Share

Kesabaran Rania

Author: Uni Tari
last update Last Updated: 2025-01-30 22:36:46

Rania berdecak kesal, ia kemudian menelpon kembali Aldi tapi tidak di angkat. Namun, saat wanita itu ingin berbalik, ia melihat Aldi baru turun dari mobil bersama dengan seorang perempuan.

Melihat itu Rania diam-diam memperhatikan perempuan yang bersama dengan Aldi. Mungkinkah itu adalah kekasihnya?

"Aku gak bisa nungguin sampai kamu pulang," kata Rania, saat Aldi sudah berada di hadapannya.

"Ayo!" Pria itu menarik lembut tangan sang istri menuju ruangannya.

Sedangkan para pekerja di sana saling berbisik, mereka tidak tau jika Rania adalah istri dari Sang CEO, karena Aldi dan Rania menikah sama sekali tidak dirayakan.

Begitu juga dengan Siska, sang sekretaris Aldi pun tak tau jika bosnya itu telah menikah. Tapi yang ia tau, dia sangat mencintai Aldi, yang sudah tiga tahun menemaninya bekerja.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tak ingin lama-lama, wanita itu langsung menodong Aldi dengan pertanyaan saat mereka sudah masuk ruangan.

Sedangkan Aldi bersikap santai, ia meminta sang istri untuk duduk lebih dulu, ia juga mengambilkan segelas air mineral untuk istrinya minum.

"Andika sebenarnya bukan satu tahun ia sakit-sakitan, tapi sudah dua tahun. Satu tahun sebelumnya ia diam-diam periksa diri ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapa pun. Tapi pada saat itu, kebetulan aku ingin mengambil laporan adikku, ternyata dia di rumah sakit yang sama. Kami berbincang, sampai pada akhirnya aku tau bahwa dia sering bulak-balik rumah sakit untuk memeriksa jantungnya yang bermasalah. Sebenarnya toko yang Andika dirikan sudah lama ia jadikan jaminan ke bank, ia juga sudah satu setengah tahun itu tidak bekerja."

"Tidak bekerja, lalu selama ini aku dihidupi oleh uang yang Mas Andika ambil dari Bank?"

Aldi menggeleng. "Bukan, Ran. Itu uang yang aku berikan padanya. Uang bulananmu, dan semuanya. Nisa juga tau ini sejak lama, makanya aku tadi meminta dia untuk datang ke toko karena kamu juga akan datang ke sana."

"Kenapa kamu gak bilang, Mas. Aku bisa melanjutkan semuanya, kenapa kalian tega sembunyikan ini semua dari aku!"

"Maaf. Tapi Andika yang meminta ini semua. Aku juga bukan tak mau membiayai rumah sakitnya, tapi ia yang menolak, Ran. Sudah aku bujuk agar hutang di Bank ku batu untuk melunasi, tapi seperti yang kamu tau, Andika bersikeras tidak ingin merepotkan orang lain. Sekarang toko itu sudah di sita, kemungkinan besar tidak akan kembali lagi padamu, Ran."

Rania menangis histeris, betapa berat sekali perjuangan sang suami untuk menghidupi dirinya dan sang anak.

Aldi yang melihat itu ikut sedih, ia menggesernya tubuhnya lebih dekat pada Rania, kemudian merangkul wanita itu lembut, membuat Rania semakin kencang menangis sambil meremas dada Aldi karena merasa menjadi istri yang tidak berguna.

"Pak Aldi laporannya—" Siska terkejut saat masuk dan melihat Aldi dengan Rania tengah berpelukan. Ia langsung meminta maaf saat Aldi menatapnya dan meminta dia untuk keluar. Saat pintu sudah di tutup, perempuan itu mengepalkan tangan dengan rahang yang mengeras. Ia cemburu.

***

"Terus sekarang gimana, dari mana aku bisa menghidupi Azka kalau toko itu sudah tutup."

Aldi mengusap tangan wanita itu lembut, sampai Rania menatapnya dengan mata yang sembab.

"Kamu lupa kalau aku ini adalah ayahnya juga. Amanah Andika bukan hanya meminta untuk menikahimu saja, tapi semua tanggung jawabnya dulu, sekarang menjadi tanggung jawabku."

Rania mengalihkan pandangan, ia sedikit bergeser agar lebih jauh dari Aldi. "Tapi aku tidak mau terlalu membebani kamu, Mas. Apalagi kamu hanya...."

"Ayah sambung?"

