Share

Masa Lalu

Penulis: Uni Tari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 22:45:04

Aldi yang semula diam karena terkejut, ia menggeleng sambil tersenyum, berusaha gembira di hadapan sahabatnya.

"Gue... gue bekerja sama dengan salah satu perusahaan, yang di mana keuntungan itu mencapai miliaran."

"Hah, beneran? Wahh, selamat, Bro. Gue salut banget sama Lo!" Andika semakin merasa bahagia, ia memeluk Aldi dengan tawa, sedangkan Aldi memejamkan mata untuk mengikhlaskan semuanya.

"Saat aku sudah mengikhlaskan kamu, kenapa Tuhan malah mempersatukan kita berdua, Ran," gumam Aldi, ia ingin menyeruput kembali kopinya, tapi ternyata sudah kosong, hanya tersisa hampasnya saja.

Pria itu tersenyum miring, ia bingung dengan permainan Tuhan yang diberikan padanya. Takdir apa ini? Dulu Ia ambil kekasih hatinya, sekarang Ia mengambil sahabatnya.

"Andai waktu bisa berputar kembali, bisa kan kita mencintai wanita yang berbeda? Mungkin dengan itu kita akan bahagia sekarang, An."

Aldi kini hanya bisa menghela napas pelan. Semuanya telah terjadi, ia kini memiliki kekasih yang dulu telah lama pergi. Tapi sekarang, sang sahabat yang meninggalkan dirinya pergi untuk selamanya.

Antara sedih dan bahagia yang Aldi rasakan. Ia masih sungkan pada Andika jika untuk berbuat semaunya pada Rania. Padahal kini, wanita itu sudah menjadi miliknya seutuhnya.

***

Hari Senin datang, semua orang sibuk di meja masing-masing, begitu juga dengan Rania yang sedang berkutik dengan pekerjaannya.

Ia kemudian membuka laporan, ada satu yang harus ditandatangani oleh Aldi. Wanita itu masih ragu untuk bertemu dengan suaminya itu, bahkan sejak kemarin ia tidak melihat Aldi. Tidur pun terpaksa di kamar sang anak yang hanya ada satu kasur kecil yang hanya cukup untuk Azka saja.

"Heh, anak baru. Beliin gue kopi, dong."

Rania menatap perempuan yang ada di depannya itu. "Ini kan masih jam kerja, nanti aja pas istirahat ya."

"Kalau gue bilang sekarang ya sekarang. Gimana sih."

"Iya tapi, kan—"

"Lo mau dipecat dari sini?" Perempuan bernama Nita itu mendekat. "Lo tau, kalau gue ini keponakan Pak Susanto."

Melihat kesombongan perempuan itu, ingin sekali rasanya Rania berkata bahwa ia lebih berkuasa di sini karena dirinya adalah istri dari seorang bos.

Tapi, urung wanita itu lakukan. Ia juga tak mau mengakui kalau dirinya adalah istri Aldi. Masih tak percaya rasanya bahwa dia sekarang sudah menikah untuk yang ke dua kalinya.

"Iya aku beliin. Uangnya?" Wanita itu menadahkan tangan pada Nita.

"Ya pake dulu uang Lo, lah."

Rania berdiri dengan tangan yang sedikit menggebrak meja. Kemudian pergi dengan wajah yang masam.

Panas terik membuat dia semakin emosi, ditambah lagi tempat untuk membeli kopi antri. Makin pusing Rania rasanya.

"Nyebelin banget, huh! Semoga dia yang kena pecat. Kok ada orang modelan begitu."

Sambil ngedumel, Rania menunggu antrian. Sampai akhirnya ia mendapatkan es kopi itu dan kembali ke kantor.

"Uangnya?" Rania kembali menadahkan tangan saat kopi itu sudah berada di tangan Nita.

"Apa? Uang? Ya Lo yang beliin lah, lawak kali minta uang segala." Nita mendelik sambil berlalu dari hadapan Rania. Membuat wanita itu mengepalkan tangan, ingin rasanya ia mencopot sepatunya dan melemparkan pada kepala Nita.

