Share

Bab 3

Author: Miss Kay
last update Last Updated: 2025-01-28 14:22:01

"Selama ini, aku selalu bisa mendapatkan apa yang ku inginkan, kecuali satu hal—hati Abizar Yazid. Tapi apa katanya barusan, jangan bermain hati kalau tak ingin terluka? Jangan-jangan dia diam-diam sudah punya kekasih... Akh, Aku tak peduli selama janur kuning belum melengkung aku lah pemenangnya!" jelas Celine.

Tanpa berpikir panjang, ia bergegas mengejar pria itu. "Abizar! Tunggu!" serunya, berlari kecil di koridor hotel. Namun, Abizar tetap berjalan tanpa memperlambat langkahnya. Pria itu seakan tak peduli.

Setelah beberapa langkah lagi, akhirnya Celine berhasil meraih lengan Abizar, menghentikannya tepat di depan lift. Napasnya terengah-engah, bukan hanya karena berlari, tetapi juga karena kesal dicueki Abizar.

"Ada apalagi Nona?" ucapnya dingin tanpa melihat Celine.

"Aku pulang. Jangan tinggalkan aku," ucapnya dengan nada yang dibuat semanja mungkin. Ia bahkan berani menarik lengan Abizar agar pria itu menatapnya.

Abizar terdiam sejenak, lalu dengan lembut melepaskan tangan Celine dari lengannya. "Nona, jangan seperti ini, jaga batasan Anda," ucapnya tenang, tetapi matanya tetap dingin.

Celine mendengus kesal, melirik ke belakang dan mendapati dua pengawalnya, Bob dan Will, yang sejak tadi mengawasi mereka dengan wajah datar.

"Bob, Will, kalau kalian mengadu ke Kak Darwin, aku pastikan uang bonus kalian bulan ini lenyap!" ancamnya.

Will menahan tawa, sementara Bob hanya mengangguk dengan wajah pasrah. Abizar, di sisi lain, hanya menghela napas panjang. Gadis ini memang sulit diatur.

Ketika pintu lift terbuka, Celine buru-buru menarik Abizar masuk, lalu melotot ke arah dua pengawal yang hendak ikut masuk. "Kalian pakai lift lain! Aku mau bicara empat mata dengan Abizar."

"Tapi, Nona—"

"Sudahlah, ada Abizar di sini. Aku aman," potongnya tegas.

Pintu lift tertutup, menyisakan mereka berdua dalam ruang sempit dan sunyi. Celine melirik Abizar, yang berdiri tegap dengan tatapan lurus ke depan seolah dirinya tak ada di sana. Merasa diabaikan, Celine nekat bergerak maju dan melingkarkan lengannya di pinggang Abizar, menempelkan wajahnya ke dada bidang pria itu.

"Abizar, kamu marah padaku?" bisiknya lembut.

Abizar tetap diam, tetapi Celine merasakan tubuh pria itu menegang. Itu pertanda baik—setidaknya dia bereaksi.

Celine mengangkat wajahnya, menatap Abizar dengan mata berbinar. "Kamu tahu, kalau kamu terus bersikap seperti ini, aku akan meminta Kak Darwin untuk menikahkan kita," katanya santai, namun nada suaranya jelas mengandung ancaman.

Abizar akhirnya menatapnya, mata dinginnya menelisik dalam wajah Celine. "Kenapa anda ingin menikah dengan saya, Nona?"

Celine tersenyum penuh percaya diri. "Karena aku mencintaimu, Abizar Yazid. Aku yakin, kalau kita menikah, kamu bisa mencintaiku juga."

Abizar menghela napas, lalu menunduk sedikit, menyamakan tinggi mereka. "Nona, saya hanya pengawal anda. Status kita berbeda. Jangan menganggap pernikahan sebagai permainan."

"Siapa bilang ini permainan? Aku serius," ucap Celine tegas.

"Saya harap anda bangun dari mimpi!" ucap Abizar sinis lalu menatap lurus ke depan membuat Celine mengerucutkan bibirnya.

Lift berbunyi pelan, menandakan mereka telah sampai di lobi. Ketika pintu terbuka, Abizar melangkah keluar lebih dulu, membiarkan Celine mengikutinya.

