Renjana merasa hancur kala dokter menyatakan dirinya mandul, penantian Selama lima tahun sia-sia, karena suaminya menghiantinya setelah ia tahu jika dirinya tak dapat hamil. tetapi, saat ia berpisah dan menikah lagi. ia dinyatakan hamil dan baik-baik saja, lalu apa yang terjadi pada mantan suaminya? jangan sampai ketinggalan di setaip partnya ya
Lihat lebih banyak****Renjana dan Ardiyan menoleh, Bisma yang tengah berjalan mengurungkan niatnya melihat Renjana dan Ardiyan sedang tertawa.Bisma adalah teman lama ayah Renjana, ia tinggal di rumah yang tidak jauh dari rumah Renjana saat ini."Pak Bisma... Bapak di sini?" tanya Renjana sambil berdiri menyodorkan tangan untuk bersalaman."Iya, rumah saya di ujung jalan sana. Kamu di sini? Inikan rumah....""Iya Pak, saya mengisi lagi rumah lama ini." sahut Renjana cepat."Apa Hendra tahu? Dan ini... Ardiyan anda di sini?" wajah Bisma terus melirik keduanya dengan perasaan penuh tanya.Melihat Renjana dan Ardiyan sedang duduk berdua, dan ..."Saya sedang ada pekerjaan Pak, Renjana ingin kembali ke Kantor dan memulai lagi semuanya dari Nol." pungkas Ardiyan yang membuat Renjana menatapnya canggung.Mulutnya sedikit menganga mendengar apa yang di katakan pria disampingnya."Apa... Benarkah itu Renjana, Ayah mu pasti sangat senang mendengar itu.""Pak Bisma, tolong jangan bicarakan ini kepada siapa pun
Safira dan Danendra terkejut mendengar suara berat yang datang tiba-tiba dari belakangnya. Mulut Safira terbelalak denan mata terbuka, kedua terkejut melihat Hendra sudah berdiri bersama Jessika di belakangnya.Dengan perasaan tak karuan Safira mencoba tenang, lalu mengukir senyum di bibirnya."Hendra, kalian sudah pulang? Kok cepet banget?" Safira menghampiri dan acuh akan pertanyaan Hendra yang barus aja di layangkan."Dimana Renjana, Bu?" tanya Hendra sedikit menaikan nada bicaranya."Mas,""Kamu duduk dulu, kasian Jessika capek." dengan wajah kesal Hendra masuk kedalam rumah.Ia lari menuju kamar dan langsung mencari Renjana.Jessika yang melihatnya terlihat heran akan sikap Hendra, ia pun menatap Safira yang hanya di balas dengan gelengan kepala."Mas, kamu cari siapa?" Jessika menghampirj dan bertanya dengan wajah sedikit kesal."Bu, dimana Renjana? Kenapa kamarnya kosong?" tanpa hirau akan pertanyaan Jessika, Hendra lebih bertanya pada ibunya untuk menanyakan Renjana."Renjana.
****Aku berbalik memutarkan tubuh, terlihat ibu mertua sedang berdiri bersama putrinya adik Mas Hendra yang paling kecil.Anjani, anak ibu yang bungsu sedang berdiri menatapku dengan sinis. Kenapa... Tidak ada tatapan yang begitu enak ku lihat dikeduanya, mereka berubah seketika.Anjani pun tidak biasanya bersikap sombong seperti ini, dan suara yang ku dengar adalah suaranya."Ada apa, Bu?" tanyaku menatapnya.Aku tidak akan menangis lagi, aku akan melawan mereka meski kemungkinan itu bukan hal yang seharusnya aku lakukan."Mbak, harusnya Mbak menyiapkan makanan. Ini udah sore kok malah enak-enakan diluar." ujarnya ketus."Jani, kenapa kamu bicara seperti itu sama Mbak?" tanya penasaran."Mbak, kan tahu tidak ada lagi yang mengharapkan Mbak di rumah ini. Jadi buat apa lagi aku harus pura-pura nerima Mbak. Dari dulu Mbak itu hanya benalu di sini!""Anjani... Kamu---""Apa yang di katakan Anjani itu benar, Renjana. Saya sudah bilang cepatlah kamu bercerai dengan Hendra!""Bu... Ini rum
****Aku berbalik memutarkan tubuh, terlihat ibu mertua sedang berdiri bersama putrinya adik Mas Hendra yang paling kecil.Anjani, anak ibu yang bungsu sedang berdiri menatapku dengan sinis. Kenapa... Tidak ada tatapan yang begitu enak ku lihat dikeduanya, mereka berubah seketika.Anjani pun tidak biasanya bersikap sombong seperti ini, dan suara yang ku dengar adalah suaranya."Ada apa, Bu?" tanyaku menatapnya.Aku tidak akan menangis lagi, aku akan melawan mereka meski kemungkinan itu bukan hal yang seharusnya aku lakukan."Mbak, harusnya Mbak menyiapkan makanan. Ini udah sore kok malah enak-enakan diluar." ujarnya ketus."Jani, kenapa kamu bicara seperti itu sama Mbak?" tanya penasaran."Mbak, kan tahu tidak ada lagi yang mengharapkan Mbak di rumah ini. Jadi buat apa lagi aku harus pura-pura nerima Mbak. Dari dulu Mbak itu hanya benalu di sini!""Anjani... Kamu---""Apa yang di katakan Anjani itu benar, Renjana. Saya sudah bilang cepatlah kamu bercerai dengan Hendra!""Bu... Ini rum
----Mataku rasanya memanas, genangan anak sungai seakan hendak jatuh. Aku mencoba menahan rasa sesak di dada, namun semakin ku tahan tubuhku rasanya bergetar.Aku tidak yakin, tapi apa yang ku lihat sangat nyata...Suamiku, dia Bersama Jessika di sebuah hotel. Meresa terlihat mesra, bahkan perlakuan Mas Hendra begitu berbeda.BruukTak terasa benda pipih ditanganku terjatuh, tanganku seakan tak bertenaga. Rasa sesak itu kian terasa, aku benar-benar tidak menyangka. Mas Hendra benar-benar melakukan ini dibelakangku."Kuat Renjana, kamu pasti kuat!" ku usap butir bening yang sudah membasahi kedua pipiku.Dengan rasa sakit di hatiku, aku putuskan untuk melihat sejauh mana kamu bisa melakukan ini Mas.Mungkin ini sudah jalan dan ketentuan Tuhan, aku harus melepaskan pria seperti mu.Keteguhanku untuk bertahan kini hancur, bahkan hatiku seakan tak berbentuk karena ulahmu. Baiklah, akan aku ikuti permainanmu, Mas.{Besok aku akan datang, tunggulah di sana!} dengan perasaan hancur, ku balas
