Elena, seorang gadis muda yang diusir oleh ayahnya dalam keadaan hamil tua, harus menghadapi kenyataan pahit setelah anaknya lahir prematur akibat manipulasi kakak tirinya, Freya. Sayangnya, anak yang ia perjuangkan tak dapat bertahan hidup. Kehilangan itu membawa Elena ke titik terendah, hingga ia menerima tawaran untuk menjadi ibu ASI bagi bayi William, CEO yang baru kehilangan istrinya saat melahirkan. Apakah hubungan Elena dan William sekedar Ibu susu untuk bayinya saja?
View More“Lupakan, aku hanya bertanya saja.” Hana menundukkan sebagian tubuhnya untuk berpamitan sebelum akhirnya berbalik dan pergi.Sementara itu, Glen yang baru saja keluar dari kediaman Martin membuka map yang baru saja Patrick berikan. Dia memeriksa isinya dengan seksama, dahinya berkerut.“Kamu yakin?” tanyanya pada pria yang duduk di kursi kemudi. Matanya tajam menatap Patrick, menunggu kepastian.“Masih menunggu info valid, Tuan,” jawab Patrick tegas.Glen mengangguk paham. Dia membuka sebagian kaca jendela mobilnya, membiarkan udara luar masuk. Pandangannya menembus langit siang yang cerah dan terik. Nafasnya berat, seolah ada beban besar yang tengah menghimpit dadanya.Mobil hitam pekat itu melaju dengna cepat membelah jalanan kota norland dengan kecepatan tinggi.*Elena duduk di sofa dengan tubuh sedikit kaku, merasa sungkan di bawah tatapan tajam William. Sejak tadi, pria itu menat
“Sayang, aku nggak mau bercerai denganmu. Aku mohon, jangan lakukan ini padaku.” Freya memohon dengan suara bergetar, air mata mengalir di wajahnya. Dia bahkan berlutut, memegang kaki Glen seolah itu satu-satunya cara untuk menghentikan keputusannya.Glen menghela napas panjang, lalu merogoh saku celananya. Dengan gerakan santai, dia mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya, menyalakan, dan menyesapnya perlahan. Asap putih mengepul di udara, menciptakan jarak tak kasatmata antara mereka.“Besok adalah acaramu, aku akan menundanya sampai lusa. Tapi jangan salah paham, Freya. Aku tetap tidak akan mengampunimu.” Tanpa ragu, dia menghempaskan Freya dengan kasar hingga tubuh perempuan itu terjatuh ke lantai.“Sayang, tunggu! Aku hamil!”Langkah Glen terhenti. Dengan gerakan lambat, dia menoleh dan menatap Freya yang masih terduduk di lantai. Mata perempuan itu berbinar penuh harap, yakin bahwa kata-katanya mampu membatalkan
Halda membantu Elena berkemas. Tak ada alasan lagi untuk tetap tinggal di bangsal perawatan saat ini.“Aku sudah pergi ke ruang administrasi, dan kau pasti sudah tahu jawabannya.” Halda berbicara tanpa menoleh pada Elena. Mendengar itu, Elena langsung membanting selimutnya kasar di atas ranjang rumah sakit.“Tak ada gunanya kamu kesal. Mau kamu pergi ke ujung dunia mana pun, dia tetap tak akan membiarkanmu.”Elena mendengus kesal. Dia mengingat bagaimana Glen berubah sikap sejak menikah dengan kakak tirinya, Freya. Walaupun begitu, pria itu justru mencari celah, bahkan membuat Elena hamil.Saat mereka larut dalam keheningan, tiba-tiba suara deritan pintu yang terbuka memecah diamnya ruangan. Elena menoleh ke asal suara dan melihat Widya masuk dengan ragu.“Nona…” Widya memanggilnya pelan. Elena hanya tersenyum tipis, seolah membalas sapaan itu.“Aku turut berduka atas apa yang terjadi padamu.” Lalu Widya mendekat dan meraih tangan Elena, men