Namun, sebelum ia masuk ke dalam mobil yang telah menunggu, Celine berbalik dan mendekati Abizar. Dengan cepat, ia berjinjit dan mencuri ciuman singkat di bibir pria itu.

Abizar tidak bereaksi, hanya menatapnya dalam diam.

Celine tersenyum penuh kemenangan. "Selamat malam, kekasih dinginku."

Tanpa berkata apa-apa, Abizar hanya membukakan pintu mobil untuknya.

Dari kejauhan, Will yang menyaksikan adegan itu hanya bisa menghela napas panjang. "Drama orang kaya memang beda," gumamnya pelan.

Setelah mobil Celine melaju pergi, Will menoleh ke Abizar yang masih berdiri diam di tempatnya. "Anda masih tak ingin memberitahukannya, Tuan muda?"

Abizar tak menjawab, hanya menatap langit malam yang gelap. "Kapan pria tua itu pulang?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan.

"Beliau sudah ada di mansion, menunggu anda."

"Bertahanlah di sini, jaga dia untukku," pesan Abizar singkat sebelum beranjak pergi.

Will menatap punggung tegap pria itu dan hanya bisa menggelengkan kepala. "Dia yang dingin, aku yang repot."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 4

    Celin melirik sekilas ke arah Abizar yang berdiri tak jauh darinya. Pria itu tetap dengan wajah dinginnya, seperti biasa. Mata tajamnya mengawasi sekeliling, seakan siap menghadapi ancaman kapan saja. Celine mendengus pelan. Bagaimana mungkin pria itu tidak pernah sekalipun menunjukkan ketertarikan padanya setelan apa yang pernah mereka berdua lakukan. "Kamu tidak capek jadi patung manusia terus?" Celine menyandarkan tubuhnya ke sofa, tangan memutar gelas jus jeruk yang hampir tandas. Abizar menoleh singkat, lalu kembali fokus ke layar ponselnya. "Tugas saya bukan untuk menghibur Anda, Nona Celin." Celin menegakkan tubuhnya, menyeringai jahil. "Oh? Jadi kalau aku yang menghiburmu, kau tak keberatan?" Nada suaranya sedikit menggoda. Abizar menghela napas pelan, tetap tidak terpancing. "Tergantung, Tapi saya pastikan tak ada yang menarik dari Nona." Celin tertawa kecil, lalu bangkit dan berjalan ke arah pria itu, berdiri cukup dekat hingga bisa merasakan hembusan nafas Abizar.

    Last Updated : 2025-01-28
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 5

    "Celine, kamu di sini?" Suara Darwin yang tegas terdengar. Kakaknya berjalan mendekat dengan tatapan menyelidik. Celine buru-buru melepaskan genggamannya dari lengan Abizar dan tersenyum santai. "Tentu saja, Kak. Aku hanya mengobrol dengan Abizar." Darwin menatap mereka berdua, lalu menghela napas. "Ayo pulang. Ayana sudah menunggu." Celine menatap Abizar sekilas sebelum akhirnya mengangguk dan melangkah pergi. Namun, saat ia melewati Abizar, ia berbisik pelan, cukup untuk pria itu dengar. "Aku akan membuatmu mengakui perasaanmu, Abizar. Tunggu saja." Abizar tetap diam, tetapi tatapan matanya mengikuti langkah Celine yang semakin menjauh. Will, yang melihat semua kejadian itu dari jauh, hanya bisa mengusap wajahnya dengan pasrah. "Dua orang keras kepala dalam satu cerita, ini pasti akan panjang." *** Malam itu, di dalam mobil yang melaju menuju rumah, Celine menyandarkan kepalanya ke jendela, menatap bayangan dirinya sendiri. Darwin yang duduk di sampingnya melirik a

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 6

    Abizar menghela napas panjang ketika Celin duduk di kursi penumpang dengan ekspresi penuh kemenangan. Mobil melaju meninggalkan kawasan gudang, dan Celin bersandar santai dengan satu kaki terlipat, menatap Abizar dengan tatapan jahil. “Jadi,” Celin membuka percakapan, “kau akan terus pura-pura dingin padaku, atau kita bisa bicara seperti dua orang dewasa?” “Nona, tidak ada yang perlu dibicarakan.” “Kau tahu, Abizar… sikapmu ini membuatku semakin penasaran.” Dengan gerakan santai, Celin melepas sabuk pengamannya dan beringsut mendekat, membuat Abizar menoleh dengan tatapan tajam. “Pakai kembali sabukmu!” “Tapi aku ingin lebih dekat denganmu,” bisiknya, mencondongkan tubuh hingga jarak wajah mereka hanya beberapa inci. Abizar menegang, tapi tetap berusaha fokus mengemudi. “Nona Celin, jangan mulai!"“Tapi aku suka memulainya,” sahut Celin dengan suara manja. Tangannya dengan berani merayap ke lengan Abizar, jari-jarinya menyentuh otot yang tegang di balik kemeja. “Kau se

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 7

    Abizar menginjak pedal gas lebih dalam, melajukan mobilnya menuju rumah keluarga Luis. Ia tidak tahu apa yang lebih buruk—fakta bahwa Celin selalu tahu cara memancingnya, atau fakta bahwa ia terus-menerus terpancing. "Sial!" umpatnya. Ketika ia tiba di halaman mansion, ia melihat Celin sudah berdiri di depan pintu dengan senyum penuh kemenangan. Dibalut gaun tidur satin berwarna merah anggur yang jatuh di paha, rambutnya masih sedikit basah, dan kulitnya terlihat berkilau dalam cahaya lampu halaman. Celin benar-benar terlihat… berbahaya. Abizar mengeratkan rahangnya. Ia harus tetap waras. Celin berjalan mendekat, langkahnya santai tapi penuh perhitungan, seolah setiap gerakannya memang ditujukan untuk membuatnya kehilangan kendali. Tanpa malu-malu, Celin membuka pintu mobil dan masuk, duduk di kursi penumpang dengan anggun. “Kau datang,” ucapnya pelan, suaranya terdengar seperti bisikan. Abizar menatapnya tajam. “Nona Celin, masuk kembali ke dalam.” Celin tersenyum j

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 8

    Suasana berubah tegang seketika. Celin masih duduk di pangkuan Abizar, jantungnya berdetak cepat. Sementara itu, Abizar menatap Darwin dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara waspada dan pasrah. Darwin mengetuk jendela sekali lagi, kali ini lebih keras. “Turun.” Celin menoleh ke Abizar dengan senyum kecil. “Apa kita lari saja?” bisiknya. “Celin.” Suara Abizar berat dan tajam. “Turun.” Dengan enggan, Celin akhirnya turun dari pangkuan Abizar dan keluar dari mobil, tapi bukannya merasa bersalah, ia malah berdiri dengan santai di samping mobil. Darwin melipat tangan di dada, menatap adiknya dari kepala hingga kaki. “Kau benar-benar tidak punya rasa malu, ya?” Celin mengangkat alis. “Memangnya kenapa? Aku sedang menghabiskan waktu dengan calon suamiku.” Abizar yang baru saja keluar dari mobil hampir tersedak mendengar pernyataan Celin. Darwin menoleh tajam. “Calon suami?” Celin tersenyum penuh percaya diri. “Ya. Kalau dia terus menolak, aku tinggal minta Kakak menikahk

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 9

    Abizar tidak bisa tidur. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, ia teringat Celin yang tidur di kamar tamunya, hanya beberapa meter dari tempatnya berbaring. Ia menarik napas panjang. Ini Celin, adik dari Bos Darwin. Gadis yang seharusnya ia jaga, bukan ia sentuh. Tapi Celin semakin berani. Ia tidak hanya menggoda dengan kata-kata, tapi juga dengan kehadirannya, dengan caranya menatap, dengan caranya menantang Abizar untuk jatuh dalam perangkapnya. Dan yang lebih buruk lagi, Abizar merasa dirinya mulai kalah. Suara langkah kaki pelan terdengar di luar kamarnya. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka sedikit. Abizar tetap diam, pura-pura tidur. Tapi ia bisa mendengar Celin masuk, berjalan pelan menuju ranjangnya. Lalu, tanpa ragu sedikit pun, gadis itu naik ke ranjang dan merangkak mendekatinya. Abizar menahan napas ketika ia merasakan kehangatan tubuh Celin begitu dekat. Celin berbisik pelan, tepat di telinganya. “Abizar… kau belum tidur, kan?” Abizar tetap diam, b