Rania mengangguk pelan.

"Begini, deh. Kebetulan di kantor ini ada lowongan, bagaimana kalau kamu jadi sekretaris bos. Gajinya lumayan, dan kamu bisa memberikan apa yang kamu inginkan pada Azka."

"Sekretaris?" tanya Rania.

Aldi mengangguk, ia mengambil berkas yang ada di mejanya. Kemudian memberikan itu pada sang istri.

"Besok jam sepuluh wawancara dengan bosnya langsung, aku yakin kamu pasti diterima."

"Tapi...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Terkejut!

    "Tapi... kamu gak papa kalau aku kerja dengan seorang pria? Maksudnya, sebagai sekretaris otomatis akan terus ketemu kan?"Senyuman Aldi sangat manis mendengar hal itu. "Tentu saja tidak.""Makasih, Mas. Aku mau siapin berkas-berkasnya dulu biar besok lolos wawancara. Kalau begitu aku pulang."Aldi mengangguk, ia tidak mengantarkan Rania ke depan, pria itu malah memanggil Siska untuk masuk setelah sang istri pergi. "Manggil saya, Pak?""Siska, kamu saya pindahkan jadi staf kantor. Besok akan ada sekretaris baru, dan saya harap kamu dengan lapang dada menerima keputusan saya.""Tapi, Pak. Apa salah saya kok di pindahkan?""Daripada kamu saya pecat?"Siska menunduk, ia tak mampu lagi menjawab perkataan Aldi. Namun hatinya bergemuruh, ia berjanji akan menyingkirkan kembali orang yang telah merenggut jabatannya itu."Mulai besok, kamu gabung dengan yang lain.""Baik, Pak," jawab Siska pelan, dia melenggang pergi dengan tangan yang terkepal. Sebenarnya bukan soal jabatan, tapi dengan tida

    Last Updated : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Tidur Seranjang

    Meeting selesai pukul sembilan malam. Mereka kini masih berada di dalam mobil untuk pulang ke rumah. Akan tetapi, Aldi berinisiatif ingin membelikan ayam untuk sang anak karena tadi saat ia di telfon belum tidur karena besok hari libur.Pria itu pun belok dulu ke resto yang ia tuju. Sedangkan Rania yang merasa sangat lelah dia terpejam sepanjang perjalanan.Menunggu tanpa harus turun dari mobil, pria itu mendapatkan apa yang ia beli. Kemudian mobil kembali melaju dan setengah jam kemudian sampai di rumah."Om!" teriak Azka, ia menyambut dengan gembira saat Aldi dan Rania pulang bersama."Kok belum tidur?" tanya Rania, sembari memeluk sang anak."Gak papa, kan besok libur, ya?" Aldi mengusap kepala Akza lembut."Iya, Bun. Besok aku libur, jadi malam ini mau main sama makan ayam goreng!""Ayam goreng?" Rania bergumam. "Yuk kita makan! Mbo, tolong sapin nasi buat kami, ya.""Eh, aku aja!" seru Rania, membuat Aldi mencekal tangannya agar ia diam menikmati makana karena sudah lelah sehari

    Last Updated : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kesabaran Aldi

    Namun, ia melihat pintu terbuka, dengan pelan Aldi melepaskan Rania yang masih senyum-senyum, ia berjalan nenengoki Azka, ternyata anak itu sudah pules di kamarnya. Aldi bisa bernapas tenang, ia kembali menutup pintu kamar sang anak dan masuk kembali ke kamarnya, kemudian dikunci. "Aku kangen sama kamu," gumam Rania.Aldi melihat itu merasa kasihan, ia kembali berbaring sambil menatap wajah istrinya. Tangan pria itu terangkat, mengelus pipi Rania lembut. Malam yang dingin dengan suara hujan di luar, di hadapannya ada wanita cantik yang sudah sah menjadi istri. Aldi pria normal, terlebih lagi ia masih perjaka belum pernah melakukan hal-hal yang berbau suami istri. Pria itu terbawa, ia semakin mendekat untuk mengecup bibir ranum sang istri yang sebentar lagi akan ia dapat. Namun gagal, Rania berbalik dan memeluk guling yang ada di sampingnya. Padahal tubuh Aldi sudah memanas, ia kini hanya bisa sabar sambil mengatur napas. Setidaknya, tadi ia sudah mendapatkan kecupan dari sang ist

    Last Updated : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kekhawatiran Rania