***Renjana berkata lirih didalam fikirannya, ia seakan tak ingin menghadapi pria yang bertahun-tahun lamanya meninggalkan dia.Entah apa yang Renjana rasakan, hatinya seolah menolak membenci tapi ia tak ingin bersitatap dengannya.Iya, Renjana sama sekali tak ingin banyak bicara dengan Ardiyan. Rasa sakit itu seolah kian bertambah, ia bersalah di dalam segalanya."Renjana, tunggu!" seru Ardiyan memanggilnya.Renjana pun menghentikan langkahnya, dengan perasaan yang berusaha ia tahan."Apa kamu membenciku?" ujarnya dengan wajah sendu.Renjana mendongak, menatap pria berwajah tampan dengan kumis tipis. Rambutnya yang sengaja dirapihkan membuat Renjana kembali mengingat Ardiyan di masalalunya.Hati Renjana berpacu, kilas bayangan dimana mereka bersama dulu seolah kembali datang."Mas, aku---""Aku tahu masalah kamu dan suami kamu, Renjana. Dan aku tahu di mana mereka sekarang." mata Renjana membulat mendengar kata-kata Ardiyan."Dimana mereka? Mengapa Mas, tahu?""Ren, aku sudah satu ta
***Suara ketukan pintu membuat keduanya memutar pandangan, Hendra menatap Jessika dan begitu pun sebaliknya."Siapa Mas, apa ada yang tahu kita ada di sini?""Tidak ada, sebantar biar aku lihat."Hendra beranjak dari atas kasur, ia membuka pintu dan terlihat seorang pelayan wanita berdiri menunduk saat melihatnya.Mata Hendra menyapu lorong, tidak ada siapa-siapa di sana. Lalu perlahan ia pun bertanya pada pelayan dihadapannya. "Ada apa? Siapa yang ingin bertemu denganku?""Maaf Pak, tadi ada seorang pria dia hanya ingin memberikan ini." tunjuk pelayan sambil menyodorkan sebuah kertas di tangannya.Dahi Hendra mengernyit, menatap seutas kertas yang bersulam sampul amplop berarna biru."Dari siapa?" Pelayan wanita itu menggelang, lalu berkata. "Saya tidak tahu, Pak. Dia hanya mengatakan kalau Bapak pasti mengenalnya, dan dia meminta Bapak membuka suratnya.""Aneh sekali... Ya sudah sini, dan pergilah." Hendra pun menutup pintu dan menatap kertas berwarna biru di tangannya.Perlahan t
KARMA UNTUK MANTAN SUAMIKU 6----Aku berkata sedikit berat, melihat penampilan Renjana sangatlah berbeda."Sebulan?" ucapnya datar seraya melirik Jessika."Iya, ada pekerjaan yang tak bisa dihandle oleh Aris Jadi aku harus kesana. Karena di sini ada Aggasta yang siap menghandle." tandasku berusaha membuat Renjana yakin.Meski sebenarnya aku pun sedikit ragu, tapi itu sudah ku putuskan."Iya nggak papa kalau kamu harus pergi," Aku terdiam, tadi pagi Renjana masih sangat berusaha meluluhkanku. Tapi sekarang?"Ya sudah kamu boleh istirahat, aku akan mengantar Jessika dulu." ia tak bicara dan langsung meninggalkan kami.Jessika hanya melihatku, ia mungkin bertanya-tanya kenapa dengan Renjana. Hanya saja ku berikan dia isyarat agar tak terlalu memikirkan apa pun.Aku tidak ingin merusak suasana hati Jessika yang sudah ku beri harapan.****Pov Trailer***Renjana berjalan dengan perasaan perih, ia berusaha menutupi semua yang ia tahu akan suaminya yang akan menikahi Jessika secara diam-
KARMA UNTUK MANTAN SUAMIKU 5-----Jasmin menatapku, mendengar suara benda pipih yang ku genggam berdering. Membuat kata-kataku akhirnya mengapung di udara."Jas, aku pulang dulu ya. Ibu sudah menelpon.""Tapi....""Aku pergi." tanpa menunggu Jasmin menyahut aku pergi dengan sedikit berlari.Degup jantungku seolah berdebar tak karuan, aku tidak sanggup rasanya harus bertemu dengan Mas Hendra.Bayangan Mas Hendra memeluk dan mengatakan ingin menikahi Jessika terus berputar. Membuat dadaku bergemuruh.Tapi aku harus menyembunyikan perasaanku, aku tidak ingin mereka tahu jika aku sudah tahu semuanya.*Sesampainya di halaman rumah, kulihat mobil Mas Hendra sudah ada di tempatnya. Suasana rumah juga sepertinya sedang ada tamu.Aku masuk dengan mencoba menunjukkan wajah seperti biasanya, tidak ingin ibu melihatku yang pagi-pagi bersedih."Renjana, dari mana kamu?" suara halus yang selalu ku dengar itu menyambutku.Tapi bukan kehangatan lagi yang aku rasa, hatiku malah semakin perih."Aku h
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen