Ranjang Pengantin

Ranjang Pengantin

last updateLast Updated : 2022-06-21
By:  Gleoriud  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
39Chapters
20.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Menikah, seharusnya saling memberi dan menerima, mencintai dan dicintai. Lalu bagaimana jika ke dua belah pihak tak memiliki itu semua? Luna dan Jim, mereka hanya dua manusia biasa yang terikat paksa karena perjodohan. Bagaimana pernikahan mereka? bahkan lima tahun tak bisa menumbuhkan sejumput rasa yang dinamakan cinta. Bagaimana mau ada cinta? jika mereka tak pernah tinggal serumah. Luna lelah, perceraian adalah jalan terakhir bagi mereka.

View More

Latest chapter

Free Preview

Satu

mijit kepalanya yang terasa sakit. Berjam-jam mengadakan rapat tanpa jeda sukses membuatnya kehilangan energi. Mau bagaimana lagi, perusahaan kecil miliknya butuh perhatian lebih. Ditengah kebijakan pemerintah yang tak berpihak pada rakyat, Luna harus berjuang agar tak ikut gulung tikar.Luna mencari kontak lampu yang berada di dinding. Seperti biasa, dia akan mendapati rumah dalam keadaan gelap dan kosong. Jangan berharap ada manusia lain yang ikut tinggal di sini.Luna masih gadis? Oh tidak. Wanita tiga puluh tiga tahun sepertinya bahkan sudah menikah lima tahun yang lalu. Dia masih berstatus sebagai istri sampai sekarang, istri yang hanya terikat di atas kertas dan buku nikah.Selama lima tahun itu juga, dia menghabiskan waktunya sendiri layaknya seorang gadis. Bahkan terkadang Luna

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
danskersweet
keren banget
2023-08-14 00:45:13
0
default avatar
ikha 129
Sangat menarik
2023-03-29 01:06:11
0
user avatar
Eka Handayani
Salah satu penulis ter fav ...
2022-09-02 08:44:37
0
user avatar
Syarlina
seru, bikin nagih bacanya(^з^)-☆Chu!!
2022-03-29 19:12:14
0
user avatar
Pena Asmara
up terus thor, semangat
2022-03-27 08:00:40
0
39 Chapters

Satu

mijit kepalanya yang terasa sakit. Berjam-jam mengadakan rapat tanpa jeda sukses membuatnya kehilangan energi. Mau bagaimana lagi, perusahaan kecil miliknya butuh perhatian lebih. Ditengah kebijakan pemerintah yang tak berpihak pada rakyat, Luna harus berjuang agar tak ikut gulung tikar.Luna mencari kontak lampu yang berada di dinding. Seperti biasa, dia akan mendapati rumah dalam keadaan gelap dan kosong. Jangan berharap ada manusia lain yang ikut tinggal di sini.Luna masih gadis? Oh tidak. Wanita tiga puluh tiga tahun sepertinya bahkan sudah menikah lima tahun yang lalu. Dia masih berstatus sebagai istri sampai sekarang, istri yang hanya terikat di atas kertas dan buku nikah.Selama lima tahun itu juga, dia menghabiskan waktunya sendiri layaknya seorang gadis. Bahkan terkadang Luna
Read more

Dua

Luna mencoba mencocokkan alamat dengan apartemen tua di depannya. Apartemen yang sebenarnya sudah layak direnovasi karena banyak kerusakan di sana-sini.Luna tak habis fikir, Jim bukannya orang miskin, dia adalah anak orang kaya yang memiliki perusahaan media cetak ternama di Indonesia. Tapi laki-laki itu bagaikan siput yang lebih memilih bersembunyi dengan dunianya sendiri dan menutup diri dari dunia luar.Tanpa ragu, Luna mengetuk pintu kayu yang dipenuhi tempelan pesan menggunakan kertas yang sudah di tulis. Artinya, siapa yang berkepentingan dengan pria itu, dia lebih memilih berbicara lewat tulisan dari pada menunggu Jim keluar dari sarangnya.Beberapa detik kemudian pintu terbuka, seorang pria tinggi menjulang dengan rambut berantakan dan kacamata minus sedikit kaget memandangnya
Read more

