"Tapi... kamu gak papa kalau aku kerja dengan seorang pria? Maksudnya, sebagai sekretaris otomatis akan terus ketemu kan?"Senyuman Aldi sangat manis mendengar hal itu. "Tentu saja tidak.""Makasih, Mas. Aku mau siapin berkas-berkasnya dulu biar besok lolos wawancara. Kalau begitu aku pulang."Aldi mengangguk, ia tidak mengantarkan Rania ke depan, pria itu malah memanggil Siska untuk masuk setelah sang istri pergi. "Manggil saya, Pak?""Siska, kamu saya pindahkan jadi staf kantor. Besok akan ada sekretaris baru, dan saya harap kamu dengan lapang dada menerima keputusan saya.""Tapi, Pak. Apa salah saya kok di pindahkan?""Daripada kamu saya pecat?"Siska menunduk, ia tak mampu lagi menjawab perkataan Aldi. Namun hatinya bergemuruh, ia berjanji akan menyingkirkan kembali orang yang telah merenggut jabatannya itu."Mulai besok, kamu gabung dengan yang lain.""Baik, Pak," jawab Siska pelan, dia melenggang pergi dengan tangan yang terkepal. Sebenarnya bukan soal jabatan, tapi dengan tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Tidur Seranjang
Meeting selesai pukul sembilan malam. Mereka kini masih berada di dalam mobil untuk pulang ke rumah. Akan tetapi, Aldi berinisiatif ingin membelikan ayam untuk sang anak karena tadi saat ia di telfon belum tidur karena besok hari libur.Pria itu pun belok dulu ke resto yang ia tuju. Sedangkan Rania yang merasa sangat lelah dia terpejam sepanjang perjalanan.Menunggu tanpa harus turun dari mobil, pria itu mendapatkan apa yang ia beli. Kemudian mobil kembali melaju dan setengah jam kemudian sampai di rumah."Om!" teriak Azka, ia menyambut dengan gembira saat Aldi dan Rania pulang bersama."Kok belum tidur?" tanya Rania, sembari memeluk sang anak."Gak papa, kan besok libur, ya?" Aldi mengusap kepala Akza lembut."Iya, Bun. Besok aku libur, jadi malam ini mau main sama makan ayam goreng!""Ayam goreng?" Rania bergumam. "Yuk kita makan! Mbo, tolong sapin nasi buat kami, ya.""Eh, aku aja!" seru Rania, membuat Aldi mencekal tangannya agar ia diam menikmati makana karena sudah lelah sehari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Kesabaran Aldi
Namun, ia melihat pintu terbuka, dengan pelan Aldi melepaskan Rania yang masih senyum-senyum, ia berjalan nenengoki Azka, ternyata anak itu sudah pules di kamarnya. Aldi bisa bernapas tenang, ia kembali menutup pintu kamar sang anak dan masuk kembali ke kamarnya, kemudian dikunci. "Aku kangen sama kamu," gumam Rania.Aldi melihat itu merasa kasihan, ia kembali berbaring sambil menatap wajah istrinya. Tangan pria itu terangkat, mengelus pipi Rania lembut. Malam yang dingin dengan suara hujan di luar, di hadapannya ada wanita cantik yang sudah sah menjadi istri. Aldi pria normal, terlebih lagi ia masih perjaka belum pernah melakukan hal-hal yang berbau suami istri. Pria itu terbawa, ia semakin mendekat untuk mengecup bibir ranum sang istri yang sebentar lagi akan ia dapat. Namun gagal, Rania berbalik dan memeluk guling yang ada di sampingnya. Padahal tubuh Aldi sudah memanas, ia kini hanya bisa sabar sambil mengatur napas. Setidaknya, tadi ia sudah mendapatkan kecupan dari sang ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Kekhawatiran Rania
