Share

Bab 6

Author: Miss Kay
last update Last Updated: 2025-02-05 17:40:29

Abizar menghela napas panjang ketika Celin duduk di kursi penumpang dengan ekspresi penuh kemenangan. Mobil melaju meninggalkan kawasan gudang, dan Celin bersandar santai dengan satu kaki terlipat, menatap Abizar dengan tatapan jahil.

“Jadi,” Celin membuka percakapan, “kau akan terus pura-pura dingin padaku, atau kita bisa bicara seperti dua orang dewasa?”

“Nona, tidak ada yang perlu dibicarakan.”

“Kau tahu, Abizar… sikapmu ini membuatku semakin penasaran.”

Dengan gerakan santai, Celin melepas sabuk pengamannya dan beringsut mendekat, membuat Abizar menoleh dengan tatapan tajam. “Pakai kembali sabukmu!”

“Tapi aku ingin lebih dekat denganmu,” bisiknya, mencondongkan tubuh hingga jarak wajah mereka hanya beberapa inci.

Abizar menegang, tapi tetap berusaha fokus mengemudi. “Nona Celin, jangan mulai!"

“Tapi aku suka memulainya,” sahut Celin dengan suara manja.

Tangannya dengan berani merayap ke lengan Abizar, jari-jarinya menyentuh otot yang tegang di balik kemeja. “Kau selalu berpura-pura tak tergoda, tapi tubuhmu berkata lain.”

Abizar mengerang pelan, sebelah tangannya menggenggam setir lebih erat. “Nona.”

“Ya?” Celin tersenyum menggoda.

“Kembali ke tempatmu.”

“Tapi di sinilah tempatku.” Celin semakin berani, jari-jarinya naik ke bahu Abizar, lalu turun perlahan ke dada bidang pria itu.

Mobil mendadak berhenti dengan sentakan tajam. Celin hampir kehilangan keseimbangan, tapi sebelum ia jatuh, Abizar dengan cepat menangkap pinggangnya, menahannya tetap di tempat.

Napas mereka bertemu dalam jarak yang sangat dekat. Mata Celin membulat, bukan karena terkejut, tapi karena sensasi panas yang merambat dari tangan Abizar di pinggangnya.

Abizar menatap tajam Celin. “Nona Celin, kau suka bermain dengan api, tapi kau lupa satu hal.”

“Apa?” bisik Celin, jantungnya berdebar cepat.

“Jika kau terus bermain… kau bisa terluka.”

Celin tersenyum kecil, tangannya naik ke wajah Abizar, jemarinya menelusuri garis rahangnya. “Maka, lukailah aku, Abizar.”

Pria itu memejamkan mata sejenak, menenangkan diri. Ketika ia kembali membuka mata, kilatan keinginan terlihat jelas, tapi ia masih menahan diri. Dengan satu gerakan, ia melepas genggamannya dan menjauh, kembali memasang wajah dingin.

“Kau terlalu berani, Nona.”

Celin duduk kembali dengan senyum puas. “Dan kau terlalu pengecut.”

Abizar tidak menanggapi, hanya kembali menyalakan mesin mobil. Tapi Celin tahu, ia sudah berhasil membuat pria itu goyah.

Dan itu baru permulaan.

***

Malam itu, Abizar berusaha memusatkan pikirannya pada pekerjaannya. Duduk di sofa apartemennya, ia membaca laporan perusahaan dan keamanan yang dikirim Darwin. Tapi pikirannya terus saja melayang pada Celin.

Gadis itu seperti badai yang terus menerpa pertahanannya.

Sejak pertemuan mereka di mobil tadi, Abizar tak bisa mengusir bayangan tatapan Celin, sentuhan lembutnya, dan senyum penuh percaya diri yang selalu berhasil membuatnya goyah.

"Sial!" Ia mengusap wajahnya, lalu bangkit untuk mengambil segelas air dingin dari kulkas. Tapi baru saja ia meneguk seteguk, ponselnya bergetar. Nama yang muncul di layar membuatnya mendesah panjang.

'Celin Luis.'

Haruskah ia mengangkatnya?

Batin Abizar sudah tahu jawabannya. 'Tidak.' Ia harus mengabaikan Celin.

Tapi tangannya justru bergerak sendiri, menggeser tombol hijau.

'Abizar…" Suara Celin di seberang telepon terdengar manja, lembut, dan—entah kenapa—sedikit menggoda.

