Share

Bab 3

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2025-02-06 17:32:15

Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.

“Kau gadis yang disuruh istriku?”

Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”

Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.

“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.

Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”

“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”

Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora yang terurai panjang. Memperhatikan ornament wajah perempuan itu dengan jelas.

Dia gadis yang cantik, pikirnya.

“Kita akan melakukannya,” bisik William pelan dengan deru napas yang memburu. Bola mata Aurora terbelalak. Aroma maskulin dari tubuh lelaki itu benar-benar menganggunya saat ini.

“M-melakukan apa?” ucapnya terbata-bata. Aurora memundurkan tubuhnya saat William melangkah maju.

William menghela napas panjang melihat gadis di depannya ketakutan. Dia tidak punya waktu banyak.

“Melakukan hubungan suami istri, kau adalah istriku dan malam ini aku akan melakukan tugasku!” ucap William kesal.

Tangan lelaki itu sangat dingin. Aurora bisa merasakan tangan William yang sangat asik menyentuh pipinya dan membuat darahnya berdesir.

“Mengapa kau ingin menjadikanku istri kedua?” sahut Aurora segera. Dia menghunuskan pandangan tajam ke arah William. Deru napas lelaki itu jelas terdengar di telinganya. Dia bisa merasakan William menyentuh pipi hingga lehernya dengan lembut.

Entah mengapa Aurora merasakan sensasi yang berbeda. “Karena istriku ingin melakukan itu!”

“Bodoh!”

“Mana ada perempuan yang ingin dimadu!” sergap Aurora segera. Dia menepis tangan lelaki itu dari pipinya. William memundurkan tubuhnya dari Aurora saat perempuan itu memberontak.

William kembali berjalan menuju meja kerjanya lalu duduk dan melipatkan kakinya di atas sana. “Jangan pernah mengatakan bodoh kepada istriku!”

“Lalu, apa namanya kalo bukan bodoh? Perempuan mana yang ingin suaminya tidur dengan lelaki lain?”

“Ini konyol!”

Aurora mengepal tangannya dengan kuat. Entah keberanian dari mana dia bisa mengatakan semua ini. Senyum kecut terlihat jelas di wajah William.

“Katakan sekali lagi kalo istriku bodoh, aku akan membunuhmu!” ancamnya. Aurora tidak takut, dia malah menatap William dengan ekspresi menantang.

“Dia istri yang bodoh!” balas Aurora secepat mungkin. Wajah William memerah. Dia berdiri lalu berjalan mendekati Aurora.

“Sekali lagi kau mengatakan itu, kau akan menyesal memiliki mulut!”

“Gadis bodoh!”

William menangkup pipi Aurora dan membuat perempuan itu menjerit kesakitan. “Sakit!”

“Ah, kau melukai wajahku!” rintih Aurora. Tangan lelaki itu begitu keras menangkup wajahnya.

“Temui Maya dan kau akan mengerti maksudku itu,” ucap William lalu bergegas berjalan menuju pintu.

“Aku bahkan tidak berselerah menyentuhmu jika bukan karena permintaan istriku!”

Brak!

***

Maya melipat tangannya di dada saat melihat Aurora sedang duduk di depannya. Perempuan itu sangat manis dan sangat muda dari dirinya. Tentu saja Maya sedikit khawatir, namun dia memilih Aurora karena perempuan itu bersedia melahirkan bayi untuk keluarga kecilnya dan juga … perempuan itu terlihat polos. 

“Kau hanya perlu melahirkan bayi untuk kami. Setelah itu, kau bisa pergi!” ucap Maya. Aurora yang duduk di depan perempuan itu menatap secangkir capucciono yang sudah disediakan Bibi Margaret untuknya.

“Aku tidak mau!”

“Kau tidak bisa mengatakan hal itu!” balas Maya. Perempuan cantik itu lalu mengambil kopi miliknya dan menyeruput dengan hati-hati.

“Sama saja aku menyewakan rahimku,” ucap Aurora segera.

“Ya, tentu saja. Kau melakukan itu!” spontan Maya menjawab. Aurora menghela napas kasar di udara. Dia menatap Maya yang tampak tenang. Aurora bahkan bingung, apakah perempuan itu tidak mencintai suaminya? Mengapa dia begitu mudah menyuruh orang lain untuk tidur dengan suaminya?

Seumur hidup, Aurora tidak pernah menemui kebodohan ini.

“Kau harus melakukan itu, aku sudah membawah Robert atas semua ini,” ucap Maya sambil mengeser secarik kertas di hadapan Aurora.

“Dia bukan ayahku!”

“Aku tidak peduli!” balas Maya dengan tatapan tajam.

“Baca perjanjian ini dan jelaskan kepadaku jika kau sudah setuju untuk tidur dengan suamiku!” ucap Maya. Aurora menghela napas panjang. Sepertinya perempuan cantik itu sudah kehilangan gairah kepada suaminya. Mengapa menyuruh perempuan lain untuk tidur?

“Kau harus melahirkan bayi untuk suamiku, lalu setelah itu kau harus mengajukan surat cerai,” jelas Maya. Dia menatap tajam ke arah Aurora.

“Cerai?”

“Hai, cerai?” Aurora terkejut.

Maya menganggukan kepala. “Jangan pernah berharap lebih dari suamiku, jangan pernah berharap untuk dimiliki sepenuhnya,” sambungnya lagi.

“Ini konyol!” batin Aurora. Dia mencengkram tangannya dengan kuat.

“Bagaimana kalo aku jatuh cinta?” ucap Aurora segera. Entah dari mana dia berani mengatakan demikian. Bola mata Maya membulat sempurna mendengarkan hal itu.

“Aku akan membunuhmu!”

“Tanda tangani kontrak ini lalu pergilah ke kamarmu!” ucap Maya. Aurora menatap lekat-lekat surat perjanjian itu. Dadanya terasa sesak

“Oke!” ucap Aurora kemudian. Dia lalu menandatangani surat perjanjian yang disodorkan Maya. Aurora menghela napas lega saat Maya segera mengambil kertas itu lalu bergegas pergi. Perempuan berbody sintal itu terlihat tampak terburu-buru.

“Edward, perintahkan dia untuk berdandan cantik malam ini!” ucap Maya. Perempuan itu lalu bergegas menghilang dari balik pintu.

***

Aurora duduk di bibir ranjang sambil terus menatap ponselnya. Untung saja dia berhasil mengambil ponselnya dan menyembunyikan benda itu di dalam bajunya.

“Antoni, angkat teleponnya!”

“Kau harus membebaskan aku!” gerutu Aurora kemudian. Dia sudah mengunci kamar dan tidak ada seorang pun yang bisa masuk.

“Antoni! Kau di mana? Seharusnya kau tahu bahwa aku sudah sampai di Las Vegas dan di sekap di rumah ini,” ucap Aurora. Namun panggilannya tidak pernah diterima oleh Antoni. Aurora berdecak lidah.

“Antoni, tolong bebaskan aku!” gerutu Aurora. Tangannya bergetar dan air mata membanjiri pipinya saat ini. Antoni adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkannya.

Tok … Tok …

Aurora spontan menyimpan ponsel itu di bawah kasur. Dia berusaha bersikap tenang saat langkah kaki seorang lelaki begitu dekat menghampirinya.

“Nona Aurora, waktunya untuk makan siang!” ucap suara itu. Aurora bergegas membukan pintu. Ada Edward dan Bibi Margaret yang menatapnya dari balik pintu. Kedua pengawal itu tersenyum menatap Aurora.

“Nona harus memakan makanan bergizi, ini adalah susu yang bagus untuk kesuburan anda,” jelas Bibi Margaret. Aurora mengambil makan siangnya lalu bergegas menutup pintu.

“Nona Aurora, jangan lupa untuk memeriksa masa subur!” ucap Bibi Margaret sebelum Aurora menutup pintu.

Aurora duduk sambil mengusap wajahnya frustasi. Ini mimpi buruk, mimpi yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Terjebak di sebuah rumah dan mengharuskannya menjadi istri kedua dari lelaki yang kejam.

“Aku harus bagaimana?” batinnya.

Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Memberikan pasokan oksigen ke tubuhnya.

“Robert, kau akan mendapatkan balasannya!” gumam Aurora dengan penuh emosional.