    Di meja makan, Rania hanya diam bahkan menatap Aldi saja tidak. Ia merasa malu dan bersalah dengan kejadian yang tadi mereka lewati.Meskipun Aldi sudah berdehem berkali-kali memberikan kode agar wanita itu mendengar atau hanya sekedar menatapnya, tapi Rania tidak berkutik sama sekali. Sarapan selesai, Rania memilih kembali ke kamar membuka laptopnya melihat laporan untuk besok. Ia menggaruk kepalanya karena sedikit pusing, selama ini ia hanya diam di rumah menikmati hasil yang Andika berikan. Akan tetapi sekarang ia harus berjuang mati-matian untuk menghidupi sang anak meskipun ada Aldi yang dengan siap untuk merawat mereka berdua.Tapi yang Rania rasa mereka menikah hanyalah menjalankan wasiat, tidak wajib bagi Aldi untuk menafkahi mereka berdua. Padahal pria itu tulus sekali menyayangi mereka berdua. "Urusan besok biar besok, ngapain kamu kerjakan hari ini?" Tiba-tiba saja Aldi masuk dengan secangkir kopi di tangannya."Gak dikerjain, cuma mastiin aja buat besok.""Oh." Singka

    Last Updated : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Masa Lalu

    Aldi yang semula diam karena terkejut, ia menggeleng sambil tersenyum, berusaha gembira di hadapan sahabatnya. "Gue... gue bekerja sama dengan salah satu perusahaan, yang di mana keuntungan itu mencapai miliaran.""Hah, beneran? Wahh, selamat, Bro. Gue salut banget sama Lo!" Andika semakin merasa bahagia, ia memeluk Aldi dengan tawa, sedangkan Aldi memejamkan mata untuk mengikhlaskan semuanya."Saat aku sudah mengikhlaskan kamu, kenapa Tuhan malah mempersatukan kita berdua, Ran," gumam Aldi, ia ingin menyeruput kembali kopinya, tapi ternyata sudah kosong, hanya tersisa hampasnya saja. Pria itu tersenyum miring, ia bingung dengan permainan Tuhan yang diberikan padanya. Takdir apa ini? Dulu Ia ambil kekasih hatinya, sekarang Ia mengambil sahabatnya. "Andai waktu bisa berputar kembali, bisa kan kita mencintai wanita yang berbeda? Mungkin dengan itu kita akan bahagia sekarang, An."Aldi kini hanya bisa menghela napas pelan. Semuanya telah terjadi, ia kini memiliki kekasih yang dulu tel

    Last Updated : 2025-01-30
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Ancaman untuk Rania

    "Mulai sekarang, gak ada lagi yang boleh menyuruh-nyuruh di kantor ini. Ketahuan ada yang melakukan itu, saya denda lima ratus ribu!" Nita yang merasa bahwa ucapan itu diarahkan padanya, ia hanya bisa tertunduk dan merasa kesal, ia yakin bahwa Rania telah mengadu pada bosnya itu."Dan yang di suruhnya, jangan mau lakuin hal itu," kata Aldi tegas, kemudian ia menatap Rania yang diam di pojokan dengan tangan yang saling bertautan.Mata Aldi tak lepas dari menatap sang istri saat berlalu ingin masuk lagi ke ruangannya. Begitu juga dengan Rania yang matanya mengikuti arah sang suami pergi.Nita yang memperhatikan Rania, tangannya terkepal. Ia akan mengadu pada sang paman agar Rania di pecat dari perusahaan. ***"Aww!" Sebuah tangan yang mencengkram leher Rania membuat wanita itu meringis karena kesakitan.Ia sedang berada di kamar mandi, dan ternyata Nita mengikutinya untuk memberikan Rania pelajaran."Lo kan yang udah ngadu sama Pak Aldi soal yang tadi. Sudah gue bilang, jangan berani

    Last Updated : 2025-02-16
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Fitnah