Elena duduk di tepi ranjang rumah sakit. Di sampingnya, Glen berdiri diam. Tatapannya lekat, penuh dengan emosi yang sulit diartikan. Elena tahu pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi ia lebih memilih diam."Glen, aku mohon padamu, jangan semakin mempersulitku saat ini." Suara Elena lirih, penuh kepenatan.Glen tetap tak bergeming. Matanya menyusuri wajah Elena yang lelah. Seberapapun keras Elena berusaha mengusirnya, Glen tak akan pergi."Kamu tak bertanya tentang kabar ayahmu?" tanyanya pelan.Elena mendengar pertanyaan itu, tapi sengaja mengabaikannya. Jacob, ayahnya. Ia memang merindukan sosok tua itu, tetapi setiap kali mengingat amarah dan kekecewaan yang terpancar dari matanya terakhir kali mereka bertemu, Elena mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh."Dia mungkin belum tahu. Kecuali ada yang memberitahunya, tapi aku yakin itu tak akan terjadi," lanjut Glen dengan nada samar.Dia mengulas senyum tipis, lalu tanpa izin mendeka
Elena masih menatap lekat-lekat nominal pada cek di tangannya. Jumlahnya begitu besar, nyaris sulit dipercaya. Wanita tua itu benar-benar kaya raya.Suara derit pintu kamar membuatnya tersadar. Tanpa menoleh, ia melirik sekilas ke arah pintu dan mendapati sosok pria yang masuk dengan beberapa kantong belanjaan di tangannya. Dengan sigap, Elena segera menyelipkan cek itu ke dalam kantong mantelnya."Kamu benar-benar lebih suka melihatku sengsara, Kak." Ucapnya dengan nada setengah menyindir.Ia masih kesal dengan Glen. Pria itu sama sekali tak menggubris maksudnya saat mereka berbicara tadi siang. Bahkan sekarang, Glen datang tanpa mengganti pakaian, sepertinya benar-benar tak pulang ke rumah."Aku selalu konsisten dengan ucapanku." Glen menjawab singkat, lalu meletakkan kantong-kantong belanjaan itu ke atas meja.Tatapannya menyipit saat menyadari sesuatu. Di atas meja, sudah tersaji berbagai macam makanan dengan bran
"Waktunya menyusui, Nona Angel." Seorang perawat datang memberitahu Elena. Elena yang paham langsung bangkit dan memberi kode pada Halda untuk segera pergi."Kembalilah besok pagi. Aku akan baik-baik saja di sini." Halda, yang melihat Elena cukup yakin, akhirnya mengangguk dan menurutinya. Lagi pula, ada urusan penting malam ini, jadi dia setuju untuk mengikuti permintaan Elena. Sementara itu, Elena melangkah masuk ke ruang khusus menyusui.Tak lama setelah itu, seorang perawat lain datang menggendong seorang bayi mungil dengan selimut pink yang tampak mahal."Suster, kenapa aku merasa sakit ketika dia menyusu?" Elena bertanya sambil menahan rasa sakit saat bibir mungil Angel menyentuh dadanya. Perawat muda itu tersenyum dan menjelaskan."Karena dia belum terbiasa, langit-langit mulut bayi kadang masih kasar pada awalnya," jawab suster tersebut. Elena hanya mengangguk seolah paham, meskipun rasa sakit itu masih terasa. Di sisi lain, dia melihat Angel. Mat
Setelah acara krematorium selesai, William masih memegang guci berwarna biru laut dengan ukiran bunga matahari yang sangat indah. Guci yang berisi Abu jenazah Sarah, berputar lembut di dalam, seolah membawa kenangan dari masa lalu yang tak akan pernah kembali."Kamu sudah melihat anakmu? Dia sangat cantik. Kulitnya yang kemarin menguning sudah mulai normal. Selain karena sinar bilirubin, ibu juga sudah menemukan pendonor ASI untuknya," kata Widya dengan lembut, mencoba memberi penghiburan. William hanya diam, matanya kosong, mengarahkan pandangannya ke luar jendela."Aku hanya melihatnya sebentar," jawab William pelan. Sebuah kebohongan. Bahkan, dia hanya berhenti di depan halaman rumah sakit tanpa berani masuk ke dalamnya. Dia belum siap menerima kenyataan bahwa putrinya, yang kini tak pernah mengenal ibunya, harus tumbuh tanpa Sarah."Ibu memberinya nama Angel," lanjut Widya, menatap putranya yang masih terdiam. William menoleh, mata yang biasany