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 10

    Sementara itu, Celine sudah bersiap dengan rencananya sendiri. Setelah Abizar pergi menemui kakaknya, Celin menelepon seseorang. "Kamu di mana? Aku butuh bantuan." Beberapa menit kemudian, seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang memasuki apartemen Abizar dengan santai. "Raya, aku butuh bantuanmu," ujar Celine dengan senyum penuh trik. Raya—sahabat Celine—menaikkan alis. "Kau ingin aku menutupi sesuatu?" Celine mengangguk. "Aku ingin tinggal di sini lebih lama. Kalau Kak Darwin menanyakan sesuatu, bilang aku bersamamu." Raya tertawa kecil. "Celine, kau benar-benar berani." Celine tersenyum lebar. "Abizar harus sadar, aku tidak akan mundur begitu saja." Raya menghela napas. "Baiklah, tapi aku ingin tahu, seberapa jauh kau akan bertahan pada pria itu?" Celin berpikir sejenak. "Sampai dia tidak bisa lagi menolak aku." Raya menatapnya dengan geli. "Kalau begitu, aku ingin melihat bagaimana kau melakukannya." Celine hanya tersenyum penuh misteri. Permainan bar

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 11

    Seminggu kemudian Abizar membaca informasi tentang Juan Artha di layar komputernya. Dia terlihat sangat fokus dan serius, matanya tidak berkedip saat membaca. "Juan Artha, pewaris Artha Group," gumam Abizar. "Bergerak di bidang minuman dan tekstil. Mempunyai banyak cabang di seluruh dunia." Abizar terus membaca, mencari informasi lebih lanjut tentang Juan Artha. Dia ingin tahu lebih banyak tentang pria yang akan menikahi Celine. "Lulusan Universitas Harvard," lanjut Abizar. "Mempunyai reputasi yang baik di dunia bisnis. Tapi, ada sesuatu yang tidak beres tentang dia." Abizar terus membaca informasi tentang Juan Artha, dan dia menemukan sesuatu yang membuatnya terkejut. "Juan Artha sudah menikah?" gumam Abizar. "Dan istrinya sedang hamil? Tidak mungkin Tuan Darwin menikahkan adiknya dengan pria yang sudah beristri." Abizar merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia memikirkan kemungkinan bahwa Will membohonginya. "Jangan-jangan Will membohongiku?" pikir Abizar. "Mengapa di

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 22

    Celine duduk gelisah di ruang tamu, menunggu kedatangan Darwin. Jantungnya berdegup kencang, tak tahu apa yang akan dibicarakan kakaknya. Beberapa menit kemudian, suara mobil berhenti di depan rumah, membuatnya spontan berdiri. Pintu terbuka, dan Darwin masuk dengan langkah tegap. Tatapannya tajam, ekspresinya sulit ditebak. "Duduk," perintahnya singkat. Celine menurut, menunggu dengan napas tertahan. Darwin menatapnya lekat. "Apa hubunganmu dengan Abizar?" Celine terkejut dengan pertanyaan langsung itu. "H-Hubungan apa?" Darwin mendengus. "Jangan bohong, Celine. Aku tahu ada sesuatu di antara kalian." Celine mengerutkan kening, merasa heran dengan pertanyaan kakaknya. "Kan Kakak yang menyuruhku mengambil proyek kerja sama dengan

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 21

    Celine mengusap wajahnya dengan frustasi. Berurusan dengan Abizar Yazed? Itu sama saja dengan melemparkan dirinya ke dalam mulut harimau. Pria itu terlalu licik, terlalu penuh tipu daya, dan yang lebih buruk—terlalu menggoda. "Baiklah, cukup bicara soal itu. Aku harus pergi sebelum Darwin benar-benar pulang dan mengira aku ikut campur terlalu jauh dalam urusan kalian," ujar Ayana yang pergi meninggalkan mereka kembali ke kamarnya, ekspresinya serius. "Dan Abizar, jangan berbuat macam-macam. Aku serius." Abizar hanya mengangkat alis, senyum jahilnya tak berkurang sedikit pun. "Aku? Berbuat macam-macam? Oh, Nyonya Darwin, kau benar-benar salah menil—" "Ya, ya, simpan akting tak berdosamu itu untuk orang lain!" potong Ayana sebelum pergi ke kamarnya. "Celine, jangan biarkan dia menggodamu lagi!" Celine menghempaskan diri ke sofa dengan napas panjang. Percakapan barusan dengan Ayana masih t

