Pernikahan Gadis 100 Juta

Pernikahan Gadis 100 Juta

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-17
Oleh:  eri desianto  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
35Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Gadis mana yang dapat mempertahankan kesucian nya, jika telah melarikan diri bersama pria" . Samos mengerang, mengumpat dalam diam. Rona sudah melewati batas. Rona meninggalkan keluarganya demi hidup bersama lelaki pilihannya, yaitu Gavin lelaki yang tidak di restui orang tua Rona karena lelaki itu hanyalah pengangguran, namun di tengah perjalanan Rona ditinggalkan begitu saja oleh Gavin, rasa sakit dan kecewa yang mendalam membuat Rona tak segan menolak semua lelaki yang melamarnya. Mateo yang telah taken akan menikahi Rona seketika mundur mengetahui Rona lari bersama pria lain, amarah nya memuncak membuat rumor tak sedap di kalangan masyarakat, yang begitu merugikan Rona. Sedang jauh diluar sana, Maven yang terus mengingat masa lalunya tergila-gila pada perempuan yang menjadi cinta pertamanya, siapakah perempuan itu ? akankah mereka bertemu ? Gavin yang masih mencintai Rona datang untuk meminang Rona secara baik-baik kepada keluarga besarnya. Akankah Rona dan Gavin bersatu kembali ? Akankah Maven bertemu cinta pertamanya ? Apakah Rona akan menjalani pernikahan yang diimpikannya ? Baca kelanjutannya di Chapter-Chapter Pernikahan Gadis 100 Juta.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Pilihan Tidak Adil

"Bawa ini ke depan ! " Nam mengangkat nampan berisi teko alumunium yang penuh beserta gelas-gelas kaca beraksen phoenix nan indah.Kemarahan yang tak dapat dijelaskan dari malam sebelumnya bahkan pada dirinya sendiri tiba-tiba membuncah, Rona menyentak nampan yang ada pada ibunya, memasang wajah tak senang kemudian beralih menjadi senyum dibuat-buat seketika saat melewati pintu dapur.Bayangan wajahnya di teko, terlihat bengkak setelah semalam suntuk pikiran gelisah mengambil alih jam tidurnya, Mata coklat pekat nya dihiasi gurat-gurat merah, sebuah perasaan antiklimaks yang membuat Rona sedikit canggung berhadapan dengan lelaki gendut ber

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
35 Bab

Pilihan Tidak Adil

"Bawa ini ke depan ! " Nam mengangkat nampan berisi teko alumunium yang penuh beserta gelas-gelas kaca beraksen phoenix nan indah.           Kemarahan yang tak dapat dijelaskan dari malam sebelumnya bahkan pada dirinya sendiri tiba-tiba membuncah, Rona menyentak nampan yang ada pada ibunya, memasang wajah tak senang kemudian beralih menjadi senyum dibuat-buat seketika saat melewati pintu dapur.           Bayangan wajahnya di teko, terlihat bengkak setelah semalam suntuk pikiran gelisah mengambil alih jam tidurnya, Mata coklat pekat nya dihiasi gurat-gurat merah, sebuah perasaan antiklimaks yang membuat Rona sedikit canggung berhadapan dengan lelaki gendut ber
Baca selengkapnya

Pilihan Salah

''Apa kamu memiliki cukup tabungan dan keberanian untuk melarikan diri dari rumah, Apa kamu siap dengan segala konsekuensi yang akan kamu terima nanti Rona ? Gejolak batin Rona seketika menguasai alam bawah sadarnya, salah satu pertanda buruk bagi disentri perutnya.  Tumpukan baju berserakan di seluruh penjuru kamar, tampak seperti terjadi pelelangan baju di tempat itu, dia tersenyum saat memikirkan kebahagiaan yang akan di jalaninya bersama Gavin, lelaki tegap itu telah menghilangkan setengah dari kewarasannya. Dia telah membuat janji tiga puluh menit lalu, nomor ponsel Gavin yang tak dimilikinya membuat ia harus memohon kepada Rena untuk menyampaikan pesannya kepada Gavin.  "Kata nya iya, kita bertemu di depan balai desa, hari ini hari Rabu, tidak banyak orang disana, kita d
Baca selengkapnya

Hilang

Sementara itu, Nam bergerak cepat menuju rumah Samos, perasaan nya tak tenang. Setelah menunggu cukup lama Nam akhirnya berkata, "Kenapa Rena dan Rona belum pulang juga?" Mimik serius yang diperlihatkan Nam terlihat menahan geram, perasaan tak enak yang mengganjal perut dan dadanya menjadi kenyataan, ia tak sepenuhnya percaya pada Rona dan Rena. Keputusan untuk menghampiri rumah Samos adalah hal tepat yang dia lakukan. Sora mengintip dari balik bilik papan, memperhatikan gerak-gerik diluar yang semakin gelap,memperlihatkan kedua bola matanya yang coklat dan pekat tertimpa sedikit cahaya lampu, ia tampak seperti predator yang mengintip mangsanya.  "Ayah, Ibu… Rona hilang!" Rena tergopoh-gopoh berlari pincang, menarik napas kemudian membuangnya lagi dengan begitu cepat sehingga terdengar seperti orang yang hampir sekarat, d
Baca selengkapnya

Tujuan Jakarta

Hening, tiada percakapan yang terdengar di ruang keluarga Samos, paman Rona memaki dalam diam kelakuan keponakannya itu sudah melewati batas, tak ada tanda-tanda akan dimulainya percakapan. ''Kita tak bisa berdiam diri seperti ini, Rona bisa saja pergi lebih jauh lagi," Nam membuka suara di antara dominasi suara kipas yang menderu dan jangkrik kedinginan.  "Kita akan mencari kemana? Kamu bahkan tak tahu Rona ada dimana!" Sora memecah suara terdengar seperti lengkingan yang tertahan.  "Ini semua kesalahan putrimu, seandainya saja dia tak mengajak Rona kesini, tidak mungkin Rona memiliki kesempatan untuk pergi." Nam tak sabar lagi. "Kau bilang kesalahan Rena?" Sora mengerang. "Jika putrimu tau tata krama dan
Baca selengkapnya

Pikiran Romantis

Pagi sekali mereka bersiap, bahkan kokok ayam pun belum terdengar, Sora sibuk mengurus Samos yang tak dapat memilih baju apa yang pantas dipakai ke kota besar.  Rena bersolek di depan cermin segiempat kecil yang ada di kamarnya, selalu menyenangkan baginya untuk bepergian jauh dan membayangkan betapa hebatnya diluar sana, di luar desanya yang begitu membosankan.  "Sudah jam berapa ini, kita bisa terlambat menemukan Rona!" Sora berteriak kepada seisi rumah, sedang Nam terduduk dalam keheningan, entah sejak kapan dia duduk di kursi ramping itu, matanya sembab akibat tak tidur semalaman dan terus saja meneteskan air mata. Meskipun keluarga mereka memiliki sebuah mobil  tetapi sangat jarang mereka gunakan, pandangan sinis para tetangga membuat mereka sedikit cangg
Baca selengkapnya

Tidak Bertanggung Jawab

Rona menghabiskan makanannya dengan lahap, pandangan mata Gavin yang hanya tertuju padanya membuat Rona memasang muka penuh tanya. Pelabuhan saat ini benar-benar sesak dan penuh.   "Ada apa?" Rona menaikkan alisnya mendapati Gavin tak henti-hentinya memandangnya "Tidak apa-apa, aku bahagia bisa bersama kamu seperti sekarang," Gavin berkilah sembarangan, akan tetapi di dalam lubuk hatinya ada sesal yang begitu besar, bisa saja dia tak dapat membahagiakan Rona, atau bisa saja Rona menderita karena ikut bersamanya. Setelah berjam-jam tak membuahkan hasil sedikitpun, Samos memasang muka datar namun kecewa, tak ada jawaban kemana perginya Rona. Rasa gelisah yang tertahan di hati Nam dan Sora membuka pikiran Rena sedikit, dia sedikit bersimpati dengan apa yan
Baca selengkapnya

Harapan Rona

Di tempat lain, Mateo mengangkat tangan dengan gestur putus asa sekaligus naik darah, gadis yang beberapa hari lalu ia pinang, melarikan diri bersama pria lain, amarah yang membuncah di ubun-ubun Mateo dia lepaskan dengan satu pukulan keras pada tembok rumahnya.  "Kita batalkan saja rencana pernikahannya!" Giri membuat suasana bertambah panas dan tak menentu. "Tentu saja, gadis itu telah mempermalukan aku," Mateo mengepal tangannya. "Bagaimanapun juga dia harus menerima ganjarannya.''  Bagian yang tak bisa hilang dari pandangan adalah Mateo seseorang yang berkuasa di desa itu, barang tentu akan memalukan Rona dengan sangat keji.  Desas-desus tentang Rona yang lari bersama pria menjadi berita terhangat
Baca selengkapnya

Maven

Suara pekikan dan tawa bergantian memenuhi ruangan kelas. Lucas berdongeng seperti biasanya. Betapa dia telah terpukau kepada gadis yang ditemuinya di dalam bus, Gadis yang menutup kepala dan sebagian wajahnya menggunakan Scarf tampak begitu misterius, dengan lagak seorang pendongeng handal Lucas mendekatkan wajahnya yang berjerawat kepada wajah Maven. "Kamu tidak tahu gadis itu, dia benar-benar menantang!" Lucas berbisik namun terdengar seperti angin yang bergerak lambat.  "Jangan dengar bualan gila itu Maven!" Loa menyela, "dasar pemimpi gila!" Loa tertawa begitu keras hingga memperlihatkan gigi gerahamnya yang paling akhir. Lucas tak terima, ia memutar balik wajahnya dan memasang muka menyeringai seperti hendak menelan Loa hidup-hidup.  Suasana kelas semakin pan
Baca selengkapnya

Berdebar

Di kamar Rona, buku-buku yang sedari tadi telah disiapkan Rona bertumpuk memenuhi meja riasnya, cahaya mentari yang masuk melewati kisi-kisi jendelanya, berpendar transparan saat Rona menyentuhnya perlahan. perasaan yang tak dapat dijelaskan memenuhi rongga dadanya, perasaan bersemangat melebihi apapun menjalari seluruh sumsum tulangnya.  Nam mengetuk pintu perlahan, memastikan bahwa putri semata wayangnya telah terjaga, "apa kamu masih tidur?" Suara lembut memasuki rongga telinga Rona, tak biasanya ibunya bersuara lembut seperti itu, seketika perasaan bergidik dan pikiran-pikiran negatif tentang pernikahan berputar-putar di kepalanya.  ''Rona, pamanmu mau berbicara,tolong keluarlah!" Nam mendorong pintu dengan pelan, manik matanya menangkap Rona sedang bersenang-senang dengan cahaya yang ia coba genggam. 
Baca selengkapnya

Cinta Pertama

Sedang di ruang kelas, suguhan pemandangan tumpukan kertas menambah denyut ketir pada kepala Maven, betapa ia membenci keadaan saat ia harus terjebak pada cinta masa lalunya, gerakan tangannya didominasi oleh perasaan menggebu-gebu namun pikiran nya seperti mati rasa, perasaan janggal yang setiap hari dalam setahun hidupnya selalu tentang gadis itu, telah enam tahun berlalu namun gadis itu tetap diposisi yang sama di dalam pikiran Maven. Seorang gadis berambut sebahu mencuri perhatian Maven yang tak begitu peduli dengan keadaan sekitar, suara lantang yang dikeluarkan gadis itu, tampak seperti preman yang sedang menguasai papan pengumuman, gadis yang tak tahu aturan dengan segala ambisi dan kekecewaan yang menyatu pada wajahnya menarik perhatian Maven.  "Maaf, bisakah aku yang duluan membaca?" Meskipun terdengar kata maaf, gadis
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status