Share

Pertemuan

Author: Penareceh
last update Last Updated: 2024-10-11 08:09:15

***

Suara ketukan pintu membuat keduanya memutar pandangan, Hendra menatap Jessika dan begitu pun sebaliknya.

"Siapa Mas, apa ada yang tahu kita ada di sini?"

"Tidak ada, sebantar biar aku lihat."

Hendra beranjak dari atas kasur, ia membuka pintu dan terlihat seorang pelayan wanita berdiri menunduk saat melihatnya.

Mata Hendra menyapu lorong, tidak ada siapa-siapa di sana. Lalu perlahan ia pun bertanya pada pelayan dihadapannya. "Ada apa? Siapa yang ingin bertemu denganku?"

"Maaf Pak, tadi ada seorang pria dia hanya ingin memberikan ini." tunjuk pelayan sambil menyodorkan sebuah kertas di tangannya.

Dahi Hendra mengernyit, menatap seutas kertas yang bersulam sampul amplop berarna biru.

"Dari siapa?"

Pelayan wanita itu menggelang, lalu berkata. "Saya tidak tahu, Pak. Dia hanya mengatakan kalau Bapak pasti mengenalnya, dan dia meminta Bapak membuka suratnya."

"Aneh sekali... Ya sudah sini, dan pergilah." Hendra pun menutup pintu dan menatap kertas berwarna biru di tangannya.

Perlahan tangannya membuka amplop dan dikeluarkan sebuah surat dengan tulisan sangat rapih.

(Kau akan menyesal, sudah menyakiti wanita sebaik Renjana!?

Mata Hendra membulat kala membaca satu kalimat yang menuliskan nama istrinya.

"Apa maksudnya ini?" ucapnya tak mengerti.

"Ada apa, Mas?" Jessika menghampiri dan melihat sebuah kertas di tangan Hendra.

Ia pun membacanya, dan sama terkejut melihat kalimat di dalam surat itu.

Jessika sedikit gemetar, ia takut jika Renjana mengetahuinya. Ia sadar jika apa yang ia lakukan salah, tapi Jessika pun mencintai Hendra dan tak bisa melupakannya.

Tanpa mereka sadari, ada wajah yang tersenyum melihat keterkejutan di wajah keduanya. Dibalik pintu, seseorang tersenyum mengetahui jika Hendra akan merasakan gelisah.

"Siapa yang melakukan ini, Mas?" Jessika gemetar, lalu kembali membuka pintu dan melihat keluar.

Namun pelayan wanita itu sudah pergi dan tidak ada di sana, membuat Jessika dan Hendra berfikir jika Renjana yang sudah melakukan semuanya.

"Apa ini Mbak Renjana?"

"Tidak mungkin, dia tidak tahu tentang kita."

"Lalu?"

"Sudahlah, mungkin hanga orang iseng." tutur Hendra berusaha menenangkan Jessika.

Niat ingin berliburan, dan menikah secara diam-diam. Tidak mereka duga akan mendapat kejutan dati surat yang menyebutkan nama Renjana.

***

Tempat ramai beraroma segar, terlihat pemandangan indah di samping taman. Duduk dua wanita cantik yang sedang berwajah sendu.

Wanita berhijab yang begitu cantik, anggun. Namun raut wajahnya tidak berseri dan tampak muram.

Renjana dan Jasmin, mereka sudah duduk di Caffe Sof yang bernuansa dinamik..

"Lalu apa tujuan kamu sekarang?" tanya Jasmin ditengah kegundahan Renjana yang sedang bergelut fikiran dan hatinya.

Renjana hanya menggeleng lemah, ia masih tak dapat berfikir dengan perasaannya yang masih berkecamuk memikirkan Hendra saat ini.

"Aku sudah bilang sejak dulu, Hendra tidak sungguh-sungguh mencintai kamu. Aku sudah sering mengingatkan kamu, agar membuka mata kamu. Mereka tidak tulus menerima kamu!" tandas Jasmin dengan wajah kesal.

Iya, Jasmin selama ini selalu mengingatkan Renjana. Tapi Renjana tak pernah berfikir hal buruk apa pun pada ibu dan suaminya.