Di meja makan, Rania hanya diam bahkan menatap Aldi saja tidak. Ia merasa malu dan bersalah dengan kejadian yang tadi mereka lewati.Meskipun Aldi sudah berdehem berkali-kali memberikan kode agar wanita itu mendengar atau hanya sekedar menatapnya, tapi Rania tidak berkutik sama sekali. Sarapan selesai, Rania memilih kembali ke kamar membuka laptopnya melihat laporan untuk besok. Ia menggaruk kepalanya karena sedikit pusing, selama ini ia hanya diam di rumah menikmati hasil yang Andika berikan. Akan tetapi sekarang ia harus berjuang mati-matian untuk menghidupi sang anak meskipun ada Aldi yang dengan siap untuk merawat mereka berdua.Tapi yang Rania rasa mereka menikah hanyalah menjalankan wasiat, tidak wajib bagi Aldi untuk menafkahi mereka berdua. Padahal pria itu tulus sekali menyayangi mereka berdua. "Urusan besok biar besok, ngapain kamu kerjakan hari ini?" Tiba-tiba saja Aldi masuk dengan secangkir kopi di tangannya."Gak dikerjain, cuma mastiin aja buat besok.""Oh." Singka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Masa Lalu
Aldi yang semula diam karena terkejut, ia menggeleng sambil tersenyum, berusaha gembira di hadapan sahabatnya. "Gue... gue bekerja sama dengan salah satu perusahaan, yang di mana keuntungan itu mencapai miliaran.""Hah, beneran? Wahh, selamat, Bro. Gue salut banget sama Lo!" Andika semakin merasa bahagia, ia memeluk Aldi dengan tawa, sedangkan Aldi memejamkan mata untuk mengikhlaskan semuanya."Saat aku sudah mengikhlaskan kamu, kenapa Tuhan malah mempersatukan kita berdua, Ran," gumam Aldi, ia ingin menyeruput kembali kopinya, tapi ternyata sudah kosong, hanya tersisa hampasnya saja. Pria itu tersenyum miring, ia bingung dengan permainan Tuhan yang diberikan padanya. Takdir apa ini? Dulu Ia ambil kekasih hatinya, sekarang Ia mengambil sahabatnya. "Andai waktu bisa berputar kembali, bisa kan kita mencintai wanita yang berbeda? Mungkin dengan itu kita akan bahagia sekarang, An."Aldi kini hanya bisa menghela napas pelan. Semuanya telah terjadi, ia kini memiliki kekasih yang dulu tel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Ancaman untuk Rania
"Mulai sekarang, gak ada lagi yang boleh menyuruh-nyuruh di kantor ini. Ketahuan ada yang melakukan itu, saya denda lima ratus ribu!" Nita yang merasa bahwa ucapan itu diarahkan padanya, ia hanya bisa tertunduk dan merasa kesal, ia yakin bahwa Rania telah mengadu pada bosnya itu."Dan yang di suruhnya, jangan mau lakuin hal itu," kata Aldi tegas, kemudian ia menatap Rania yang diam di pojokan dengan tangan yang saling bertautan.Mata Aldi tak lepas dari menatap sang istri saat berlalu ingin masuk lagi ke ruangannya. Begitu juga dengan Rania yang matanya mengikuti arah sang suami pergi.Nita yang memperhatikan Rania, tangannya terkepal. Ia akan mengadu pada sang paman agar Rania di pecat dari perusahaan. ***"Aww!" Sebuah tangan yang mencengkram leher Rania membuat wanita itu meringis karena kesakitan.Ia sedang berada di kamar mandi, dan ternyata Nita mengikutinya untuk memberikan Rania pelajaran."Lo kan yang udah ngadu sama Pak Aldi soal yang tadi. Sudah gue bilang, jangan berani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Fitnah
"Pa—Pak Aldi, foto ini saya dapat dari grup. Nita... dia yang ngirim, Pak.""Dia lagi," ujar Aldi jengkel. Ia meminta Anisa untuk kembali bekerja dan jangan terus menyebarkan rumor. "Udah dibilang jangan deket-deket, ngeyel!" Tekan Rania, dengan wajah yang kesal tapi tatapan fokus ke laptop. "Tapi memangnya kenapa kalau mereka tau? Toh kamu memang istriku aku, kan?"Entah ke berapa kali Aldi mendapatkan tatapan tajam dari istrinya itu. Ia hanya bisa tersenyum meledek sambil berlalu pergi memasuki ruangan.Siska yang menatap foto itu di ponselnya, ia mengepalkan tangan kemudian menggebrak meja. Ia berpikir Rania terlalu berani, dia saja belum pernah di ajak pulang bareng selama tiga tahun menjadi sekretaris Aldi, tapi dengan mudah Rania bisa mendapatkan itu semua padahal baru saja bekerja di kantor ini. "Sepertinya dia memang gak bisa aku diamkan!" Siska tersenyum miring merencanakan sesuatu yang akan membuat Rania menyesal karena telah berurusan dengannya. Jam istirahat datang, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status