Sedang kesal-kesalnya, seseorang memanggil Rania karena dicari oleh Aldi. Wanita itu semakin lesu rasanya, kenapa banyak sekali cobaan yang harus dicobain hari ini.

Ketukan pintu ia lakukan, kemudian masuk dengan menunduk. Sama sekali tidak menatap Aldi.

Pria itu yang menatapnya merasa aneh, kenapa Rania hanya diam menunduk seperti keberatan beban di pundaknya itu.

"Dokumen yang kemarin mana?"

"Yang mana?" tanya Rania balik, sambil tetap menunduk.

"Bisa gak kalau lagi bicara angkat kepala terus tatap lawan bicara kamu."

Dengan cemberut Rania mendongak dan menatap suaminya itu.

Kening Aldi mengerut melihat itu, ia tak tau apa yang terjadi membuat wanita yang keras kepala itu diam dengan wajah yang masam.

"Kenapa kamu?"

"Gak papa."

"Gak papa kenapa cemberut begitu."

"Ya gak papa."

Aldi mengusap wajahnya sambil menggaruk kepala. Panjang urusan kalau sudah seperti ini.

"Ada yang ganggu kamu di sini?"

Rania berpikir, sepertinya asik kalau ia mengadu soal Nita yang seenak jidat memperlakukan dia tadi.

"Enggak, Mas. Cuma di sini kalau orang baru selalu disuruh sama harus ngeluarin uang buat beliin senior sesuatu gitu ya? Mana aku baru kerja belum gajian, malah dipalakin." Dengan nada yang disedih-sedihkan ia mengatakan hal itu.

"Siapa yang berani lakuin itu sama kamu?"

"Emm... namanya Nita."

"Nita?" Aldi menatap tajam ke arah pintu, kemudian ia bangkit dan pergi dari ruangannya.

Melihat itu Rania mengintip kepergian suaminya, ia cekikikan. Dia yakin, kalau Aldi akan memarahi perempuan licik itu.

"Ternyata begini rasanya jadi istri bos. Eh, kok?" Rania keceplosan, ia menutup mulutnya sambil pelan-pelan keluar dari ruangan Aldi untuk mengintip keadaan Nita setelah ini.

Bab terkait

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Ancaman untuk Rania

    "Mulai sekarang, gak ada lagi yang boleh menyuruh-nyuruh di kantor ini. Ketahuan ada yang melakukan itu, saya denda lima ratus ribu!" Nita yang merasa bahwa ucapan itu diarahkan padanya, ia hanya bisa tertunduk dan merasa kesal, ia yakin bahwa Rania telah mengadu pada bosnya itu."Dan yang di suruhnya, jangan mau lakuin hal itu," kata Aldi tegas, kemudian ia menatap Rania yang diam di pojokan dengan tangan yang saling bertautan.Mata Aldi tak lepas dari menatap sang istri saat berlalu ingin masuk lagi ke ruangannya. Begitu juga dengan Rania yang matanya mengikuti arah sang suami pergi.Nita yang memperhatikan Rania, tangannya terkepal. Ia akan mengadu pada sang paman agar Rania di pecat dari perusahaan. ***"Aww!" Sebuah tangan yang mencengkram leher Rania membuat wanita itu meringis karena kesakitan.Ia sedang berada di kamar mandi, dan ternyata Nita mengikutinya untuk memberikan Rania pelajaran."Lo kan yang udah ngadu sama Pak Aldi soal yang tadi. Sudah gue bilang, jangan berani