  • Pesona Panas Asisten Dingin   bab 20

    Celine menghela napas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih belum stabil setelah kejadian barusan. Abizar benar-benar membuatnya kehilangan kendali, dan sekarang, dengan Ayana duduk di depannya sambil bertanya dengan nada serius, ia harus kembali ke realita. "Celine? Kau mendengar pertanyaanku, kan?" Ayana menyipitkan mata, memandangnya penuh selidik. "Kau baik-baik saja?" Celine buru-buru mengangguk. "Tentu saja. Aku hanya... sedikit kaget. Maksudku, Kak Darwin baru pulang besok, kan? Jadi kenapa kau panik begitu?" Ayana melipat tangan di dada. "Karena aku tahu kau dan Abizar tidak bisa dibiarkan berduaan terlalu lama. Buktinya tadi, aku hampir kebobolan!" Abizar yang duduk di seberang meja hanya terkekeh santai, menyilangkan kaki dengan ekspresi tak berdosa. "Kau terlalu khawatir, Nyonya. Aku hanya ingin memastikan Celin baik-baik saja. Tidak lebih, tidak kurang." "Tentu saja Celin pasti baik-baik saja," gumam Ayana, me

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 19

    "Kalau kau belum ingat juga, aku akan menunjukkan sesuatu yang pasti akan membantumu mengingatnya," bisik Abizar, jari-jarinya usil mengelus paha Celine. Celine menepis tangan Abizar, tapi hanya sedikit. "Jangan macam-macam! Aku curiga kau menyimpan sesuatu... sesuatu yang sangat pribadi milikku?" Suaranya sedikit gemetar, campuran rasa malu dan gairah. Abizar terkekeh rendah, suaranya berat dan sensual. "Ada di mobilku. Dan aku yakin, melihatnya akan membuatmu mengingat semuanya dengan sangat jelas." Ia sengaja menggeser tubuhnya, membuat tubuhnya bersentuhan dengan Celine. Celine mendesah pelan, tubuhnya menegang. "Yaaak! Kau ini! Bicaramu... mesum sekali!" Ia mencoba mendorong Abizar, tapi gerakannya justru membuat tubuh mereka semakin erat bersentuhan. "Menyingkirlah! Sangat sesak... dan panas..." Gerakannya tak terkendali, membuat Abizar semakin tegang. Abizar menahan napas, suaranya serak menahan gairah. "Jangan banyak bergerak, Celine... kau membuatku... sangat tegang..

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 18

    Satu jam lebih Abizar menunggu Celine yang belum juga turun. Matanya, tajam dan tak berkedip, menatap lantai atas. Tanpa basa-basi, ia berjalan menaiki tangga dengan langkah tegap dan pasti. Bob dan Will, yang berdiri tak jauh darinya, ingin melarang, namun sebelum mereka sempat bersuara, Abizar berkata dengan suara berat dan lantang, menghentikan mereka seketika. "Satu langkah, nyawa kalian akan melayang." Abizar melangkah dengan santai, namun elegan, menuju kamar Celine. Namun langkahnya terhenti ketika Ayana berdiri di ujung tangga, menghalangi jalannya. "Abizar Yazed! Kamu tidak boleh masuk ke kamar Celine! Nanti aku adukan ke Darwin!" Ayana berkata dengan mata melotot dan tangan di pinggang, sebuah pose yang bagi Abizar terlihat lucu. Tanpa ragu, Abizar mengeluarkan kotak perhiasan—sebuah kotak beludru merah tua berisi sebentuk berlian The Constellation, s