    "Pa—Pak Aldi, foto ini saya dapat dari grup. Nita... dia yang ngirim, Pak.""Dia lagi," ujar Aldi jengkel. Ia meminta Anisa untuk kembali bekerja dan jangan terus menyebarkan rumor. "Udah dibilang jangan deket-deket, ngeyel!" Tekan Rania, dengan wajah yang kesal tapi tatapan fokus ke laptop. "Tapi memangnya kenapa kalau mereka tau? Toh kamu memang istriku aku, kan?"Entah ke berapa kali Aldi mendapatkan tatapan tajam dari istrinya itu. Ia hanya bisa tersenyum meledek sambil berlalu pergi memasuki ruangan.Siska yang menatap foto itu di ponselnya, ia mengepalkan tangan kemudian menggebrak meja. Ia berpikir Rania terlalu berani, dia saja belum pernah di ajak pulang bareng selama tiga tahun menjadi sekretaris Aldi, tapi dengan mudah Rania bisa mendapatkan itu semua padahal baru saja bekerja di kantor ini. "Sepertinya dia memang gak bisa aku diamkan!" Siska tersenyum miring merencanakan sesuatu yang akan membuat Rania menyesal karena telah berurusan dengannya. Jam istirahat datang, se

    Last Updated : 2025-02-16
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Aldi meminta imbalan

    Rania mendongak dengan mata yang melotot. Dia bahkan lebih percaya orang-orang di sana daripada memastikan lebih dulu bahwa bukan Rania lah yang mencuri."Bapak juga memfitnah saya?" tekan Rania, satu bulir air mata menetes di pipi wanita itu. Melihat itu membuat Aldi tidak tega, ia berdehem agar sedikit lebih kalem lagi. "Bukan... Bukan begitu maksud saya. Tapi—""Alahh mana ada sih, Pak, maling ngaku!""Iya, Pak. Udah jelas-jelas semua barang teman-teman kita ada di tas dia semua.""Diam! Ini kenapa kalian berdua yang ribut dari tadi. Memangnya barang kalian juga ada di tas dia?" sentak Aldi. Siska dan Nita hanya bisa menunduk dan menggeleng mendengar Aldi yang sudah mulai marah. "Sudah, kalian kembali bekerja. Urusan Rania, biar saya yang urus. Dan kita lihat, siapa pelaku sebenarnya. Jika memang bukan Rania yang mencuri, maka orang itu akan saya pecat tanpa pesangon!"Nita dan Siska mendongak dengan mata yang melotot. Mereka saling pandang dengan isyarat mata. Habis sudah jik

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Bertemu mantan kekasih

    "Mmm, kita mau ke mana?""Ayo tebak. Mau ke mana?"Wanita itu menggeleng pelan."Nanti kamu juga tau."Rania mengangguk patuh. Sepanjang perjalanan ia tak banyak mengobrol. Mereka pun telah sampai di tempat yang dituju. Rania turun dengan tatapan penuh kerinduan pada tempat itu. Ia melirik pria di sampingnya yang sedang tersenyum, memberikan kode untuk ia menggandeng tangannya. Rania pun menerima tawaran itu, ia menggandengnya dan mereka memasuki area cafe yang banyak sekali kenangan di dalamnya. Mereka duduk, pria itu memesan makanan legend yang dulu selalu mereka pesan.Tak lama, pesanan itu pun datang."Nih, banana milk dengan steak ayam saus jamur. Kentangnya setengah matang, kesukaan kamu.""Kamu masih ingat?" tanya Rania. "Mana mungkin aku lupa makanan kesukaan kekasihku."Rania berdehem mendengar itu. Ia tak membenarkan apa yang dikatakan oleh pria bernama Irfan itu. "Oh, maaf. Maksudku, mantan kekasih."Rania mencoba tersenyum, ia kemudian menikmati makanan itu saat Irfan

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Pagi yang Indah

    "Pagi yang indah, istriku.""Hmm.""Gak mau bangun nih? Kayaknya enak banget ya tidur di pelukan aku.""Hmm?" Rania yang baru membuka mata itu mendongak, mengucek matanya dan kini terlihat jelas siapa yang berbicara. Aldi tersenyum menatap sang istri. Tangannya digenggam oleh tangan Rania yang sebelah kiri, sedangkan wajah wanita itu masih menempel di dadanya. "Apa aku bilang. Nyaman kan tidur di pelukan suamimu ini."Rania yang menyadari itu langsung menarik diri, ia merasa malu, kejadian itu terulang kembali. "Dasar modus!" umpatnya."Aku?" Aldi yang mendengar itu langsung duduk, ia mencondongkan tubuhnya kepada Rania, membuat wanita itu memundurkan tubuhnya."Kan kamu yang deketin aku duluan. Emangnya semalam gak ingat, apa yang kamu lakuin ke aku? Bahkan, seumur hidup pun aku tidak akan bisa melupakannya.""Memangnya apa yang aku lakuin?" tanya Rania cemas, sembari mengingat apa yang semalam ia lakukan. Perasaan dia tertidur pulas tanpa bangun sama sekali. "Kamu lupa atau pur