Tapi sekarang, ia dapat melihat perbedaan sejak dua bulan lalu. Safira dan Hendra seolah tak lagi menghargainya.

"Aku sudah putuskan, aku akan pergi dan aku yang akan menggugat cerai. Tapi sebelum itu, aku harus menghubungi Papa. Untuk mencabut semua kerja sama bersama PT Aksara."

"Ide bagus, biarkan Hendra hidup tanpa adanya bantuan dari orang tuamu lagi."

"Mas Hendra tidak tahu, jika PT Kusuma itu Kantor ayahku." ujar Renjana yang membuat Jasmin menganga.

"Tutup mulut mu, Jasmin. Jangan biarkan lalat masuk, lebar sekali kamu membuka mulut!" ketus Renjana yang membuat Jasmin seketika menutup mulutnya.

"Apa... PT Kusuma itu Kantor Papa kamu?" Renjana mengangguk.

Renjana sengaja menyembunyikan semuanya, dari suami dan mertuanya. Ia ingin melihat ketulusan Hendra dan keluarganya.

Selama ini Hendra memang tak mengecewakannya, tapi kata-kata di taman yang ia dengar dari vidio Jasmin. Sudah membuktikan jika selama ini Hendra hanya menjadikannya sebagai istri disaat ia kesepian.

"Maafkan aku, Jas. Aku terpaksa membohongi kalian semua."

"Aku sudah tahu, maaf sejujurnya aku tak percaya awal aku tahu kamu anak seorang pengusaha. Tapi...."

"Tapi apa? Dan siapa yang memberi tahu kamu?"

"Ehmmm... Aku sudah tahu sejak lama, Ren. Tapi aku kira dia bergurau, jadi selama ini aku fikir kamu memang anak seorang sederhana seperti Om dan Tante. Karena aku lihat orang tua kamu tidak terlihat mewah."

"Aku bertanya, siapa yang memberi tahu kamu tentang aku. Karena tidak ada yang tahu siapa aku, selain...."

"Apa jangan-jangan...."

Bruuk...

"Maaf, saya tidak sengaja!"

Jasmin dan Renjana berbalik, menatap seorang pria yang tengah meminta maaf pada seorang pelayan.

Lagi Renjana menatap pria itu dengan tatapan tak enak, ia membuang pandangan kala ia melihatnya.

"Tidak apa, maaf karena saya baju Anda kotor."

"Tidak papa, biar saya bersihkan sendiri." Ia pun beranjak dan melangkah menuju kedu wanita yang sedang duduk dengan wajah gelisah.

Senyum dari sudut bibirnya merekah, menatap Renjana yang berhijab dan tampak sangat cantik dimatanya.

"Permisi... Boleh aku duduk di sini?"

"Maaf Jas, aku harus pergi."

Tanpa menunggu jawaban Renjana pergi, ia melangkah dengan hati gelisah dan detak jantung yang bertalu.

'Maafkan aku, Mas. Aku tidak bisa bertemu denganmu dalam keadaan seperti ini!'

Related chapters

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   Mengenang masalalu

    ***Renjana berkata lirih didalam fikirannya, ia seakan tak ingin menghadapi pria yang bertahun-tahun lamanya meninggalkan dia.Entah apa yang Renjana rasakan, hatinya seolah menolak membenci tapi ia tak ingin bersitatap dengannya.Iya, Renjana sama sekali tak ingin banyak bicara dengan Ardiyan. Rasa sakit itu seolah kian bertambah, ia bersalah di dalam segalanya."Renjana, tunggu!" seru Ardiyan memanggilnya.Renjana pun menghentikan langkahnya, dengan perasaan yang berusaha ia tahan."Apa kamu membenciku?" ujarnya dengan wajah sendu.Renjana mendongak, menatap pria berwajah tampan dengan kumis tipis. Rambutnya yang sengaja dirapihkan membuat Renjana kembali mengingat Ardiyan di masalalunya.Hati Renjana berpacu, kilas bayangan dimana mereka bersama dulu seolah kembali datang."Mas, aku---""Aku tahu masalah kamu dan suami kamu, Renjana. Dan aku tahu di mana mereka sekarang." mata Renjana membulat mendengar kata-kata Ardiyan."Dimana mereka? Mengapa Mas, tahu?""Ren, aku sudah satu ta