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 17

    Celine mengepalkan tangannya, jantungnya berdebar—bukan karena takut, tapi karena excited yang tercampur sedikit panik. "Cih! Mana berani dia kesini menjemputku," gumamnya, suaranya terdengar seperti tawa halus yang diredam. Celine keluar kamar, aura keanggunannya tak terbantahkan, meski dipadu dengan ekspresi slight sassy. Ia mencari Will, bodyguard-nya yang lebih mirip model iklan parfum. "Will, cepatlah kesini. Aku membutuhkanmu," teriak Celine. Will, yang tengah bergosip—mendapatkan gosip terbaru tentang hubungan asmara kepala koki dan tukang kebun—langsung berlari kecil, kemeja putihnya sedikit kusut. "Nona Celine! Ada apa, Nona?" tanyanya, napasnya sedikit tersengal. "Hey, kau. Siapkan jas termahalmu—yang aku belikan, ingat?—temani aku bertemu Abizar malam ini."

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 16

    Celine memasuki mansion dengan langkah cepat dan tergesa-gesa, membuat para pelayan dan pengawal yang bertugas terkejut. Mereka saling bertukar pandang dengan penuh tanda tanya, tak biasanya nona mudanya seperti itu. Sementara itu, Will mengikuti Celine dari belakang dengan langkah lesu, tampak kelelahan. Ia baru saja menemani Celine berbelanja di butik dan harus menunggu berjam-jam hanya untuk satu gaun. Will sulit membayangkan bagaimana Celine dapat menghabiskan waktu begitu lama untuk memilih satu buah gaun saja. Ayana terperanjat ketika Celine membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu dan langsung naik ke atas tempat tidur. Ayana sedang menggunakan masker wajah dan terlihat sangat santai, namun kedatangan Celine langsung menghancurkan ketenangannya. "Kakakku iparku tersayang, coba tebak siapa yang baru saja kutemui?" tanya Celine dengan wajah yang berseri-seri, matanya berbinar penuh semangat. Ayana melepaskan maskernya dan memandang Celine dengan ekspresi bingung.

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 15

    Abizar melanjutkan penjelasannya tentang proposal kerja sama, sementara Celine berusaha untuk memperhatikan dan mencatat poin-poin penting. Namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman yang muncul setiap kali dia melihat Abizar. Sekretaris Darwin, yang duduk di samping Celine, memberikan dia sebuah catatan kecil dengan tulisan "Tetap tenang dan fokus." Celine mengangguk pelan dan mencoba untuk memperhatikan kembali penjelasan Abizar. Setelah beberapa menit, Abizar selesai menjelaskan proposalnya dan meminta Celine untuk memberikan tanggapan. Celine mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk memberikan jawaban yang profesional dan objektif. "Terima kasih, Mr. Malik, atas penjelasan Anda tentang proposal kerja sama ini," kata Celine dengan nada yang profesional. "Saya akan mempertimbangkan proposal ini dan berdiskusi dengan tim kami untuk menentukan langkah selanjutnya." Abizar Yazed tersenyum dan mengangguk. "Saya berharap kita dapat bekerja sama dan mencapai kesep

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 14

    Meeting yang seharusnya diadakan jam sembilan pagi kini molor sampai jam satu siang. Semua itu karena Celine yang telat bangun dan merajuk ke kakaknya, Darwin. Celine bangun jam sebelas pagi, setelah tidur nyenyak selama berjam-jam. Dia merasa tidak ingin bangun dan merajuk ke Darwin, yang sudah menunggunya di ruang makan. "Aku tidak mau pergi ke meeting itu, Kak," kata Celine dengan nada yang manja. "Aku capek dan tidak ingin berhadapan dengan orang-orang itu." Darwin memandang Celine dengan mata yang kesal. "Celine, kamu harus pergi ke meeting itu. Ini sangat penting untuk perusahaan kita. Jangan membuat aku menunggu lagi, atau aku akan marah."*** Semua karyawan dari staf biasa sampai yang mempunyai jabatan menunduk hormat melihat kedatangan Celine, adik dari bosnya. Wanita cantik yang mempunyai wajah hampir mirip dengan Darwin itu memasuki perusahaan dengan langkah yang percaya diri. Sekretaris Darwin, yang juga merupakan orang kepercayaannya, menyambut Celine dengan sen

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status