"Bodoh sekali kamu itu!" Rosa memegang keningnya dengan frustrasi. Seketika, kepalanya terasa pusing. Freya masih meringkuk di atas ranjang, matanya basah oleh air mata yang terus mengalir."Aku nggak nyangka kalau obatnya akan bereaksi seperti itu." Suara Freya terdengar gemetar, menahan tangis."Harusnya kamu bertanya dulu pada ibu sebelum melakukannya!" Rosa mendekat dengan ekspresi serius, tatapannya tajam. "Terus, kamu dapat obat itu dari mana?" Rosa mulai curiga dan menatap Freya dengan penuh tanya.Freya tetap terdiam, matanya menatap kosong. Dia memang sengaja membeli obat pelancar kontraksi secara ilegal dengan bantuan temannya yang bekerja di toko obat."Resep itu bisa jadi masalah besar kalau Glen tahu." Rosa kini menarik tangan Freya dengan kasar, wajahnya penuh ketegangan. "Kamu lupa bagaimana usaha ibumu supaya kamu bisa menikah dengan Glen? Ibu rela membayar pegawai hotel itu dengan harga tinggi supaya dia bisa membawa Glen dan membuatnya t
"Ta, tapi, Nyonya…" Halda tampak ragu. Kekhawatiran jelas tergambar di wajahnya, namun sebelum sempat melanjutkan, Elena sudah lebih dulu menarik lengannya, menahan langkahnya agar tidak mundur."Aku bisa, Nyonya. Tapi… apakah tak masalah? Aku juga punya bayi yang masih butuh ASI," tanyanya pelan, seolah memastikan.Wanita tua itu tersenyum lembut, matanya menyiratkan harapan yang besar. Ia menggeleng pelan."Tak masalah, yang terpenting cucuku mendapatkan ASI. Dia sudah seharian tak meminum apa pun," suaranya bergetar, menyiratkan kecemasan seorang nenek yang ketakutan kehilangan darah dagingnya.Tanpa membuang waktu, wanita tua itu bangkit dengan antusias. Ia melambaikan tangan ke arah baby sitter yang menunggu di sudut ruangan. Dengan sigap, baby sitter itu membawa bayi kecil yang terbungkus selimut putih.Elena menatap bayi mungil itu dengan perasaan campur aduk. Wajahnya begitu cantik, namun tampak layu. Kulitnya mulai menguning, pertanda ia b
“Siapa lelaki yang menghamilimu, Elena?” tanya Tuan Jacob dengan wajah memerah menahan amarah. Elena hanya menunduk dalam, meskipun demikian dia masih bisa melihat alas kaki dari orang-orang yang tengah berkumpul di ruang tamu saat ini.“Kamu masih tak mau jujur? Sungguh berniat menjadi jalang?” Kini teriakan itu semakin keras. Tuan Jacob membanting gelas kaca yang dia bawa, suaranya menggema dan membuat keheningan di ruangan itu semakin mencekam.“Ayah....” Suara Freya terdengar lembut, dia berdiri dan mendekati lelaki tua yang duduk tegang di sana. “Jangan terlalu keras, ingatlah bahwa tekanan darahmu cukup tinggi.” Bersamaan dengan itu, Elena melirik pria yang duduk di sebelah kursi Freya. Dia hanya bisa menghela napas saat melihat wajah dingin itu menatapnya tanpa ekspresi.“Seharusnya kau banyak belajar dari kakakmu ini. Dia tak sekalipun membuat ulah dan justru membuat keluarga Martin bangga.”Elena memilih untuk tidak menangis. Dia sudah tahu bahwa ayahnya lebih memanjakan Frey...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments