แชร์

Bab 2

ผู้เขียน: Anana-chan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-06 17:32:08

Aurora terbangun dan menatap tubuhnya di atas ranjang super king.

"Apa aku mimpi?"

Pertemuanya dengan lelaki berjas hitam itu seperti mimpi buruk yang dengan cepat harus dilupakan.

"Ah!" desahnya. 

Aurora mencoba turun dan berjalan menyusuri ruangan kamarnya yang sangat besar. Bahkan kamar itu lebih besar dari rumahnya yang berada di Manchester.

“Nona Aurora?” sahut suara itu. 

Aurora yang sedang asik memandangi lukisan spontan menoleh ke belakang dan menatap Bibi Margaret sedang menyiapkan gaun untuknya.

“Tuan William akan datang, saya sudah menyediakan baju untuk hari ini.”

Perempuan itu menunjukan gaun kepadanya. Aurora menatap gaun berwarna biru yang diletakkan di samping tempat tidur.

“Apakah aku harus menggunakannya?”

Bibi Margaret menganggukan kepala. “Tentu saja, Nona!”

“Apa ada masalah?”

Aurora menghela napas panjang. Pakaian itu terlalu mewah. Aurora tidak suka memakai gaun. “Apakah lelaki itu berumur tua?” tanya Aurora segera sebelum perempuan paruh baya itu pergi meninggalkannya. Bibi Margaret terdiam cukup lama.

“Mengapa dia menjadikanku istri keduanya? Di mana istri pertamanya? Apakah dia tidak akan marah?” cercah Aurora. Dia menyipitkan matanya menatap perempuan paruh baya itu. Aurora harus mendapatkan jawaban. Aurora harus tahu apa motif dari lelaki itu.

Apakah dia pria tua yang haus akan belaian? Pikirnya.

“Nona, Tuan William adalah lelaki yang baik. Dia mencintai istri pertamanya,” jawabnya. Alis Aurora bertautan. Dia menatap Bibi Margaret dengan ekspresi bingung.

“Lalu, mengapa dia ingin menjadikanku istri keduanya?”

Bibi Margaret mengigit bibir bawahnya. Dia bingung harus berkata apa. Dia kemudian keluar dari dalam kamar sebelum Aurora bertanya banyak hal.

Brak!

Pintu tertutup, Aurora menghela napas frustasi. Dia kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan segera berganti pakaian. Gaun yang diberi perempuan itu terlalu tipis. Aurora tidak suka terlihat seksi.

“Lelaki yang mencintai istrinya, tapi mengapa dia ingin menjadikanku istri kedua?” pikirnya kemudian.

“Ini bodoh sekali!” gerutunya. Setelah berpakaian, Aurora tidak lupa menyemprotkan beberapa wewangian ke tubuhnya. Menurut Bibi Margaret, lelaki itu menyukai wewangian. Apakah dia dipersipkan untuk tidur dengannya?

“Oh tidak, mengapa nasibku terlalu buruk seperti ini?” batinnya.

***

William masih berada di dalam kamarnya. Hari ini, Maya mengatakan bahwa dia harus bertemu dengan perempuan bernama Aurora.

“Sayang,” ucap William sambil berjalan ke arah istrinya itu. William tidak lupa mengelus pipi Maya. Istrinya itu sedang sibuk merias wajahnya.

Merasakan sentuhan hangat suaminya di bagian sensitif, Maya kemudian membalikan badan dan menatap William.

“Ada apa sayang?”

Maya berdiri dari kursi riasnya lalu melingkarkan tangannya di leher William. “Kamu akan bertemu dengan perempuan itu lalu bercinta.” Bisiknya. William menghela napas kasar ke udara. Dia tidak ingin perempuan lain berada di kehidupan mereka. Ide Maya benar-benar gila.

“Bagaimana kalo kita program hamil saja? Aku ingin kamu yang melahirkan anakku, bukan perempuan lain,” bisik William. Dia tidak lupa mengecup pipi hingga kecupan itu mengarah ke leher Maya. Membuat Maya mengeliat manja di dalam pelukan lelaki itu.