    Last Updated : 2024-10-11
  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   Sebuah Foto Kiriman

    ----Mataku rasanya memanas, genangan anak sungai seakan hendak jatuh. Aku mencoba menahan rasa sesak di dada, namun semakin ku tahan tubuhku rasanya bergetar.Aku tidak yakin, tapi apa yang ku lihat sangat nyata...Suamiku, dia Bersama Jessika di sebuah hotel. Meresa terlihat mesra, bahkan perlakuan Mas Hendra begitu berbeda.BruukTak terasa benda pipih ditanganku terjatuh, tanganku seakan tak bertenaga. Rasa sesak itu kian terasa, aku benar-benar tidak menyangka. Mas Hendra benar-benar melakukan ini dibelakangku."Kuat Renjana, kamu pasti kuat!" ku usap butir bening yang sudah membasahi kedua pipiku.Dengan rasa sakit di hatiku, aku putuskan untuk melihat sejauh mana kamu bisa melakukan ini Mas.Mungkin ini sudah jalan dan ketentuan Tuhan, aku harus melepaskan pria seperti mu.Keteguhanku untuk bertahan kini hancur, bahkan hatiku seakan tak berbentuk karena ulahmu. Baiklah, akan aku ikuti permainanmu, Mas.{Besok aku akan datang, tunggulah di sana!} dengan perasaan hancur, ku balas

    Last Updated : 2024-10-12
  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   Sindiran Mertua

    ****Aku berbalik memutarkan tubuh, terlihat ibu mertua sedang berdiri bersama putrinya adik Mas Hendra yang paling kecil.Anjani, anak ibu yang bungsu sedang berdiri menatapku dengan sinis. Kenapa... Tidak ada tatapan yang begitu enak ku lihat dikeduanya, mereka berubah seketika.Anjani pun tidak biasanya bersikap sombong seperti ini, dan suara yang ku dengar adalah suaranya."Ada apa, Bu?" tanyaku menatapnya.Aku tidak akan menangis lagi, aku akan melawan mereka meski kemungkinan itu bukan hal yang seharusnya aku lakukan."Mbak, harusnya Mbak menyiapkan makanan. Ini udah sore kok malah enak-enakan diluar." ujarnya ketus."Jani, kenapa kamu bicara seperti itu sama Mbak?" tanya penasaran."Mbak, kan tahu tidak ada lagi yang mengharapkan Mbak di rumah ini. Jadi buat apa lagi aku harus pura-pura nerima Mbak. Dari dulu Mbak itu hanya benalu di sini!""Anjani... Kamu---""Apa yang di katakan Anjani itu benar, Renjana. Saya sudah bilang cepatlah kamu bercerai dengan Hendra!""Bu... Ini rum

    Last Updated : 2024-10-12
  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 11

    ****Aku berbalik memutarkan tubuh, terlihat ibu mertua sedang berdiri bersama putrinya adik Mas Hendra yang paling kecil.Anjani, anak ibu yang bungsu sedang berdiri menatapku dengan sinis. Kenapa... Tidak ada tatapan yang begitu enak ku lihat dikeduanya, mereka berubah seketika.Anjani pun tidak biasanya bersikap sombong seperti ini, dan suara yang ku dengar adalah suaranya."Ada apa, Bu?" tanyaku menatapnya.Aku tidak akan menangis lagi, aku akan melawan mereka meski kemungkinan itu bukan hal yang seharusnya aku lakukan."Mbak, harusnya Mbak menyiapkan makanan. Ini udah sore kok malah enak-enakan diluar." ujarnya ketus."Jani, kenapa kamu bicara seperti itu sama Mbak?" tanya penasaran."Mbak, kan tahu tidak ada lagi yang mengharapkan Mbak di rumah ini. Jadi buat apa lagi aku harus pura-pura nerima Mbak. Dari dulu Mbak itu hanya benalu di sini!""Anjani... Kamu---""Apa yang di katakan Anjani itu benar, Renjana. Saya sudah bilang cepatlah kamu bercerai dengan Hendra!""Bu... Ini rum

    Last Updated : 2024-10-14
  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 12