Abizar mengembuskan napas pelan. 'Ada apa, Nona?'

'Aku bosan.'

Abizar mengernyit. 'Lalu?'

'Jemput aku.'

Abizar memejamkan mata. 'Nona Celin, ini sudah malam.'

'Dan?'

Abizar mendengar tawa kecil di ujung telepon, diikuti dengan suara gesekan. 'Aku baru selesai mandi, Abizar. Dan aku hanya memakai…'

Abizar menegang. 'Nona Celin.'

'Baju tidur satin tipis.'

Abizar mengusap wajahnya. 'Jangan bermain-main denganku!'

'Tapi aku suka bermain denganmu,' sahut Celin centil.

Abizar berusaha tetap tenang, tapi bisa membayangkan Celin bersandar di tempat tidurnya dengan baju tidur yang—sial, ia tidak boleh membayangkannya.

'Nona Celin, hentikan.'

'Hentikan apa? Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu,' suara Celin terdengar lebih lembut, lebih menggoda. 'Kau tidak mau?'

Abizar meremas gelas di tangannya. 'Nona Celin, saya serius.'

'Aku juga serius.'

Hening

Lalu, Celin kembali bersuara, kali ini lebih dalam. 'Kau tahu, Abizar? Aku bisa keluar sekarang, hanya mengenakan—'

Bip.

Abizar memutuskan telepon.

Ia tidak bisa terus begini. Jika ia membiarkan Celin menggodanya, maka gadis itu akan terus menekannya.

Tapi baru saja ia menarik napas lega, ponselnya kembali bergetar.

'Oh? Jadi kau menutup telepon? Baiklah, aku akan naik ke mobil dan datang ke apartemenmu. Kau tunggu di sana, sayang. Jangan kunci pintunya~'

"Sial!"

Abizar langsung menyambar kunci mobilnya. Ia harus menghentikan Celin sebelum gadis itu benar-benar bertindak nekat.

*

*

Di rumah keluarga Luis, Celin tertawa kecil sambil menatap layar ponselnya.

Ia tahu Abizar pasti akan menjemputnya.

Dan itu artinya… rencananya berhasil.

Ia menyeringai. “Lihat saja, Abizar. Aku tidak akan membiarkanmu mengelak lagi.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 7

    Abizar menginjak pedal gas lebih dalam, melajukan mobilnya menuju rumah keluarga Luis. Ia tidak tahu apa yang lebih buruk—fakta bahwa Celin selalu tahu cara memancingnya, atau fakta bahwa ia terus-menerus terpancing. "Sial!" umpatnya. Ketika ia tiba di halaman mansion, ia melihat Celin sudah berdiri di depan pintu dengan senyum penuh kemenangan. Dibalut gaun tidur satin berwarna merah anggur yang jatuh di paha, rambutnya masih sedikit basah, dan kulitnya terlihat berkilau dalam cahaya lampu halaman. Celin benar-benar terlihat… berbahaya. Abizar mengeratkan rahangnya. Ia harus tetap waras. Celin berjalan mendekat, langkahnya santai tapi penuh perhitungan, seolah setiap gerakannya memang ditujukan untuk membuatnya kehilangan kendali. Tanpa malu-malu, Celin membuka pintu mobil dan masuk, duduk di kursi penumpang dengan anggun. “Kau datang,” ucapnya pelan, suaranya terdengar seperti bisikan. Abizar menatapnya tajam. “Nona Celin, masuk kembali ke dalam.” Celin tersenyum j

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 8

    Suasana berubah tegang seketika. Celin masih duduk di pangkuan Abizar, jantungnya berdetak cepat. Sementara itu, Abizar menatap Darwin dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara waspada dan pasrah. Darwin mengetuk jendela sekali lagi, kali ini lebih keras. “Turun.” Celin menoleh ke Abizar dengan senyum kecil. “Apa kita lari saja?” bisiknya. “Celin.” Suara Abizar berat dan tajam. “Turun.” Dengan enggan, Celin akhirnya turun dari pangkuan Abizar dan keluar dari mobil, tapi bukannya merasa bersalah, ia malah berdiri dengan santai di samping mobil. Darwin melipat tangan di dada, menatap adiknya dari kepala hingga kaki. “Kau benar-benar tidak punya rasa malu, ya?” Celin mengangkat alis. “Memangnya kenapa? Aku sedang menghabiskan waktu dengan calon suamiku.” Abizar yang baru saja keluar dari mobil hampir tersedak mendengar pernyataan Celin. Darwin menoleh tajam. “Calon suami?” Celin tersenyum penuh percaya diri. “Ya. Kalau dia terus menolak, aku tinggal minta Kakak menikahk