William selalu bisa membuat Maya bersikap manja. Kecupan William beralih ke bibir Maya. Ciuman itu begitu hangat dan penuh kasih sayang. Maya sangat seksi pagi ini bahkan William sudah tidak sabar untuk menyatukan cinta dengan istri kesayangannya itu.

“Sayang!”

“Sudah … ah … aku akan …,” desah Maya di dalam kenikmatannya. William melepaskan ciumanya, dia menatap Maya dengan lekat.

“Aku tidak ingin berbagi cinta dengan orang lain, sayang. Aku ingin dengan kamu!”

Maya spontan meletakkan telunjuknya di bibir William. Deru napas lelaki itu jelas terdengar di telinganya.

“Kau tahu kan, aku tidak pernah ingin melahirkan anak,” tukasnya. Maya menatap manik mata William.

“Aku sudah menandatangani kontrak di sebuah perusahaan, dia akan memutuskan kontrak jika aku hamil,” jelas Maya.

“Aku tidak akan merusak tubuhku,” sambungnya lagi.

“Sayang, aku bisa memberimu uang yang banyak, aku bahkan bisa membayarkan ganti rugi itu!”

Maya menggelengkan kepala tidak setuju. Dia melepaskan pelukannya dari William lalu berjalan menuju jendela besar yang berada di dalam kamar mereka.

“William, kamu tahu kan bahwa sejak dulu, aku ingin menjadi model!”

“Aku tahu, aku harus melahirkan penerus untuk keluargamu. Tapi bukan sekarang! Ayahmu selalu mendesakku dan aku tidak suka hal itu!”

William berjalan di belakang istrinya, dia memeluk Maya dari belakang. Kecupan di punggung membuat Maya merasakan sensasi yang berbeda, William selalu berhasil menyentuh titik yang dia sukai.

Tangan William bergerilya manja menyentuh bagian sensitive yang diinginkannya. Tidak lupa, William spontan membalikan tubuh Maya dan mengecup leher istrinya lalu beralih ke gundukan yang begitu membuatnya bergairah. William memberikan bekas kepemilikan di tempat itu.

“William … jika kau seperti ini, aku tidak akan …ah … William,” ucap Maya yang sudah mabuk di dalam sentuhan suaminya. William menarik gaun istrinya ke atas secara nakal.

“Kau sudah pergi sangat lama, apakah kau tidak tahu sayang bahwa aku merindukanmu?” bisik William dengan deru napasnya yang memburu. Maya mencoba mencengkram bahu lelaki itu.

“William, kau harus pakai pengaman. Aku tidak memakai …,”

“Tidak perlu sayang, aku ingin …,”

Tangan William mulai menurunkan baju Maya namun secepat kilat perempuan itu mendorongnya menjauh.

“Aku harus segera pergi, ada pemotretan hari ini, sayang!” ucap Maya sambil merapikan gaunnya.

“Temui perempuan itu, William. Katakan tujuan kita!” ucap Maya sebelum menutup pintu kamar. William mengusap wajahnya secara kasar. Dia tidak bisa menahan hasratnya kepada istrinya pagi ini. Mengapa Maya selalu menolak bercinta?

***

Aurora membulatkan matanya saat bunyi langkah kaki itu semakin terdengar. Ekor matanya menatap pintu yang setengah terbuka. Jantung Aurora berdetak lebih cepat. Apakah lelaki itu akan menemuinya di kamar?

“Nona Aurora?” sahut suara itu. Aurora spontan menoleh ke sumber suara. Dia menatap salah satu pengawal sedang berdiri di depan pintu. Aurora menghela napas panjang.

“Tuan William sudah berada di dalam kamar, Nona seharusnya bertemu pagi ini!”

Demi apapun, Aurora tidak ingin. Bagaimana kalo lelaki itu adalah lelaki tua? Bagaimana kalo lelaki itu segera meminta haknya? Aurora tidak ingin.

“Nona!” sahut suara lelaki itu saat Aurora terdiam cukup lama.

“Baiklah, aku akan ke sana!”

Aurora berjalan dan mengikuti langkah kaki para pengawal itu. Deru napas Aurora berkejaran. Dia panik bukan main. Aurora harus pergi dari rumah ini. Dia tidak ingin berada di antara manusia asing yang memperlakukannya seperti budak.