Tiga

Siapa yang tak sebal dianggap bagaikan sebuah lelucon oleh suami yang bahkan tak layak disebut suami. Dia tak menyangka idenya akan berakhir begini. Dalam hayalannya, Jim akan menandatangani surat perceraian itu dengan senang hati dan berterimakasih kepadanya karena telah berinisiatif membatalkan status pernikahan mereka.Melihat sikap laki-laki itu, Luna tau persis Jim tak menyukainya. Luna pun tak berharap akan disukai oleh Jim, buktinya walaupun dia ditinggalkan laki-laki itu, dia tak merasa apa-apa, dia malah bersyukur kerena dia juga tak menginginkan pernikahan ini. Dia hidup dengan baik selama lima tahun ini, tak ada yang berubah, masih sama seperti sebelum menikah.Tapi bagaimana bisa Jim malah menolak untuk bercerai? Bahkan laki- laki itu membawa kopernya dan laptop kesayangannya ke apartemen Luna. Dia bertingkah masa bodoh dan
Read more

Empat

Luna mendapati apartemen dalam ke adaan gelap. Bahkan jendela masih dibiarkan terbuka. Bukan tak ada orang di rumah, buktinya sepatu lusuh kesayangan Jim masih tergeletak pasrah berceceran di ambang pintu masuk. Luna menghela nafas, menata sepatu itu ke rak sepatu yang sudah disediakan di dekat pintu masuk. Lalu kakinya yang dibalut celana kulot bewarna coklat itu melangkah menuju kontak lampu yang berada di dinding.Ruangan apartemen akhirnya terang benderang, namun Luna hanya menghela nafasnya melihat apa yang ada di depan matanya saat ini. Kulit kacang berserakan di atas meja di depan televisi serta botol minuman yang sudah kosong. Padahal apartemen kecil itu ditinggalkan Luna dalam keadaan rapi. Siapa lagi pelakunya kalau bukan manusia aneh alias Jim.Luna melempar tas kecilnya ke atas sofa lalu mengumpulkan kulit kacang dan botol i
Read more

Lima

Luna baru saja membuka jilbabnya saat pintu kamarnya digedor tak sabaran. Mau tak mau Luna meraih jilbab itu kembali dan memasang asal di atas kepalanya. Luna membuka pintu sambil berdecak kesal, namun kekesalan tidak berlangsung lama saat Luna mendapati kondisi Jim yang memprihatinkan.Keringat sebesar biji jagung ke keluar dari pori-porinya, nafasnya sesak dan berdiri sempoyongan. Jim berusaha menopang tubuhnya dengan bersandar ke daun pintu kamar milik Luna."Tolong! Tolong antarkan aku ke rumah sakit." Jim kesusahan menata nafas, tangannya masih berada di bagian perutnya."Tunggu sebentar!" Ujar Luna cukup kaget, dia berlari menuju meja kerjanya dan meraih kunci mobil dari sana. Luna membantu Jim untuk berjalan menuju lift, laki-laki itu hanya menurut, sesekali terdengar erangan sa
Read more

Enam

Luna bergerak gelisah di atas ranjang berseprai putih miliknya. Sungguh, matanya tidak bisa diajak bekerja sama. Dia mencoba merenungkan apa yang telah terjadi pada dirinya selama dua puluh empat jam ini.Mendatangi Jim dengan tujuan mengakhiri pernikahan mereka tapi malah membuat laki-laki itu tinggal bersamanya. Rasanya semua ini tak masuk akal baginya. Selama ini mereka hidup dalam sandiwara, tiba saatnya episodenya dengan Jim harus berakhir, tapi kenapa semua malah dimulai dari awal lagi? Membawa Jim ke apartemen hanya akan membuat semuanya kembali rumit bagi mereka.Luna tau, Jim dan dirinya bernasib sama. Ingin terlepas dari kekangan keluarga yang selalu memiliki aturan yang tidak masuk akal. Luna bahkan jarang pulang ke rumah orang tuanya. Karena jika dia bertemu orang tuanya, temanya tak jauh-jauh dari kata 'mami ingin cucu', me
Read more