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 9

    Abizar tidak bisa tidur. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, ia teringat Celin yang tidur di kamar tamunya, hanya beberapa meter dari tempatnya berbaring. Ia menarik napas panjang. Ini Celin, adik dari Bos Darwin. Gadis yang seharusnya ia jaga, bukan ia sentuh. Tapi Celin semakin berani. Ia tidak hanya menggoda dengan kata-kata, tapi juga dengan kehadirannya, dengan caranya menatap, dengan caranya menantang Abizar untuk jatuh dalam perangkapnya. Dan yang lebih buruk lagi, Abizar merasa dirinya mulai kalah. Suara langkah kaki pelan terdengar di luar kamarnya. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka sedikit. Abizar tetap diam, pura-pura tidur. Tapi ia bisa mendengar Celin masuk, berjalan pelan menuju ranjangnya. Lalu, tanpa ragu sedikit pun, gadis itu naik ke ranjang dan merangkak mendekatinya. Abizar menahan napas ketika ia merasakan kehangatan tubuh Celin begitu dekat. Celin berbisik pelan, tepat di telinganya. “Abizar… kau belum tidur, kan?” Abizar tetap diam, b

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 10

    Sementara itu, Celine sudah bersiap dengan rencananya sendiri. Setelah Abizar pergi menemui kakaknya, Celin menelepon seseorang. "Kamu di mana? Aku butuh bantuan." Beberapa menit kemudian, seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang memasuki apartemen Abizar dengan santai. "Raya, aku butuh bantuanmu," ujar Celine dengan senyum penuh trik. Raya—sahabat Celine—menaikkan alis. "Kau ingin aku menutupi sesuatu?" Celine mengangguk. "Aku ingin tinggal di sini lebih lama. Kalau Kak Darwin menanyakan sesuatu, bilang aku bersamamu." Raya tertawa kecil. "Celine, kau benar-benar berani." Celine tersenyum lebar. "Abizar harus sadar, aku tidak akan mundur begitu saja." Raya menghela napas. "Baiklah, tapi aku ingin tahu, seberapa jauh kau akan bertahan pada pria itu?" Celin berpikir sejenak. "Sampai dia tidak bisa lagi menolak aku." Raya menatapnya dengan geli. "Kalau begitu, aku ingin melihat bagaimana kau melakukannya." Celine hanya tersenyum penuh misteri. Permainan bar

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 11

    Seminggu kemudian Abizar membaca informasi tentang Juan Artha di layar komputernya. Dia terlihat sangat fokus dan serius, matanya tidak berkedip saat membaca. "Juan Artha, pewaris Artha Group," gumam Abizar. "Bergerak di bidang minuman dan tekstil. Mempunyai banyak cabang di seluruh dunia." Abizar terus membaca, mencari informasi lebih lanjut tentang Juan Artha. Dia ingin tahu lebih banyak tentang pria yang akan menikahi Celine. "Lulusan Universitas Harvard," lanjut Abizar. "Mempunyai reputasi yang baik di dunia bisnis. Tapi, ada sesuatu yang tidak beres tentang dia." Abizar terus membaca informasi tentang Juan Artha, dan dia menemukan sesuatu yang membuatnya terkejut. "Juan Artha sudah menikah?" gumam Abizar. "Dan istrinya sedang hamil? Tidak mungkin Tuan Darwin menikahkan adiknya dengan pria yang sudah beristri." Abizar merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia memikirkan kemungkinan bahwa Will membohonginya. "Jangan-jangan Will membohongiku?" pikir Abizar. "Mengapa di