“Nona, tuan ada di dalam.”

Aurora berhenti di sebuah kamar yang penuh dengan ornament Italia. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.

“Masuklah!”

Suara bariton itu terdengar dengan jelas. Jantung Aurora berdetak lebih cepat. Tangan Aurora bergetar saat dia mencoba membuka pintu dengan pelan.

Klek~

Bola mata Aurora membulat sempurna saat menatap wajah seorang lelaki. Dia bukan lelaki tua melainkan lelaki yang sangat tampan. Wajahnya sangat dingin dan tatapannya begitu tajam. Ada apa dengannya?

“Kau~”

“Duduk dan dengarkan aku, banyak hal yang kau harus pahami!” titahnya. Aurora merasa bulu kuduknya berdiri. Dia sangat ketakutan saat ini.

“Apa yang kau inginkan?”

“Tubuhmu!” balasnya secepat mungkin. Aurora masih saja berdiri di depan pintu. Dia mencengkram gaunnya dengan erat. Tubuhnya menegang dan langkah kaki lelaki itu semakin dekat menghampirinya.

Bersambung …

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 3

    Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.“Kau gadis yang disuruh istriku?”Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora y

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 4

    “Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.“Tapi … aku dan dia …,”“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.“Dia adalah istrimu, ka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 5

    William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 6

    Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.Langkah kaki

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 7

    Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.“Sayang!”William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.“Aku tid

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24

บทล่าสุด

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 87

    “Kau cemburu?”“Ya, aku cemburu?”“Apa kau tidak tahu bahwa aku cemburu dengan apa yang kau lakukan dengan lelaki lain! Kamu berpelukan dengan prof. John!”“Apa kamu pikir itu tidak membuatku marah?” William berdecak kesal. Sorot matanya sangat tajam memandangi Aurora.“Apa maksudmu, William?”“Aku sama sekali tidak mengerti?” Aurora mengerutkan kening. William segera mengambil ponselnya dan menunjukan foto Aurora dan Prof. John yang saling berpelukan. Aurora mengusap wajahnya secara kasar. Siapa yang mengambil gambar mereka? Pikirnya.“Apa ini Aurora? Kau pikir aku tidak tahu?” William semakin keras mengengam tangan Aurora dan membuat perempuan itu merintih kesakitan.“William, lepaskan tanganku!”“Aku tidak mau ikut denganmu!”“Kau terlalu kasar, menganggap aku sampah dan tidak memperhatikanku, lepaskan aku!”Prof. John segera mengengam tangan William. Dia berusaha melepaskan Aurora dari tarikan kasar lelaki itu.“Tuan William, istri anda sakit!”“Jangan lakukan ini!” Prof. John men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 86

    “Sial!”William melempar ponselnya saat melihat gambar Aurora dan prof. John berpelukan di depan apartemen. “Perempuan itu benar-benar murahan!” gerutunya.“Aku memberikannya apartemen, dia malah bersama lelaki lain!” Wajah William memerah, dia menahan emosi yang memuncak di dada. Secepat kilat dia memanggil Edward yang berjaga selalu di depan pintu kerjanya.“Edward!” teriaknya. Lelaki bertubuh tinggi itu segera menghampirinya.“Ada apa Tuan?”“Cepat jemput Aurora segera di kampus, bawah dia ke sini!” perintahnya.“Lihat, apa yang dia perbuat?” William mengambil ponselnya lalu menunjukan kepada Edward gambar yang baru saja diterimanya saat ini. Edward mengerutkan kening tidak mengerti.“Perempuan itu bersama lelaki lain.”“Paksa dia datang ke sini sekarang!”“Baik, Tuan!” Edward segera keluar. Tidak ada yang bisa menolak perintah William. Apapun yang dikatakan lelaki itu.“William?”Maya menghampiri suaminya. Wajahnya sangat pucat. Dia mengelus perutnya yang buncit. Maya menatap Wil