    Safira dan Danendra terkejut mendengar suara berat yang datang tiba-tiba dari belakangnya. Mulut Safira terbelalak denan mata terbuka, kedua terkejut melihat Hendra sudah berdiri bersama Jessika di belakangnya.Dengan perasaan tak karuan Safira mencoba tenang, lalu mengukir senyum di bibirnya."Hendra, kalian sudah pulang? Kok cepet banget?" Safira menghampiri dan acuh akan pertanyaan Hendra yang barus aja di layangkan."Dimana Renjana, Bu?" tanya Hendra sedikit menaikan nada bicaranya."Mas,""Kamu duduk dulu, kasian Jessika capek." dengan wajah kesal Hendra masuk kedalam rumah.Ia lari menuju kamar dan langsung mencari Renjana.Jessika yang melihatnya terlihat heran akan sikap Hendra, ia pun menatap Safira yang hanya di balas dengan gelengan kepala."Mas, kamu cari siapa?" Jessika menghampirj dan bertanya dengan wajah sedikit kesal."Bu, dimana Renjana? Kenapa kamarnya kosong?" tanpa hirau akan pertanyaan Jessika, Hendra lebih bertanya pada ibunya untuk menanyakan Renjana."Renjana.

    Last Updated : 2024-10-14
  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 13

    ****Renjana dan Ardiyan menoleh, Bisma yang tengah berjalan mengurungkan niatnya melihat Renjana dan Ardiyan sedang tertawa.Bisma adalah teman lama ayah Renjana, ia tinggal di rumah yang tidak jauh dari rumah Renjana saat ini."Pak Bisma... Bapak di sini?" tanya Renjana sambil berdiri menyodorkan tangan untuk bersalaman."Iya, rumah saya di ujung jalan sana. Kamu di sini? Inikan rumah....""Iya Pak, saya mengisi lagi rumah lama ini." sahut Renjana cepat."Apa Hendra tahu? Dan ini... Ardiyan anda di sini?" wajah Bisma terus melirik keduanya dengan perasaan penuh tanya.Melihat Renjana dan Ardiyan sedang duduk berdua, dan ..."Saya sedang ada pekerjaan Pak, Renjana ingin kembali ke Kantor dan memulai lagi semuanya dari Nol." pungkas Ardiyan yang membuat Renjana menatapnya canggung.Mulutnya sedikit menganga mendengar apa yang di katakan pria disampingnya."Apa... Benarkah itu Renjana, Ayah mu pasti sangat senang mendengar itu.""Pak Bisma, tolong jangan bicarakan ini kepada siapa pun

    Last Updated : 2024-10-14
  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   14

    ****"Apa ini?" tanya Hendra."Tidak tahu, tadi katanya ini untuk kamu. Dibuka barangkali penting." titah Jessika menyarankan.Hendra pun kembali masuk dengan tangan membuka kertas tersebut, ia keluarkan seutas kertas yang diawali dengan 'PENGADILAN AGAMA JAKARTA'"Pengadilan Agama.... Apa ini?" gumamnya.Perlahan ia membaca setiap kata dan tulisan yang nampak dimatanya, hatinya sedikit terkejut kala sebuah nama Arunika Renjana menggugat cerai dirinya."Bren-sek! Berani sekali Renjana menggugat cerai, aku. Kenapa dia tiba-tiba mengirimkan ini?" pekik Hendra melemparkan kertas berwarna putih ditangannya.Kertas itu jatuh dan Jessika mengambilnya, wajah Jessika tersenyum melihat gugatan cerai yang diajukan istri Hendra."Mbak Renjana menggugat cerai? Kenapa Mas?""Aku tidak tahu, kamu tahu sendiri saat kita pergi Renjana tak bicara apa pun.""Tidak mungkin jika Mbak Renjana pergi tanpa alasan, apa jangan-jangan....""Jangan-jangan apa?""Dia punya---""Ada apa kalian ribut-ribut, Hen? K

    Last Updated : 2024-10-19
  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 15