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Fitnah

    "Pa—Pak Aldi, foto ini saya dapat dari grup. Nita... dia yang ngirim, Pak.""Dia lagi," ujar Aldi jengkel. Ia meminta Anisa untuk kembali bekerja dan jangan terus menyebarkan rumor. "Udah dibilang jangan deket-deket, ngeyel!" Tekan Rania, dengan wajah yang kesal tapi tatapan fokus ke laptop. "Tapi memangnya kenapa kalau mereka tau? Toh kamu memang istriku aku, kan?"Entah ke berapa kali Aldi mendapatkan tatapan tajam dari istrinya itu. Ia hanya bisa tersenyum meledek sambil berlalu pergi memasuki ruangan.Siska yang menatap foto itu di ponselnya, ia mengepalkan tangan kemudian menggebrak meja. Ia berpikir Rania terlalu berani, dia saja belum pernah di ajak pulang bareng selama tiga tahun menjadi sekretaris Aldi, tapi dengan mudah Rania bisa mendapatkan itu semua padahal baru saja bekerja di kantor ini. "Sepertinya dia memang gak bisa aku diamkan!" Siska tersenyum miring merencanakan sesuatu yang akan membuat Rania menyesal karena telah berurusan dengannya. Jam istirahat datang, se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Aldi meminta imbalan

    Rania mendongak dengan mata yang melotot. Dia bahkan lebih percaya orang-orang di sana daripada memastikan lebih dulu bahwa bukan Rania lah yang mencuri."Bapak juga memfitnah saya?" tekan Rania, satu bulir air mata menetes di pipi wanita itu. Melihat itu membuat Aldi tidak tega, ia berdehem agar sedikit lebih kalem lagi. "Bukan... Bukan begitu maksud saya. Tapi—""Alahh mana ada sih, Pak, maling ngaku!""Iya, Pak. Udah jelas-jelas semua barang teman-teman kita ada di tas dia semua.""Diam! Ini kenapa kalian berdua yang ribut dari tadi. Memangnya barang kalian juga ada di tas dia?" sentak Aldi. Siska dan Nita hanya bisa menunduk dan menggeleng mendengar Aldi yang sudah mulai marah. "Sudah, kalian kembali bekerja. Urusan Rania, biar saya yang urus. Dan kita lihat, siapa pelaku sebenarnya. Jika memang bukan Rania yang mencuri, maka orang itu akan saya pecat tanpa pesangon!"Nita dan Siska mendongak dengan mata yang melotot. Mereka saling pandang dengan isyarat mata. Habis sudah jik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Perhatian Rania

    Ia meminta semuanya untuk kumpul dan melihat kejadian yang sebenarnya. Kapan waktu orang itu mengambil barang, dan saat itu sedang di mana Rania berada. Semua orang di sana mengangguk dan merasa bersalah karena telah terlanjur menuduh Rania. Sebagian dari mereka ada yang meminta maaf, tapi juga yang hanya diam dan menganggap semua ini hanya keisengan semata. Aldi meminta mereka untuk kembali bekerja. Sedangkan Siska dan Nita diam-diam mengacungkan jempol satu sama lain. Mereka berpikir mereka itu pintar karena terpikir lebih dulu untuk tidak menampakan wajah. "Kamu ikuti saya." Rania dengan malas membuntuti suaminya itu. Di dalam, Aldi tersenyum penuh arti, sedangkan Rania menatap dengan bingung karena suaminya itu senyum-senyum sendiri sedari tadi. "Ada apa?" tanya Rania, ia tidak ingin lama-lama ada di ruangan berdua dengan suaminya itu. "Kamu lupa perjanjian kita?""Enggak," kata Rania. "Bagus kalau begitu. Ya udah, langsung aja. Aku mau....""Mau apa? Kan perjanjiannya juga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kedatangan seorang wanita