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 85

    Aurora memandangi jam dinding yang berada di dalam kamarnya saat ini, sudah pukul dua malam dan bola matanya belum bisa diajak bekerja sama. Aurora ingin terlelap tidur agar dia bisa ke kampus dan menyelesaikan tugas akhirnya. Aurora sudah memasuki semester terakhir tahun ini.Aurora menatap ponselnya. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang menghubunginya sampai sekarang. Bahkan William tidak mengirimkannya pesan. Aurora semakin terheran, apa lelaki itu sama sekali tidak cemas kepadanya?Aurora menghela napas panjang. Dia berajalan menuju meja riasnya dan memandangi dirinya dari balik cermin.Seluruh isi media sosialnya mengabarkan mengenai kehamilan Maya. Tidak sedikit yang mengulas mengenai nasibnya ke depan. Tapi, Aurora tidak peduli. Dia sungguh sangat kesal dan sakit hati.Aurora berjalan mengambil air minum. Saat tangannya baru saja ingin mengambil gelas, Aurora mendengarkan langkah seorang sedang berjalan menuju apartemennya. Langkah kaki lelaki itu terdengar jelas dan membuat Au

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 84

    Maya membuka matanya. Dia meraba ke sampingnya dan William tidak ada. Maya berusaha untuk duduk. Dia mencari William di dalam kamar.“William?” panggilnya. Nihil, suaminya itu tidak berada di sampingnya atau dimana pun.“Di mana William?” serunya. Maya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berjalan keluar dari dalam kamar sambil terus mencari William. Sudah pukul dua malam dan suaminya itu tidak berada di dalam kamar.“Di mana dia?”Maya menuju ruang kerja William. Ruangan itu terang dengan cahaya lampu. Maya berjalan pelan menuju pintu. Dari kejauhan, William sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang ponsel.“Apapun itu, pantau dia dari jauh.”“Aku tidak ingin Aurora dalam keadaan bahaya di luar.”“Walaupun aku terlihat tidak memperdulikannya, namun aku menyayanginya.” Bola mata Maya terbelalak mendengarkan perkataan William.“Dia menyanyangi perempuan itu?” batinnya.“Tidak, itu tidak mungkin!”“William tidak mungkin semudah itu menyanyangi perempuan lain,” serunya kemudian

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 83

    Prof. John merasakan sesuatu yang dingin sedang mengecup tubuhnya. Kepalanya sangat sakit dan dia berusaha membuka matanya. Kecupan itu semakin nyata, memberikan sensasi tersendiri di tubuhnya.“Cicilia!” Bola mata prof. John terbelalak. Secara cepat, dia mendorong tubuh perempuan itu menjauh.“Apa yang kau lakukan di sini?” hardiknya. Cicilia memandangi prof. John. Dia mengerutkan kening tidak mengerti.“John, mengapa kau kasar sekali?” rintih Cicilia sambil menyentuh tangannya. Dia menangis di sudut tempat tidur karena dorongan prof. John yang melukainya. Prof. John segera mengambil bajunya dan berjalan keluar dari dalam kamar.“Pakai pakaianmu dan jangan lakukan itu!” perintah Prof. John ketus. Dia berjalan meninggalkan Cicilia yang menangis di depannya.Prof. John menghela napas panjang. “Aku tidak suka dengan tindakanmu seperti ini, Cicilia!” serunya dari luar. Cicilia mengambil bajunya yang tercecer di lantai. Dia menggunakannya kembali lalu turun dari tempat tidur. Cicilia frus

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 82

    Sudah ada tiga gelas wiski yang terjatuh dari atas meja. Roy mengusap wajahnya kesal. Prof. John sama sekali tidak ingin berhenti minum malam ini.“John, aku tahu kau sedang frustasi. Tapi, kamu pasti bisa berpikir cerdas.”“Kamu memiliki karier yang bagus, kamu tampan dan kaya raya. Kamu bisa mendapatkan perempuan mana pun. Hanya karena Aurora, perempuan asing itu, kau seperti ini?”“Ah, John. Kamu benar-benar lemah!” hardik Roy. Dia duduk di atas meja sambil menyilangkan kakinya. John tidak peduli ucapan lelaki itu.“Aku mencintai, Aurora!”Prof. John menoleh ke arah Roy. Bola mata prof. John berkabut. Dia melepaskan kacamatanya dan menundukan wajahnya ke bawah. Roy menghela napas panjang.“Oke, apa yang kamu butuhkan sekarang, John?”“Meminta Aurora untuk menghubungimu?” tanyanya. Prof. John menggelengkan kepala.“Aku akan hubungi Cicilia, kamu sepertinya sedang mabuk. Tunggu di sini!” Roy bergegas menuju tangga yang menghubungkan kamarnya dengan lantai dua. Roy mengambil ponselnya