Bersambung …

Related chapters

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 4

    “Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.“Tapi … aku dan dia …,”“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.“Dia adalah istrimu, ka

    Last Updated : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 5

    William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya m

    Last Updated : 2025-02-06
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 6

    Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.Langkah kaki

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 7

    Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.“Sayang!”William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.“Aku tid

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

    Last Updated : 2025-02-22
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 11

    Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 10

    William menatap Aurora yang terlihat tidak senang. William tersenyum menatap wajah lucu Aurora yang menatapnya dengan pandangan tajam. “Kau sekarang istriku, mengapa selalu ketakutan jika berada di sampingku?” tanya William kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak suka wajah bahagia dari lelaki itu. “Kau menyekapku, mengambil apa yang berharga di hidupku dan sekarang mengatakan aku istrimu?”William menghentikan laju mobilnya. Aurora segera turun dan William mempercepat langkahnya agar dia bisa mengengam tangan perempuan itu segera. “Kau tidak perlu mengengam tanganku!” ucap Aurora kesal. “Tidak ada salahnya, aku hanya takut kau kabur, bagaimana kalo kau kabur dalam keadaan sedang mengandung anakku?” ucap William. Aurora berdecak lidah. Lelaki itu mengengamnya dan Aurora tidak bisa bebas berjalan. Aurora merapatkan jacketnya, dia sangat suka bermain salju. Untung saja lelaki dingin itu ingin mengantarnya keluar. Kalo tidak, Aurora akan memberontak dan menghan

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 9

    Setiap musim salju, menantu keluarga Keller akan memberikan pakaian rajut kepada mertuanya. Tuan Damian mendapatkan baju rajut dari nona Ladifa. Perempuan muda itu adalah istri dari tuan Anor, anak angkat dari Tuan Damian. “Maya, apakah kau akan ke Paris?” tanya Tuan Damian saat menatap Maya yang baru saja datang. “Iya Ayah, ada beberapa pekerjaan di sana,” ucap Maya kemudian. Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. “Ayah sebenarnya kecewa dengan sikapmu, tapi saat William menjelaskan bahwa Aurora akan melahirkan penerus keluarga Keller, ayah tidak jadi marah kepadamu.”“Ajari Aurora menjadi perempuan yang elegant di keluarga Keller, jangan pernah menceritakan rahasia dari keluarga Keller,” ucap Tuan Damian sambil memandangi wajah Maya. Perempuan cantik itu menganggukan kepala mengerti. Maya hanya memberikan topi rajut kepada Tuan Damian. Selama berada di rumah, Tuan Damian ingin menikmati masa tuanya. “Kau tidak membawah Aurora ke sini?” tanya Tuan Damian segera.“Dia harus me

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 8

    “Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.“Aku tidak berbicara kepadamu!” Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller. “Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang. “A-aku …,”“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu. “Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti.

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 7

    Maya memakai gaun hijau bertaburkan mutiara yang mengkilat. Tubuh sintalnya terbentuk dengan sempurna. William tidak henti-hentinya menatap wajah Maya yang begitu menawan.“Sayang!”William menyentuh pipi Maya. Istrinya itu sedang merias wajahnya saat ini.“Kau selalu tampak sempurna,” sambung William kemudian. Dari pantulan cermin, Maya tersenyum. Selama hidupnya, orang-orang selalu mengagumi kecantikannya.“Aku akan memilihkan syal yang tepat untukmu,” ucap Maya. Dia kemudian berdiri lalu bergegas berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil satu syal berwarna biru. Syal itu sangat cocok dengan jacket biru milik William.“Kau yakin tidak ingin mengajak Aurora?” tanya Maya sambil melilitkan syal di leher William.“Kamu mau jika dia ikut?” tanya William terheran. Maya terdiam. Dia menatap wajah William dengan lekat. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter saat ini.“Aurora harus dikenal oleh keluarga Keller,” serunya singkat. Eskpresi tidak suka jelas terlihat di wajah William.“Aku tid

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 6

    Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.Langkah kaki

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 5

    William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya m

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 4

    “Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.“Tapi … aku dan dia …,”“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.“Dia adalah istrimu, ka

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 3

    Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.“Kau gadis yang disuruh istriku?”Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status