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Tidur bersama

    "Ya... takut aja. Kalau kayak waktu itu lagi, aku kan kalau tidur orangnya gak bisa diem. Di sofa aja sering jatoh kadang-kadang.""Hah, yang bener? Tuh kan... Udah, mulai sekarang, kamu tidur sama aku di ranjang. Jangan di sofa lagi.""Tapi—""Masih mau nolak?"Wanita itu mau tak mau mengalah. Ia akan pikirkan caranya nanti, biar tidak satu ranjang dengan sang suami tapi dia masih bisa tidur dengan pulas. ***Selepas bekerja, mereka kembali ke rumah. Azka sudah menunggu walaupun malam mulai larut. Anak kecil itu ingin mengobrol dulu dengan sang ayah. Ia berteriak gembira saat keduanya masuk ke rumah. Mbok Nem meminta maaf karena tidak menidurkan Azka seperti biasa, ia mengeluh bahwa Azka selalu ingin menunggu keduanya untuk pulang.Rania memaklumi, ia meminta Mbok Nem untuk istirahat lebih dulu. Malam ini ia yang akan menemani Azka tidur. Makan malam sudah tersedia, karena dingin wanita itu memanaskannya kembali. Walupun Aldi berucap tidak perlu karena takut sang istri merasa lela

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Pembelaan

    Sepanjang malam Rania tidur hanya sebentar-sebentar, setakut itu dia jika sampai kebablasan dan tidur dalam keadaan memeluk Aldi. Alhasil, pagi ini saat bekerja ia mengantuk, sesekali menguap dan berakhir tertidur dengan beralasan tangan di meja. Nita yang baru selesai mengambil air, ia melihat Rania yang sedang terlelap. Tanpa pikir panjang ia menyiramkan airnya, membuat wanita itu langsung terbangun. "Enak banget Lo ya tidur di kantor, yang lain pada kerja.""Aku....""Kerja. Jangan makan gaji buta!"Nita tersenyum miring melihat wanita itu yang basah kuyup, kemudian kembali ke mejanya. Bukan kerja, tapi malah memainkan ponselnya.Karena basah, wanita itu memutuskan untuk pergi ke toilet, ternyata di sana ada Aldi yang juga baru keluar dari kamar mandi. Pria itu memperhatikan sang istri, ia pun bertanya kenapa bisa seperti ini. "Siapa yang lakuin ini ke kamu?""Nita." Dia sangat ingin rasa memberikan pelajaran pada perempuan itu, jika dia memberikan kesedihan pada sang suami, Ra

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Hadiah

    Setelah pegawai memberikannya, pria itu membantu Rania untuk memakainya. Ia menatap dengan dalam, sungguh cantik sekali istrinya itu mengenakan kalungnya. "Cantik sekali."Perkataan Aldi membuat Rania memalingkan wajah. Entah mengapa ia merasa malu dipuji seperti itu. "Kalungnya."Tak jadi merasa di sanjung, wanita itu mendelikan mata pada Aldi. Melihat ekspresi itu Aldi terkekeh karena merasa lucu. "Berikan kalung ini pada saya.""Baik, totalnya jadi tiga ratus lima puluh juga rupiah. Mau bayar cash atau debit?"Pria itu merogoh kartu hitam dari Jaz nya, kemudian memberikannya pada sang pegawai. Sedangkan Rania sejak tadi hanya bisa melotot dengan mulut yang menganga. Betapa fantastis sekali harga kalung itu. "Mas... Itu mahal banget. Aku gak mau nerima itu.""Sutt, udah gak usah komen. Anggap aja ini sebagai tanda terima kasihku, karena akhirnya dengan perlahan kamu bisa menerimaku sebagai suami."Rania menatap mata pria itu, sejujurnya ia masih bingung, antara harus dengan lap