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 81

    Aurora terbangun lebih awal. Dia memikirkan mengenai rencana Cicilia untuk membawahnya keluar dari Nevada demi kelangsungan hubungan dirinya dengan Prof. John. Cicilia sudah mengirimkan tiket dan juga foto rumah yang bisa ditempati Aurora di Italia.Aurora menghela napas panjang. Hubungan dengan ibunya tidak baik saat ini. Hari ini, nyonya Rebeca sudah bisa keluar dari rumah sakit. Namun, perempuan paruh baya itu tidak ingin jika Aurora yang menjemputnya.“Ibu, aku akan menyuruh pengawal William untuk menjemputmu,” ucap Aurora melalui sambungan telepon.“Aku tidak mau!”“Apapun itu, aku tidak mau, Aurora! Aku ingin prof. John saja. Lelaki itu lebih lembut dan juga lebih jelas.”“Maksud ibu, apakah William tidak jelas?” sergap Aurora kemudian.“Putriku, kau tahu kan kalo William sudah beristri dan hanya menjadikanmu simpanan di rumah itu? Ah, ibu terluka mendengarkannya.”“Bahkan di ruang publik pun, dia tidak ingin mengakuimu. Ibu tidak mau putri ibu diperlakukan buruk.”“Aku akan men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 80

    Cicilia menangis terisak di taman kampus. Luka hatinya tidak akan terobati. Prof. John begitu kasar. Padahal saat di Inggris, lelaki itu selalu menyanyanginya dan bersikap lembut. Prof. John sangat mencintainya dan entah mengapa, dia tiba-tiba berubah seketika.Cicilia berusaha menenangkan dirinya namun air matanya terus mengalir. Dia sudah menghubungi Aurora agar segera menemaninya.“Cicilia!”Aurora panik saat melihat wajah Cicilia penuh dengan air mata. Tubuh perempuan itu bergetar bahkan suaranya sangat pelan, hampir tidak terdengar. Cicilia memeluk Aurora dan terisak di dalam pelukan perempuan itu.“Aurora, tolong aku!”“Aku sangat mencintai Prof. John. Dia adalah lelaki yang aku sayangi. Apa kau bisa menolongku?” Cicilia terus menangis. Aurora menghela napas panjang. Dia melepaskan pelukan Cicilia.“Ada apa?”“Aku sudah menghindarinya. Apa dia melukaimu?” Aurora memandangi Cicilia. Perempuan itu menganggukan kepala.“Aurora, aku mohon kepadamu. Aku mohon kepadamu!” pinta Cicilia

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 79

    “Jadi, pernikahan ini hanya secara paksa?” Nyonya Rebeca memandangi Aurora yang duduk di depannya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menganggukan kepala secara perlahan.“Kau mencintainya?” Nyonya Rebeca menyipitkan mata memandangi putrinya itu. Aurora menongakan wajahnya dan menggelengkan kepala.“Aku tidak mencintainya.”“Tapi apa? Mengapa kau melakukan ini Aurora?” sergap Nyonya Rebeca kemudian. Aurora menghela napas kasar di udara.“Aku tidak memiliki uang sepeser pun untuk biaya ibu, aku melakukan ini untuk ibu.”“Kamu hamil?” tanya nyonya Rebeca. Dia menatap Aurora yang tertunduk lemas di hadapannya. Aurora menganggukan kepala.“Tuhan, mengapa kau mengorbankan dirimu sendiri, Aurora?”“Apa kau tidak tahu? Prof. John menyukaimu dan lelaki itu bisa membantu kita! Ah, kau benar-benar bodoh!” cetus nyonya Rebeca. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya sendiri.Aurora terlihat sangat lemas. “Bagaimana jika William membuangmu? Prof. John b

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status