    ****Ehem....Aku berdehem, tubuh itu berbalik dan menatapku dengan tersenyum."Gimana kabar kamu, Renjana?" sapanya sambil menyodorkan tangan.Mas Ardiyan, kenapa dia datang ke sini... Bukankah aku sudah melarangnya menemui saat itu?"Untuk apa kamu ke sini, Mas?" jawabku dengan ketus.Dua tahun sudah aku mencoba menghindarinya, dan pergi tanpa mengabari apa pun. Sejak perceraianku dengan Mas Hendra, aku mencoba sadar akan kekuranganku.Aku juga tidak mau, terlalu berlebihan karena tidak ingin dikatakan sebagai wanita murahan. Tidak mungkin setelah bercerai aku berdekatan dengan pria lain."Renjana, tiga tahun sudah kamu bercerai aku ingin melamar kamu!" Mataku membulat sempurna, mendengar kata-katanya."Tidak Mas, aku tidak pantas untuk kamu! Carilah wanita yang lebih baik dan sempurna, jangan kamu terus mencari aku." tolakku dengan lemas.Aku senang, karena pria yang pernah mengisi hatiku dulu ia kembali. Tapi... Aku sadar siapa aku, tidak pantas menjadi istri pria sebaik Mas Ardi

    Last Updated : 2024-10-19

Latest chapter

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   TAMAT

    -----"Bayu sudah meninggal, ia kecelakaan setelah menikah kesekian kalinya. Ibu mendengar kabar ini dari Linda, Papa kamu sudah nggak ada," isak Safira menjelaskan tentang ayah kandung putranya.Hendra terdiam, tatapannya nanar mengingat sang ayah yang ia akui sebagai ayahnya ternyata hanya orang asing.Dan ia pun menginginkan pertemuan dengan Bayu, tapi kabar yang ia dengar sangat menyakitkan."Bu, kita harus minta maaf sama Renjana, Ibu sudah kelewatan menyakiti dia." tutur Hendra.Safira menatapnya, ada benarnya apa yang dikatakan Hendra. Ia menyesali perbuatannya, tadinya ia hanya niat menggertak, agar Renjana segera hamil dan berusaha lebih baik lagi. Tetapi, sikapnya malah membuat Renjana pergi.Yang semakin membuat Renjana sakit, ia memfitnahnya dengan menyatakan tes palsu hasil dokter padanya."Kamu benar, Dra. Ibu minta maaf karena sudah menyakiti Renjana, selama ini Ibu salah sudah menyianyiakan dia." lirihnya dengan berderaian air mata."Besok kita kesana, Bu. Aku juga ma

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   Bab 34

    ***"A-aku sudah pergi dari rumah Mas Hendra. Dia bangkrut Mbak, dan Papa dia pergi dari rumah dan menceraikan Ibu. Maafin aku, Mbak. Selama ini aku buta karena mencintai pria beristri."Renjana menarik napasnya dan, "sudahlah Mbak, semua sudah berlalu. Saya dan keluarga sudah bahagia, apa lagi saya sudah memiliki seorang putri." ucapnya sambil menatap Reyana."Masih punya muka kamu, datang ke rumah saya setelah membuat hancur kehidupan putri saya?" celetuk Zia."Bu sudah, dia sudah mendapat balasan dan Mas Hendra... Dia sudah kehilangan segalanya, perusahaannya, semua sudah kita ambil alih. Mas Hendra sudah tidak punya apa-apa," Renjana menenangkan ibunya."Dan Ibu tahu, Mas Hendra ... Dia, di nyatakan mandul dan...." sambungnya gugup dengan mata melirik Ardiyan.Jessika yang mendengar cerita Renjana makin tak percaya, jika perusahaan suaminya benar-benar milik Renjana."Kenapa?""Papa sudah menikah lagi, dan apa Ibu tahu Mas Hendra bukan anak Papa?" mata Zia membulat.Jessika tertun