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 12

    Ayana yang masih melihat model fashion pakaian yang lagi tren tiba-tiba teringat sesuatu tentang ucapan Darwis saat perjalanan pulang. Suaminya itu bilang ada perusahaan besar yang akan bekerja sama dengannya. Dan orang yang bekerja sama dengannya yaitu Tuan Malik Yazed, pemilik perusahaan minyak dan properti di Dubai. Ayana berpikir, "Apa mungkin Yazed itu Abizar Yazed?" Tapi, dia langsung menyangkal pikirannya sendiri. "Tidak mungkin, Abizar tidak mungkin menjadi orang yang berpengaruh seperti itu." Ayana berusaha menghilangkan pikiran itu dari benaknya, tetapi rasa penasarannya membara. "Tapi kalau benar... kasihan Celine, harus membuka lagi luka lamanya," kata Ayana dengan nada khawatir. "Siapa yang kamu bicarakan?" tanya Darwis yang berdiri di sebelah Ayana. "Aku tidak bicara apa-apa," jawab Ayana dengan cepat, berusaha menyembunyikan pikiran yang mengganggu. Darwis tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ayana tentang Abizar dan Celine. Ayana memutuskan untuk tidak menga

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 13

    Abizar Ebizawa menatap Will dengan mata yang masih tajam dan menakutkan. "Kau pikir aku bisa begitu mudah kau provokasi? Kau pikir semua itu lelucon," tanya Abizar sedikit lebih santai, sambil mengangkat alisnya yang tebal. Byon, singa besar yang mengitarinya, berhenti di depan Will dan memandangnya dengan mata yang tajam, membuat Will merasa semakin takut. Will berusaha untuk tidak menunjukkan ketakutannya, tetapi dia tidak bisa menghindari untuk memandang Byon dengan takut. Keringat dingin menetes di dahinya, dan tangannya gemetar. "Maaf, Tuan Abizar, saya hanya ingin membantu Tuan untuk mendapatkan kembali Nona Celine," kata Will dengan suara yang masih bergetar, sambil berusaha untuk mempertahankan keberaniannya. Abizar memanggil Byon dengan suara yang lembut. "Come here, Byon. Come here with Papa." Byon, singa besar yang masih memandang Will dengan mata yang tajam seperti ingin menerkam, langsung berlari ke arah Abizar dan memeluk kaki Abizar dengan ekornya yang panjang.

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 14

    Meeting yang seharusnya diadakan jam sembilan pagi kini molor sampai jam satu siang. Semua itu karena Celine yang telat bangun dan merajuk ke kakaknya, Darwin. Celine bangun jam sebelas pagi, setelah tidur nyenyak selama berjam-jam. Dia merasa tidak ingin bangun dan merajuk ke Darwin, yang sudah menunggunya di ruang makan. "Aku tidak mau pergi ke meeting itu, Kak," kata Celine dengan nada yang manja. "Aku capek dan tidak ingin berhadapan dengan orang-orang itu." Darwin memandang Celine dengan mata yang kesal. "Celine, kamu harus pergi ke meeting itu. Ini sangat penting untuk perusahaan kita. Jangan membuat aku menunggu lagi, atau aku akan marah."*** Semua karyawan dari staf biasa sampai yang mempunyai jabatan menunduk hormat melihat kedatangan Celine, adik dari bosnya. Wanita cantik yang mempunyai wajah hampir mirip dengan Darwin itu memasuki perusahaan dengan langkah yang percaya diri. Sekretaris Darwin, yang juga merupakan orang kepercayaannya, menyambut Celine dengan sen

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 22

    Celine duduk gelisah di ruang tamu, menunggu kedatangan Darwin. Jantungnya berdegup kencang, tak tahu apa yang akan dibicarakan kakaknya. Beberapa menit kemudian, suara mobil berhenti di depan rumah, membuatnya spontan berdiri. Pintu terbuka, dan Darwin masuk dengan langkah tegap. Tatapannya tajam, ekspresinya sulit ditebak. "Duduk," perintahnya singkat. Celine menurut, menunggu dengan napas tertahan. Darwin menatapnya lekat. "Apa hubunganmu dengan Abizar?" Celine terkejut dengan pertanyaan langsung itu. "H-Hubungan apa?" Darwin mendengus. "Jangan bohong, Celine. Aku tahu ada sesuatu di antara kalian." Celine mengerutkan kening, merasa heran dengan pertanyaan kakaknya. "Kan Kakak yang menyuruhku mengambil proyek kerja sama dengan