    "Katanya Bu Linda sudah kembali.""Iyakah? Wah, berarti sekarang Pak Aldi gak bakalan kesepian lagi. Hihi.""Iya bener banget. Pasti mereka bakalan selalu pergi berduaan diam-diam. Padahal kita semua tau kalau mereka ada hubungan khusus."Rania mendengar itu jadi tak fokus pada pekerjaannya. Ia menggeser kursi mendekat pada Anisa yang sibuk berkutik dengan laptopnya."Siapa Bu Linda itu?" "Hah?" Anisa yang tak mendengar gosip mereka, ia membenarkan kacamatanya mencerna lagi apa yang Rania katakan. "Bu Linda siapa?""Bu Linda? Oh... dia. Itu, asisten Pak Aldi. Dia sempat cuti seminggu kayaknya gak tau kenapa. Dengar-dengar sih sekarang bakalan datang ke kantor.""Owh... emang ada hubungan apa dia sama Pak Aldi?" Anisa yang mendengar itu tersenyum penuh curiga pada Rania. Ia mendekatkan wajahnya sambil berbisik, "Kamu cemburu yaaa.""Ishhh, apaan sih. Aku kan cuma nanya, itu dengar-dengar katanya mereka ada hubungan spesial.""Hmm... Gak tau juga sih. Tapi biasanya mereka emang suka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Rania Panik

    Rania langsung lari keluar dan kembali duduk di tempat kerjanya dengan perasaan yang berkecamuk. Anisa yang melihat itu hanya bengong, bertanya-tanya ada apa dengan temannya itu. Sementara napas Rania masih belum stabil, ia mengusap dadanya berusaha untuk tenang. Namun, hal itu justru membuat orang-orang di sana memperhatikan dia. Karena dengan secara tiba-tiba berlari dari ruangan bos seperti melarikan diri dari kejaran anji*ng.Anisa yang melihat karyawan lain saling berbisik, ia mendekat pada wanita itu. "Are you oke?""Hmm." Rania mengangguk dan berusaha bersikap biasa saja."Kamu yakin? Wajah kamu pucat, gak abis dimarahin kan?""Hah? Eng—enggak. Aku cuma... Ahh, takut tadi ada kecoa. Iya, makanya aku kabur," elak Rania. Mana mungkin ia mengatakan bawah habis mendapatkan kecupan dari sang bos secara brutal. "Owalah... Kirain kenapa. Ya udah, lanjut kerja. Kalau Bu Linda tau kita suka ngerumpi, bisa habis dimarahi.""Iya." Rania tersenyum pada temannya itu, padahal jantungnya ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Azka anak yang kuat

    "Es teehhh!" jawab Rania sebal. Bisa-bisanya dia memanggil seperti itu, bahkan di tempat umum begini. Kan dia jadi malu. Aldi kembali setelah memesan, ia duduk sambil menatap danau yang di ujungnya dipenuhi lampu-lampu dari penduduk sana. Semilir angin menabrak wajahnya, entah kenapa ia sangat menyukai tempat itu. Baginya, tempat itu tenang dan damai, bisa membuat mood jadi baik. Walaupun ramai orang yang berkunjung juga di sana. Pria itu yang tak sengaja melirik sang istri, Rania nampak mengusap-usap tangannya karena merasa dingin. Baju dengan lengan pendek yang ia kenakan, membuat angin dengan lembut menyentuhnya. Tanpa basa-basi Aldi berdiri dan membuka jaz-nya, ia menyelimuti sang istri, membuat Rania menatapnya dengan terheran-heran. Kenapa dia biasa sangat peka, padahal Rania tidak berkata apa-apa. "Makasih," ujarnya serius. "Sama-sama." Aldi tersenyum menanggapi. Tak lama makanan datang, disambut oleh Rania dengan mata yang berbinar. Ini makanan yang dia rindukan. Sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Malam Pertamaku yang Kedua   Wasiat Andika

    "Buka ba junya.""Pelan-pelan, ya, nanti sakit.""Iya... Ini juga pelan-pelan, Sayang. Kalau gak mau ngerasain sakit, kamu merem, ya, jangan diliat.""Gak papa, aku kan udah gede.""Lain kali jangan main di sana lagi, ya. Itu perosotannya udah jelek, ke gores kan pundak kamu."Anak kecil berusia empat tahun itu mengangguk. Ia sedikit meringis saat sang Bunda mengoleskan obat luka."Udah Bunda perban, sekarang Azka masuk kamar, ya.""Aku gak tidur sama Bunda lagi?" Raut wajah anak itu berubah sedih, ia berpikir malam ini akan tidur di dalam pelukan sang ibu.Rania tersenyum, ia mengelus pipi sang anak lembut. "Maaf, ya, Bunda harus ke rumah sakit lagi malam ini. Azka sama Mbok Nem ya di rumah.""Memangnya Ayah belum bisa pulang?""Belum, Sayang, doain ayah segera sembuh, ya. Biar kita bisa tidur bersama lagi."Azka mengangguk, ia kemudian pergi ke kamarnya setelah mengecup pipi sang Bunda, ia meminta Mbok Nem untuk menemani tidurnya.Dan Rania, ia bergegas ke rumah sakit untuk menemani