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 33

    ****"Apa ini," ucapku sambil mengambil benda tersebut.Ternyata sebuah cincin yang bermata biru, ini adalah cincin pemberian Mas Hendra dulu, saat aku akan pergi ke luar kota.Cih, ini malah makin membuatku muak. Membayangkannya saja rasanya malas, andai aku tahu dia miskin dan mandul mana mau aku menjadi istrinya. Merebut pula dari Renjana, dan akhirnya apa yang aku dapat sekarang.Hanya kesia-siaan, tiga tahun lamanya bertahan bersama pria cacat. Iya, bagiku dia cacat karena tak bisa membuatku hamil. Tetapi dengan angkuhnya dia mengatakan jika Renjana yang mandul.Malu sekali, aku membanggakan pria cacat pada semua orang, tapi kenyataannya aku sendiri yang malu."Bu, ini karena aku tak mendengar nasehat mu," aku berkata lirih.Orang tuaku melarang hubunganku dengan Mas Hendra, alasannya saat itu karena Hendra beristri. Namun, aku tetap memaksa karena aku mencintainya.Tetapi sekarang, mengingatnya saja aku menolak.Mataku sudah sangat berat, lelah sekali rasanya setelah membenahi r

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 32

    ****"Adriyan, apa ini?" tanya Zia sambil membuka lembaran kertas di tangannya."Buka, Bu."Zia membukanya, tapi matanya seketika membulat saat melihat sebuah foto yang menunjukkan wajah seorang pria sedang memeluk seorang wanita."Astagfirullah... Adriyan apa ini?" pekiknya dengan tangan gemetar."Kenapa, Bu?" Adriyan mengambil kertas di tangan mertuanya.Ia pun ikut terkejut, melihat wajahnya berada di sana. Yang semakin membuatnya terkejut, ia sedang memeluk Vega."Astaga... Apa ini, kenapa ada foto seperti ini?""Harusnya Ibu yang tanya, apa itu?"Ardiyan menggeleng, "tidak Bu, ini bukan aku. Percayalah,""Yaallah, Renjana ...,"Adriyan mengepalkan tangan, ia tidak tahu mengapa Vega melakukan ini. Padahal ia tahu jika mereka terakhir bertemu beberapa tahun lalu, dan Adriyan pun bukan tipe pria yang mudah dekat dengan wanita.Tanpa banyak bicara Adriyan pergi, ia menghubungi seseorang untuk mencari tahu semuanya. Meski tidak habis fikir dengan apa yang di lakukan Vega, tapi menurut

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 31

    *****''Mas,'' suara merdu dengan senyum di bibirnya yang ranum itu memanggilnya.Ia menghampiri dengan wajah bahagia sambil mengusap wajahnya yang berlinangan air mata, Vega namanya. Wanita yang tengah mengamuk di depan kantor Adriyan.''Vega, ada apa kamu ke sini?" tanya Ardiyan.''Aku mau kamu tanggung jawab, Mas!" suara lantang dengan wajah sendu menatap nanar manik hitam miliknya.''Tanggung jawab? Apa maksudnya?"''Aku hamil... Aku hamil anak kamu, Mas!'' ucapnya dengan lantang.Wajah semua orang memandang Ardiyan dengan tatapan penuh tanya dan terkejut. Tatapan mereka semua memandang Ardiyan dengan penuh tanda tanya.''Cukup Vega... Jangan lagi berkata hal yang akan membuat saya murka. Pergi dan jangan membuat keributan dengan bicara hal yang tidak-tidak, aku tidak pernah melakukan apa yang kamu tuduhkan.'' hardik Ardiyan dengan wajah merah padam menahan amarah.''Kenapa Mas, kenapa kamu mau enaknya saja? Kenapa tidak mau bertanggung jawab, ini anak kamu, Mas.''''Aku sudah ber

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   Bab 30

    ****"Pah,""Kenapa Fira? Apa kamu bingung menjelaskan semuanya pada Hendra? Biar aku jelaskan, biar aku yang bicara!" Danendra berdiri diambang pintu dengan wajah datar dan dingin."Cukup Pah, aku mohon ja-jangan bilang apa pun sama Hendra. Kamu Ayahnya dia, Pah." ucap Safira terbata sambil mendekati Danendra.Danendra hanya tersenyum sambil menatap tajam wanita yang menatapnya iba."Bayu adalah Ayah kamu, Hendra. Ibu mu menikah denganku setelah ia hamil tiga bulan! Safira sama sekali tidak pernah aku sentuh, sekali pun!" Danendra berkata tegas kepada Hendra dan Safira.Hendra terperangah dengan wajah terkejut dengan bola mata yang membulat. Iya menatap Safira dengan rasa tak percaya.Pandangannya berputar kepada Safira dan Danendra, Iya tak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya."Ini tidak benar kan Bu, Ini semua tidak benar!" pekik Hendra."Maafkan Ibu, Dra. Maafkan Ibu,""Lalu di mana, Ayahku?" tanya Hendra.Safira menggelengkan kepalanya, Iya tidak tahu harus menjawab apa.