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 21

    Celine mengusap wajahnya dengan frustasi. Berurusan dengan Abizar Yazed? Itu sama saja dengan melemparkan dirinya ke dalam mulut harimau. Pria itu terlalu licik, terlalu penuh tipu daya, dan yang lebih buruk—terlalu menggoda. "Baiklah, cukup bicara soal itu. Aku harus pergi sebelum Darwin benar-benar pulang dan mengira aku ikut campur terlalu jauh dalam urusan kalian," ujar Ayana yang pergi meninggalkan mereka kembali ke kamarnya, ekspresinya serius. "Dan Abizar, jangan berbuat macam-macam. Aku serius." Abizar hanya mengangkat alis, senyum jahilnya tak berkurang sedikit pun. "Aku? Berbuat macam-macam? Oh, Nyonya Darwin, kau benar-benar salah menil—" "Ya, ya, simpan akting tak berdosamu itu untuk orang lain!" potong Ayana sebelum pergi ke kamarnya. "Celine, jangan biarkan dia menggodamu lagi!" Celine menghempaskan diri ke sofa dengan napas panjang. Percakapan barusan dengan Ayana masih t

  • Pesona Panas Asisten Dingin   bab 20

    Celine menghela napas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih belum stabil setelah kejadian barusan. Abizar benar-benar membuatnya kehilangan kendali, dan sekarang, dengan Ayana duduk di depannya sambil bertanya dengan nada serius, ia harus kembali ke realita. "Celine? Kau mendengar pertanyaanku, kan?" Ayana menyipitkan mata, memandangnya penuh selidik. "Kau baik-baik saja?" Celine buru-buru mengangguk. "Tentu saja. Aku hanya... sedikit kaget. Maksudku, Kak Darwin baru pulang besok, kan? Jadi kenapa kau panik begitu?" Ayana melipat tangan di dada. "Karena aku tahu kau dan Abizar tidak bisa dibiarkan berduaan terlalu lama. Buktinya tadi, aku hampir kebobolan!" Abizar yang duduk di seberang meja hanya terkekeh santai, menyilangkan kaki dengan ekspresi tak berdosa. "Kau terlalu khawatir, Nyonya. Aku hanya ingin memastikan Celin baik-baik saja. Tidak lebih, tidak kurang." "Tentu saja Celin pasti baik-baik saja," gumam Ayana, me

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 19

    "Kalau kau belum ingat juga, aku akan menunjukkan sesuatu yang pasti akan membantumu mengingatnya," bisik Abizar, jari-jarinya usil mengelus paha Celine. Celine menepis tangan Abizar, tapi hanya sedikit. "Jangan macam-macam! Aku curiga kau menyimpan sesuatu... sesuatu yang sangat pribadi milikku?" Suaranya sedikit gemetar, campuran rasa malu dan gairah. Abizar terkekeh rendah, suaranya berat dan sensual. "Ada di mobilku. Dan aku yakin, melihatnya akan membuatmu mengingat semuanya dengan sangat jelas." Ia sengaja menggeser tubuhnya, membuat tubuhnya bersentuhan dengan Celine. Celine mendesah pelan, tubuhnya menegang. "Yaaak! Kau ini! Bicaramu... mesum sekali!" Ia mencoba mendorong Abizar, tapi gerakannya justru membuat tubuh mereka semakin erat bersentuhan. "Menyingkirlah! Sangat sesak... dan panas..." Gerakannya tak terkendali, membuat Abizar semakin tegang. Abizar menahan napas, suaranya serak menahan gairah. "Jangan banyak bergerak, Celine... kau membuatku... sangat tegang..

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 18

    Satu jam lebih Abizar menunggu Celine yang belum juga turun. Matanya, tajam dan tak berkedip, menatap lantai atas. Tanpa basa-basi, ia berjalan menaiki tangga dengan langkah tegap dan pasti. Bob dan Will, yang berdiri tak jauh darinya, ingin melarang, namun sebelum mereka sempat bersuara, Abizar berkata dengan suara berat dan lantang, menghentikan mereka seketika. "Satu langkah, nyawa kalian akan melayang." Abizar melangkah dengan santai, namun elegan, menuju kamar Celine. Namun langkahnya terhenti ketika Ayana berdiri di ujung tangga, menghalangi jalannya. "Abizar Yazed! Kamu tidak boleh masuk ke kamar Celine! Nanti aku adukan ke Darwin!" Ayana berkata dengan mata melotot dan tangan di pinggang, sebuah pose yang bagi Abizar terlihat lucu. Tanpa ragu, Abizar mengeluarkan kotak perhiasan—sebuah kotak beludru merah tua berisi sebentuk berlian The Constellation, s