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Azka anak yang kuat

    "Es teehhh!" jawab Rania sebal. Bisa-bisanya dia memanggil seperti itu, bahkan di tempat umum begini. Kan dia jadi malu. Aldi kembali setelah memesan, ia duduk sambil menatap danau yang di ujungnya dipenuhi lampu-lampu dari penduduk sana. Semilir angin menabrak wajahnya, entah kenapa ia sangat menyukai tempat itu. Baginya, tempat itu tenang dan damai, bisa membuat mood jadi baik. Walaupun ramai orang yang berkunjung juga di sana. Pria itu yang tak sengaja melirik sang istri, Rania nampak mengusap-usap tangannya karena merasa dingin. Baju dengan lengan pendek yang ia kenakan, membuat angin dengan lembut menyentuhnya. Tanpa basa-basi Aldi berdiri dan membuka jaz-nya, ia menyelimuti sang istri, membuat Rania menatapnya dengan terheran-heran. Kenapa dia biasa sangat peka, padahal Rania tidak berkata apa-apa. "Makasih," ujarnya serius. "Sama-sama." Aldi tersenyum menanggapi. Tak lama makanan datang, disambut oleh Rania dengan mata yang berbinar. Ini makanan yang dia rindukan. Sudah

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Rania Panik

    Rania langsung lari keluar dan kembali duduk di tempat kerjanya dengan perasaan yang berkecamuk. Anisa yang melihat itu hanya bengong, bertanya-tanya ada apa dengan temannya itu. Sementara napas Rania masih belum stabil, ia mengusap dadanya berusaha untuk tenang. Namun, hal itu justru membuat orang-orang di sana memperhatikan dia. Karena dengan secara tiba-tiba berlari dari ruangan bos seperti melarikan diri dari kejaran anji*ng.Anisa yang melihat karyawan lain saling berbisik, ia mendekat pada wanita itu. "Are you oke?""Hmm." Rania mengangguk dan berusaha bersikap biasa saja."Kamu yakin? Wajah kamu pucat, gak abis dimarahin kan?""Hah? Eng—enggak. Aku cuma... Ahh, takut tadi ada kecoa. Iya, makanya aku kabur," elak Rania. Mana mungkin ia mengatakan bawah habis mendapatkan kecupan dari sang bos secara brutal. "Owalah... Kirain kenapa. Ya udah, lanjut kerja. Kalau Bu Linda tau kita suka ngerumpi, bisa habis dimarahi.""Iya." Rania tersenyum pada temannya itu, padahal jantungnya ma

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kedatangan seorang wanita

    "Katanya Bu Linda sudah kembali.""Iyakah? Wah, berarti sekarang Pak Aldi gak bakalan kesepian lagi. Hihi.""Iya bener banget. Pasti mereka bakalan selalu pergi berduaan diam-diam. Padahal kita semua tau kalau mereka ada hubungan khusus."Rania mendengar itu jadi tak fokus pada pekerjaannya. Ia menggeser kursi mendekat pada Anisa yang sibuk berkutik dengan laptopnya."Siapa Bu Linda itu?" "Hah?" Anisa yang tak mendengar gosip mereka, ia membenarkan kacamatanya mencerna lagi apa yang Rania katakan. "Bu Linda siapa?""Bu Linda? Oh... dia. Itu, asisten Pak Aldi. Dia sempat cuti seminggu kayaknya gak tau kenapa. Dengar-dengar sih sekarang bakalan datang ke kantor.""Owh... emang ada hubungan apa dia sama Pak Aldi?" Anisa yang mendengar itu tersenyum penuh curiga pada Rania. Ia mendekatkan wajahnya sambil berbisik, "Kamu cemburu yaaa.""Ishhh, apaan sih. Aku kan cuma nanya, itu dengar-dengar katanya mereka ada hubungan spesial.""Hmm... Gak tau juga sih. Tapi biasanya mereka emang suka