Tujuh

Luna memijit kepalanya lelah. Matanya memandang Mike dengan putus asa. Mike adalah teman sekaligus bawahannya, laki-laki itu adalah teman berbicara selama ini dalam soal pekerjaan, tapi Luna jarang membicarakan hal pribadi dengan laki-laki itu."Aku harus mencari kemana lagi, bahkan hutang perusahaan belum terbayar sampai saat ini, bunga terus berjalan setiap bulannya." Luna mengusap tepi cangkir tehnya. Saat ini mereka tengah duduk di ruangan Luna.Sebenarnya sudah waktunya pulang, tapi mereka terus berfikir keras untuk melanjutkan perusahaan kecil yang dilanda krisis karena buruknya ekonomi di negara saat ini."Kau adalah orang yang paling tidak bisa dimengerti, kalau aku jadi kau, aku lebih memilih meneruskan perusahaan ayahku yang sudah berkembang sangat pesat."
Read more

Delapan

Malam merangkak larut, waktu malam adalah waktu yang sangat ditunggu semua orang untuk beristirahat, menjemput mimpi dan melepas lelah.Luna sudah terlelap, memeluk guling dan menyingkirkan selimut dari tubuhnya. Menyisakan gaun tidur yang memamerkan kemolekan tubuhnya. Jim tak ingin matanya menjelajah kurang ajar. Kondisinya saat ini tidak cocok untuk berfikir ke arah sana. Saat ini, dia ibarat tengah menunggu musuh, lalai sedikit saja maka dia akan mati.Keributan beberapa jam lalu berubah senyap. Hanya Jim satu-satunya yang masih memaksa dirinya untuk tak menyerah melawan kantuk. Dan rasanya ... Sangat menyedihkan.Jim bahkan bisa merasakan suara nafasnya sendiri yang bersaing dengan denting kecil suara jarum jam di dinding kamar Luna. Alangkah beruntungnya menjadi mereka, bisa meni
Read more

Sembilan

Luna hanya terpekur dengan pemikirannya sendiri. Banyak hal yang tak terduga yang terjadi akhir-akhir ini, dan Luna hanya bisa pasrah menjalaninya walau dengan berat hati.Hal yang paling ingin cepat di selesaikannya adalah perceraian dengan Jim, tapi, belum selesai ke ruwetannya dengan pria itu, ke dua keluarga malah mulai ikut campur menyatukan mereka kembali.Luna bukannya goyah, apa pun yang terjadi, perceraian dengan Jim adalah sebuah keharusan. Tak ada alasan bagi mereka untuk meneruskan pernikahan yang dari awal tidak harus terjadi.Luna mencoba menggeser tubuh Jim dari dirinya, namun cengkaraman kuat menghentikan gerakan Luna. Jim bergayut bagaikan balita yang ketakutan.Akhirnya, Luna hanya bisa pasrah sambil membenarkan posisi tidurnya walaupun harus mendekap laki-laki itu.Rasanya sangat lucu, dan seperti panggung sandiwara. Kehadiran Jim di apartemen memb
Read more

Sepuluh

Luna memutuskan pulang lebih awal ke apartemennya. Kondisinya tidak sehat, kepalanya berdenyut sakit. Yang Luna butuhkan saat ini adalah berendam air hangat dan merbahkan diri di tempat tidur.Luna mendorong pintu yang tak terkunci, saat bunyi sepatunya menggema, saat itu pula pintu kamar Jim terbuka. Seperti biasa, wajah datar misterius tanpa senyum. "Kau sudah makan siang?" Luna meletakkan tasnya di atas sofa sambil memijit kepalanya yang berdenyut sakit."Sudah, delivery," jawabnya datar tapi matanya mengamati Luna."Aku tak sempat memasak." Luna tidak tau kenapa dia harus peduli dengan laki-laki itu."Tidak masalah." Jim duduk di samping Luna. Hatinya bahagia bisa bertemu lebih cepat dari seharusnya dengan Luna. "Kau sakit?""Hanya sakit kepala, mungkin karena banyak yang aku pikirkan akhir-akhir ini."Jim diam, dia tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik."Maaf, semalam merepotkanmu."Luna melirik Jim
Read more
DMCA.com Protection Status