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 17

    Celine mengepalkan tangannya, jantungnya berdebar—bukan karena takut, tapi karena excited yang tercampur sedikit panik. "Cih! Mana berani dia kesini menjemputku," gumamnya, suaranya terdengar seperti tawa halus yang diredam. Celine keluar kamar, aura keanggunannya tak terbantahkan, meski dipadu dengan ekspresi slight sassy. Ia mencari Will, bodyguard-nya yang lebih mirip model iklan parfum. "Will, cepatlah kesini. Aku membutuhkanmu," teriak Celine. Will, yang tengah bergosip—mendapatkan gosip terbaru tentang hubungan asmara kepala koki dan tukang kebun—langsung berlari kecil, kemeja putihnya sedikit kusut. "Nona Celine! Ada apa, Nona?" tanyanya, napasnya sedikit tersengal. "Hey, kau. Siapkan jas termahalmu—yang aku belikan, ingat?—temani aku bertemu Abizar malam ini."

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 16

    Celine memasuki mansion dengan langkah cepat dan tergesa-gesa, membuat para pelayan dan pengawal yang bertugas terkejut. Mereka saling bertukar pandang dengan penuh tanda tanya, tak biasanya nona mudanya seperti itu. Sementara itu, Will mengikuti Celine dari belakang dengan langkah lesu, tampak kelelahan. Ia baru saja menemani Celine berbelanja di butik dan harus menunggu berjam-jam hanya untuk satu gaun. Will sulit membayangkan bagaimana Celine dapat menghabiskan waktu begitu lama untuk memilih satu buah gaun saja. Ayana terperanjat ketika Celine membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu dan langsung naik ke atas tempat tidur. Ayana sedang menggunakan masker wajah dan terlihat sangat santai, namun kedatangan Celine langsung menghancurkan ketenangannya. "Kakakku iparku tersayang, coba tebak siapa yang baru saja kutemui?" tanya Celine dengan wajah yang berseri-seri, matanya berbinar penuh semangat. Ayana melepaskan maskernya dan memandang Celine dengan ekspresi bingung.

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 15

    Abizar melanjutkan penjelasannya tentang proposal kerja sama, sementara Celine berusaha untuk memperhatikan dan mencatat poin-poin penting. Namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman yang muncul setiap kali dia melihat Abizar. Sekretaris Darwin, yang duduk di samping Celine, memberikan dia sebuah catatan kecil dengan tulisan "Tetap tenang dan fokus." Celine mengangguk pelan dan mencoba untuk memperhatikan kembali penjelasan Abizar. Setelah beberapa menit, Abizar selesai menjelaskan proposalnya dan meminta Celine untuk memberikan tanggapan. Celine mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk memberikan jawaban yang profesional dan objektif. "Terima kasih, Mr. Malik, atas penjelasan Anda tentang proposal kerja sama ini," kata Celine dengan nada yang profesional. "Saya akan mempertimbangkan proposal ini dan berdiskusi dengan tim kami untuk menentukan langkah selanjutnya." Abizar Yazed tersenyum dan mengangguk. "Saya berharap kita dapat bekerja sama dan mencapai kesep

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 14

    Meeting yang seharusnya diadakan jam sembilan pagi kini molor sampai jam satu siang. Semua itu karena Celine yang telat bangun dan merajuk ke kakaknya, Darwin. Celine bangun jam sebelas pagi, setelah tidur nyenyak selama berjam-jam. Dia merasa tidak ingin bangun dan merajuk ke Darwin, yang sudah menunggunya di ruang makan. "Aku tidak mau pergi ke meeting itu, Kak," kata Celine dengan nada yang manja. "Aku capek dan tidak ingin berhadapan dengan orang-orang itu." Darwin memandang Celine dengan mata yang kesal. "Celine, kamu harus pergi ke meeting itu. Ini sangat penting untuk perusahaan kita. Jangan membuat aku menunggu lagi, atau aku akan marah."*** Semua karyawan dari staf biasa sampai yang mempunyai jabatan menunduk hormat melihat kedatangan Celine, adik dari bosnya. Wanita cantik yang mempunyai wajah hampir mirip dengan Darwin itu memasuki perusahaan dengan langkah yang percaya diri. Sekretaris Darwin, yang juga merupakan orang kepercayaannya, menyambut Celine dengan sen

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status