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Perhatian Rania

    Ia meminta semuanya untuk kumpul dan melihat kejadian yang sebenarnya. Kapan waktu orang itu mengambil barang, dan saat itu sedang di mana Rania berada. Semua orang di sana mengangguk dan merasa bersalah karena telah terlanjur menuduh Rania. Sebagian dari mereka ada yang meminta maaf, tapi juga yang hanya diam dan menganggap semua ini hanya keisengan semata. Aldi meminta mereka untuk kembali bekerja. Sedangkan Siska dan Nita diam-diam mengacungkan jempol satu sama lain. Mereka berpikir mereka itu pintar karena terpikir lebih dulu untuk tidak menampakan wajah. "Kamu ikuti saya." Rania dengan malas membuntuti suaminya itu. Di dalam, Aldi tersenyum penuh arti, sedangkan Rania menatap dengan bingung karena suaminya itu senyum-senyum sendiri sedari tadi. "Ada apa?" tanya Rania, ia tidak ingin lama-lama ada di ruangan berdua dengan suaminya itu. "Kamu lupa perjanjian kita?""Enggak," kata Rania. "Bagus kalau begitu. Ya udah, langsung aja. Aku mau....""Mau apa? Kan perjanjiannya juga

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Aldi meminta imbalan

    Rania mendongak dengan mata yang melotot. Dia bahkan lebih percaya orang-orang di sana daripada memastikan lebih dulu bahwa bukan Rania lah yang mencuri."Bapak juga memfitnah saya?" tekan Rania, satu bulir air mata menetes di pipi wanita itu. Melihat itu membuat Aldi tidak tega, ia berdehem agar sedikit lebih kalem lagi. "Bukan... Bukan begitu maksud saya. Tapi—""Alahh mana ada sih, Pak, maling ngaku!""Iya, Pak. Udah jelas-jelas semua barang teman-teman kita ada di tas dia semua.""Diam! Ini kenapa kalian berdua yang ribut dari tadi. Memangnya barang kalian juga ada di tas dia?" sentak Aldi. Siska dan Nita hanya bisa menunduk dan menggeleng mendengar Aldi yang sudah mulai marah. "Sudah, kalian kembali bekerja. Urusan Rania, biar saya yang urus. Dan kita lihat, siapa pelaku sebenarnya. Jika memang bukan Rania yang mencuri, maka orang itu akan saya pecat tanpa pesangon!"Nita dan Siska mendongak dengan mata yang melotot. Mereka saling pandang dengan isyarat mata. Habis sudah jik

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Fitnah

    "Pa—Pak Aldi, foto ini saya dapat dari grup. Nita... dia yang ngirim, Pak.""Dia lagi," ujar Aldi jengkel. Ia meminta Anisa untuk kembali bekerja dan jangan terus menyebarkan rumor. "Udah dibilang jangan deket-deket, ngeyel!" Tekan Rania, dengan wajah yang kesal tapi tatapan fokus ke laptop. "Tapi memangnya kenapa kalau mereka tau? Toh kamu memang istriku aku, kan?"Entah ke berapa kali Aldi mendapatkan tatapan tajam dari istrinya itu. Ia hanya bisa tersenyum meledek sambil berlalu pergi memasuki ruangan.Siska yang menatap foto itu di ponselnya, ia mengepalkan tangan kemudian menggebrak meja. Ia berpikir Rania terlalu berani, dia saja belum pernah di ajak pulang bareng selama tiga tahun menjadi sekretaris Aldi, tapi dengan mudah Rania bisa mendapatkan itu semua padahal baru saja bekerja di kantor ini. "Sepertinya dia memang gak bisa aku diamkan!" Siska tersenyum miring merencanakan sesuatu yang akan membuat Rania menyesal karena telah berurusan dengannya. Jam istirahat datang, se