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Aldi Menangis

    "Hatiku sakit melihat dia menangis, aku gak bisa seperti ini terus...."Wanita itu memeluk erat sang suami, air matanya mengalir dengan deras. Baru ia sadari bahwa Aldi memanglah sangat menyayangi Azka seperti Andika menyayanginya. Wanita itu merasa sangat bersalah karena berniat ingin menjauhkan mereka berdua. Padahal Azka adalah hidup Aldi, dan Aldi adalah kebahagiaan bagi Azka. Wanita itu merelaikan pelukan, ia mengakup kedua wajah sang suami, kemudian mengusap air matanya."Maafkan aku, Mas. Aku gak tau kalau kasih sayangmu pada Azka sedalam ini. Mulai sekarang, Azka anakmu, tolong rawat dia dengan baik untukku dan Mas Andika, anggap dia sebagai anakmu sendiri. Jangan pernah kecewakan dia."Aldi mengusap tangan istrinya itu, ia kemudian berkata, "Beneran, Ran?" Pelan ia berbicara. Wanita itu mengangguk, Aldi langsung memeluknya dengan erat, berkali-kali berterimakasih karena telah mengizinkan dia untuk dekat dengan Azka setelah beberapa hari ia menahan sakit di hatinya karena m

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Pelukan Hangat Aldi

    Sedangkan Aldi mengelus rambut wanita itu agar ia lebih tenang. Tak lama dia mendengar dengkuran halus, Rania sudah terlelap kembali. Dengan hati-hati ia membaringkannya, kemudian ia pun tidur sembari memeluk sang istri.Pagi telah tiba, keduanya kini sedang menikmati sarapan bersama. Azka yang sedari tadi mengoceh pada Aldi, tapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya, bahkan nampak dingin padanya. Azka mengadu pada sang ibu, kenapa pria yang dulu ia kenal baik dan sangat penyayang, sekarang bahkan untuk sekedar berbicara dengannya saja seperti tidak mau."Aku punya salah apa, Ayah. Apa kesalahanku karena memanggilmu ayah?" tanyanya, dengan raut wajah yang sedih.Aldi yang tak kuasa melihat itu, ia pergi begitu saja ke kamarnya, membuat Azka menangis menatap kepergiannya. "Bunda...." Anak itu menatap sang ibu, Rania memejamkan mata dan mengatur napasnya. Ini sungguh sangat sulit.Wanita itu mendekat, ia memeluk sang anak erat. Kemudian berkata, "Mungkin ayah hanya capek, tolong d

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Rania dijebak

    "Pernah. Tapi sekarang kita udah putus, karena dia hamil sama pria lain."Rania sontak melirik, ia kemudian berpikir sepertinya Aldi salah sangka pada Diki. "Kok bisa, ya? Maksudnya, pacaran sama kamu kok bisa tidur sama pria lain.""Entahlah, aku juga bingung. Padahal kita udah lama pacaran, bahkan hampir aja ke jenjang serius. Mungkin bukan takdirnya aja."Rania mengangguk. Ia semakin yakin bahwa Diki adalah lelaki yang baik. Wanita itu sedikit lega sekarang. Kalau dilihat dari penampilannya juga, Diki nampak sopan sekali. Alun-alun sudah di depan mata, wanita itu turun dengan mata yang berbinar. Sangat ramai di sana, banyak sekali makanan dan juga wahana bermain. "Rame kan?" tanya Diki, yang melihat Rania sibuk memperhatikan tukang makanan."Iya, makasih ya udah bawa aku ke sini."Diki tersenyum miring, ia membawa wanita itu untuk duduk dan menikmati makan. Dia kemudian menyodorkan secangkir minuman pada Rania, karena haus wanita itu langsung meneguknya sampai tandas.Diki menat

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kecurigaan Rania

    Pagi sekali, Rania terbangun, dia menatap sekeliling, Aldi sudah tidak ada di sofa. Dengan cepat wanita itu duduk dan memastikan, memang benar Aldi sudah tidak ada. Pintu kamar mandi pun terbuka, tidak mungkin pria itu ada di sana. "Jangan-jangan dia keluar ninggalin aku sendirian di sini. Dih, dasar pria menjengkelkan—"Pintu terbuka, membuat Rania seketika menatapnya. Ternyata Aldi baru keluar untuk membelikan pembalut. Semalam, saat pria itu ingin ke kamar mandi. Diam-diam ia menatap wajah sang istri yang sedang terlelap. Namun, pria itu gagal fokus saat melihat bercak darah yang ada di seprei. Saat dilihat lagi, ternyata di rok yang Rania kenakan juga ada. Pria itu mengangguk dan pergi ke kamar mandi. "Kamu udah bangun?"Rania menarik selimut dengan wajah yang masam. "Nih, ganti baju dan pakai ini. Lama-lama seprei habis merah oleh darahmu.""Hah?" Rania panik, dia langsung turun dari ranjang dan melihatnya, benar saja, banyak bercak darah di sana. "Kan? Sana."Tanpa pikir pa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status