Chapter: bab 10Elena masih menatap lekat-lekat nominal pada cek di tangannya. Jumlahnya begitu besar, nyaris sulit dipercaya. Wanita tua itu benar-benar kaya raya.Suara derit pintu kamar membuatnya tersadar. Tanpa menoleh, ia melirik sekilas ke arah pintu dan mendapati sosok pria yang masuk dengan beberapa kantong belanjaan di tangannya. Dengan sigap, Elena segera menyelipkan cek itu ke dalam kantong mantelnya."Kamu benar-benar lebih suka melihatku sengsara, Kak." Ucapnya dengan nada setengah menyindir.Ia masih kesal dengan Glen. Pria itu sama sekali tak menggubris maksudnya saat mereka berbicara tadi siang. Bahkan sekarang, Glen datang tanpa mengganti pakaian, sepertinya benar-benar tak pulang ke rumah."Aku selalu konsisten dengan ucapanku." Glen menjawab singkat, lalu meletakkan kantong-kantong belanjaan itu ke atas meja.Tatapannya menyipit saat menyadari sesuatu. Di atas meja, sudah tersaji berbagai macam makanan dengan bran
Terakhir Diperbarui: 2025-02-22
Chapter: bab 9"Waktunya menyusui, Nona Angel." Seorang perawat datang memberitahu Elena. Elena yang paham langsung bangkit dan memberi kode pada Halda untuk segera pergi."Kembalilah besok pagi. Aku akan baik-baik saja di sini." Halda, yang melihat Elena cukup yakin, akhirnya mengangguk dan menurutinya. Lagi pula, ada urusan penting malam ini, jadi dia setuju untuk mengikuti permintaan Elena. Sementara itu, Elena melangkah masuk ke ruang khusus menyusui.Tak lama setelah itu, seorang perawat lain datang menggendong seorang bayi mungil dengan selimut pink yang tampak mahal."Suster, kenapa aku merasa sakit ketika dia menyusu?" Elena bertanya sambil menahan rasa sakit saat bibir mungil Angel menyentuh dadanya. Perawat muda itu tersenyum dan menjelaskan."Karena dia belum terbiasa, langit-langit mulut bayi kadang masih kasar pada awalnya," jawab suster tersebut. Elena hanya mengangguk seolah paham, meskipun rasa sakit itu masih terasa. Di sisi lain, dia melihat Angel. Mat
Terakhir Diperbarui: 2025-02-22
Chapter: bab 8Setelah acara krematorium selesai, William masih memegang guci berwarna biru laut dengan ukiran bunga matahari yang sangat indah. Guci yang berisi Abu jenazah Sarah, berputar lembut di dalam, seolah membawa kenangan dari masa lalu yang tak akan pernah kembali."Kamu sudah melihat anakmu? Dia sangat cantik. Kulitnya yang kemarin menguning sudah mulai normal. Selain karena sinar bilirubin, ibu juga sudah menemukan pendonor ASI untuknya," kata Widya dengan lembut, mencoba memberi penghiburan. William hanya diam, matanya kosong, mengarahkan pandangannya ke luar jendela."Aku hanya melihatnya sebentar," jawab William pelan. Sebuah kebohongan. Bahkan, dia hanya berhenti di depan halaman rumah sakit tanpa berani masuk ke dalamnya. Dia belum siap menerima kenyataan bahwa putrinya, yang kini tak pernah mengenal ibunya, harus tumbuh tanpa Sarah."Ibu memberinya nama Angel," lanjut Widya, menatap putranya yang masih terdiam. William menoleh, mata yang biasany
Terakhir Diperbarui: 2025-02-21
Chapter: bab 7"Bodoh sekali kamu itu!" Rosa memegang keningnya dengan frustrasi. Seketika, kepalanya terasa pusing. Freya masih meringkuk di atas ranjang, matanya basah oleh air mata yang terus mengalir."Aku nggak nyangka kalau obatnya akan bereaksi seperti itu." Suara Freya terdengar gemetar, menahan tangis."Harusnya kamu bertanya dulu pada ibu sebelum melakukannya!" Rosa mendekat dengan ekspresi serius, tatapannya tajam. "Terus, kamu dapat obat itu dari mana?" Rosa mulai curiga dan menatap Freya dengan penuh tanya.Freya tetap terdiam, matanya menatap kosong. Dia memang sengaja membeli obat pelancar kontraksi secara ilegal dengan bantuan temannya yang bekerja di toko obat."Resep itu bisa jadi masalah besar kalau Glen tahu." Rosa kini menarik tangan Freya dengan kasar, wajahnya penuh ketegangan. "Kamu lupa bagaimana usaha ibumu supaya kamu bisa menikah dengan Glen? Ibu rela membayar pegawai hotel itu dengan harga tinggi supaya dia bisa membawa Glen dan membuatnya t
Terakhir Diperbarui: 2025-02-21
Chapter: bab 6"Ta, tapi, Nyonya…" Halda tampak ragu. Kekhawatiran jelas tergambar di wajahnya, namun sebelum sempat melanjutkan, Elena sudah lebih dulu menarik lengannya, menahan langkahnya agar tidak mundur."Aku bisa, Nyonya. Tapi… apakah tak masalah? Aku juga punya bayi yang masih butuh ASI," tanyanya pelan, seolah memastikan.Wanita tua itu tersenyum lembut, matanya menyiratkan harapan yang besar. Ia menggeleng pelan."Tak masalah, yang terpenting cucuku mendapatkan ASI. Dia sudah seharian tak meminum apa pun," suaranya bergetar, menyiratkan kecemasan seorang nenek yang ketakutan kehilangan darah dagingnya.Tanpa membuang waktu, wanita tua itu bangkit dengan antusias. Ia melambaikan tangan ke arah baby sitter yang menunggu di sudut ruangan. Dengan sigap, baby sitter itu membawa bayi kecil yang terbungkus selimut putih.Elena menatap bayi mungil itu dengan perasaan campur aduk. Wajahnya begitu cantik, namun tampak layu. Kulitnya mulai menguning, pertanda ia b
Terakhir Diperbarui: 2025-02-21
Chapter: bab 5“Kamu yakin tak apa sendirian?” Halda kembali bertanya, masih terdengar khawatir. Sejak Elena bercerita bahwa Glen mengunjunginya, rasa cemas Halda semakin meluap.“Tenang saja. Glen tidak akan menyakitiku.” Elena tersenyum seolah ingin memastikan Halda bahwa dia akan baik-baik saja meskipun pergi sendirian. Hari ini adalah jadwal pemeriksaan di dokter kandungan. Masuk ke trimester akhir, dan dia ingin memastikan bahwa janinnya sehat dan berkembang dengan baik.Halda menghela napas, lalu tanpa banyak bicara, ia melaju dengan mobilnya ke kantor. Sementara itu, Elena berjalan masuk ke dalam gedung rumah sakit untuk mengambil nomor antrian di poli obgyn.“Berangkat lebih awal pun tetap saja dapat antrian ke-40?” Elena mengerutkan dahi, merasa heran. Belum puas dengan keadaannya, ia memutuskan untuk menyebrang ke kafe yang ada di dekat rumah sakit. Kafe tersebut sudah buka, dan Elena ingin menunggu sambil membeli camilan.Namun, saat ia baru saja akan memasuki kafe, suara yang dikenal mema
Terakhir Diperbarui: 2025-01-30