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 29

    **** "Pah," "Kenapa Fira? Apa kamu bingung menjelaskan semuanya pada Hendra? Biar aku jelaskan, biar aku yang bicara!" Danendra berdiri diambang pintu dengan wajah datar dan dingin. "Cukup Pah, aku mohon ja-jangan bilang apa pun sama Hendra. Kamu Ayahnya dia, Pah." ucap Safira terbata sambil mendekati Danendra. Danendra hanya tersenyum sambil menatap tajam wanita yang menatapnya iba. "Bayu adalah Ayah kamu, Hendra. Ibu mu menikah denganku setelah ia hamil tiga bulan! Safira sama sekali tidak pernah aku sentuh, sekali pun!" Danendra berkata tegas kepada Hendra dan Safira. Hendra terperangah dengan wajah terkejut dengan bola mata yang membulat. Iya menatap Safira dengan rasa tak percaya. Pandangannya berputar kepada Safira dan Danendra, Iya tak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya. "Ini tidak benar kan Bu, Ini semua tidak benar!" pekik Hendra. "Maafkan Ibu, Dra. Maafkan Ibu," "Lalu di mana, Ayahku?" tanya Hendra. Safira menggelengkan kepalanya, Iya tidak tahu

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 28

    ---- Warga berkerumun melihat pria yang sedang tertatih, kakinya sedikit luka karen terkena goresan aspal. Hendra, ia yang sedang berjalan setelah menepikan mobilnya keserempet mobil yang melaju dengan kencang. "Pak, apa anda baik-baik saja?" tanya seorang pria berbadan tambun. "Tidak apa, Pak. Saya baik-baik saja, terimakasih sudah bantu saya." jawab Hendra dengan mulut yang meringis. "Tapi mobilnya lari, Pak," "Tidak apa," "Mari saya bantu," Hendra di bawa kepanggil jalan, untuk di bantu mengobati kakinya. Saat ia hendak duduk, pandangannya tiba-tiba melihat sosok pria yang sedang menatapny. Hendra yang hendak duduk itu urung dan kembali melangkahkan kakinya, ia berjalan menuju Danendra yang menatapnya. Danendra diam tanpa mau menghampiri putranya, melihat Hendra seakan melihat Safira di matanya. "Pah," panggilnya lirih. Danendra tak menjawab, justru ia berbalik hendak pergi meninggalkannya. Tapi Hendra mencegah dan berkata, "Pah, Ibu ingin Papa pulang. Saya

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 27

    *** "Aku...." "Kenapa, kenapa mikiran Renjana?" sentak Jessika. "Ehh, bukan gitu bukan.... Aku hanya---" "Lebih baik kalian pergi, di sini tidak ada yang memerlukan kalian." tukas Zia dengan sinis. Jessika mendelik, ia hendak menjawab kata-kata Zia, tapi Hendra lebih dulu menarik tangannya. Hendra sadar jika ia memiliki harapan untuk memiliki anak bersama Renjana, tapi justru Ardiyan yang memenuhi harapan itu. "Kamu apa-apaan sih, Mas." ketus Jessika. "Sudah jangan bicara apa-apa lagi, aku tadi mendengar teriakan dia jadi aku ingin melihatnya." "Kenapa, khawatir?" "Jess bukan begitu, aku tidak pernah melihat Renjana kesakitan seperti ini." "Kenapa kamu peduli, bukannya nggak pernah mencintai dia? Apa jangan-jangan---" "Sudah jangan terlalu berlebihan, ayok masuk kita nunggu di dalam." Pertengkaran terpaksa berhenti dengan wajah Jessika yang masam. Hendra hanya membiarkan istrinya, ia tak mau mengambil pusing sikapnya. Tapi ia tak mengerti seolah hatinya se

DMCA.com Protection Status