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Ancaman untuk Rania

    "Mulai sekarang, gak ada lagi yang boleh menyuruh-nyuruh di kantor ini. Ketahuan ada yang melakukan itu, saya denda lima ratus ribu!" Nita yang merasa bahwa ucapan itu diarahkan padanya, ia hanya bisa tertunduk dan merasa kesal, ia yakin bahwa Rania telah mengadu pada bosnya itu."Dan yang di suruhnya, jangan mau lakuin hal itu," kata Aldi tegas, kemudian ia menatap Rania yang diam di pojokan dengan tangan yang saling bertautan.Mata Aldi tak lepas dari menatap sang istri saat berlalu ingin masuk lagi ke ruangannya. Begitu juga dengan Rania yang matanya mengikuti arah sang suami pergi.Nita yang memperhatikan Rania, tangannya terkepal. Ia akan mengadu pada sang paman agar Rania di pecat dari perusahaan. ***"Aww!" Sebuah tangan yang mencengkram leher Rania membuat wanita itu meringis karena kesakitan.Ia sedang berada di kamar mandi, dan ternyata Nita mengikutinya untuk memberikan Rania pelajaran."Lo kan yang udah ngadu sama Pak Aldi soal yang tadi. Sudah gue bilang, jangan berani

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Masa Lalu

    Aldi yang semula diam karena terkejut, ia menggeleng sambil tersenyum, berusaha gembira di hadapan sahabatnya. "Gue... gue bekerja sama dengan salah satu perusahaan, yang di mana keuntungan itu mencapai miliaran.""Hah, beneran? Wahh, selamat, Bro. Gue salut banget sama Lo!" Andika semakin merasa bahagia, ia memeluk Aldi dengan tawa, sedangkan Aldi memejamkan mata untuk mengikhlaskan semuanya."Saat aku sudah mengikhlaskan kamu, kenapa Tuhan malah mempersatukan kita berdua, Ran," gumam Aldi, ia ingin menyeruput kembali kopinya, tapi ternyata sudah kosong, hanya tersisa hampasnya saja. Pria itu tersenyum miring, ia bingung dengan permainan Tuhan yang diberikan padanya. Takdir apa ini? Dulu Ia ambil kekasih hatinya, sekarang Ia mengambil sahabatnya. "Andai waktu bisa berputar kembali, bisa kan kita mencintai wanita yang berbeda? Mungkin dengan itu kita akan bahagia sekarang, An."Aldi kini hanya bisa menghela napas pelan. Semuanya telah terjadi, ia kini memiliki kekasih yang dulu tel

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kekhawatiran Rania

    Di meja makan, Rania hanya diam bahkan menatap Aldi saja tidak. Ia merasa malu dan bersalah dengan kejadian yang tadi mereka lewati.Meskipun Aldi sudah berdehem berkali-kali memberikan kode agar wanita itu mendengar atau hanya sekedar menatapnya, tapi Rania tidak berkutik sama sekali. Sarapan selesai, Rania memilih kembali ke kamar membuka laptopnya melihat laporan untuk besok. Ia menggaruk kepalanya karena sedikit pusing, selama ini ia hanya diam di rumah menikmati hasil yang Andika berikan. Akan tetapi sekarang ia harus berjuang mati-matian untuk menghidupi sang anak meskipun ada Aldi yang dengan siap untuk merawat mereka berdua.Tapi yang Rania rasa mereka menikah hanyalah menjalankan wasiat, tidak wajib bagi Aldi untuk menafkahi mereka berdua. Padahal pria itu tulus sekali menyayangi mereka berdua. "Urusan besok biar besok, ngapain kamu kerjakan hari ini?" Tiba-tiba saja Aldi masuk dengan secangkir kopi di tangannya."Gak dikerjain, cuma mastiin aja buat besok.""Oh." Singka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status