Hidup lagi ngenes-ngenesnya karena baru putus cinta eh malah kesandung cinta dokter brondong, mana wajahnya semanis lapis legit. "Aku akan menyembuhkan luka hatimu, Mbak. Cukup bayar aku dengan hatimu dan sepotong lapis legit tiap hari."
Lihat lebih banyakNirmala menatap ke sekelilingnya dengan pandangan pias, orang-orang mulai berdatangan dan berbisik-bisik. Tentu saja kamu mereka biasanya tenang dan damai jarang sekali ada kejadian yang menghebohkan. Dan itu pun hanya seputar maling yang tertangkap warga saat mencuri atau tikus sebesar anak kambing yang nekat masuk rumah warga. Dan kali ini kedatangan wanita itu pasti sangat menggelitik rasa ingin tahu mereka apalagi posisi wanita itu yang berlutut di hadapan Nirmala dengan tangis yang berderai, pasti semua orang mengira bahwa Nirmala merebut suami orang dan istrinya sekarang datang memohon padanya. Ditambah lagi semua tetangganya sudah tahu tentang kabar pertunangannya dengan Radit, laki-laki tampan yang kaya raya, dan pastinya usianya jauh di bawah Nirmala, lengkap sudah penderitaannya.“Mbak, Mbaknya bangun dulu kita bicara di dalam saja.” Gita yang sejak tadi berdiri di samping Nirmala juga ikut membujuk, tak enak rasanya menjadi bahan tontonan warga sekitar. Dia memandang adi
Seperti hari-hari sebelumnya pagi ini Nirmala sudah disibukkan dengan berbagai tepung dan bahan pembuatan kue. Dengan adanya tiga orang tambahan, membuat Nirmala bisa bernafas dengan lega. dia tak perlu lagi menolak pesanan karena dirasa masih mampu mengerjakannya. Tapi semangat Nirmala untuk terus bereksperimen dengan berbagai jenis kue tak pernah pudar. Dan sekarang dia malah mempunyai banyak waktu untuk melanjutkan hobinya itu. Apalagi menjelang hari pertunangannya, dia semakin sibuk saja di dapur baik Mbak Gita maupun budhe sudah melarang Nirmala ke dapur tapi yang namanya Nirmala tetap saja keras kepala.“Aku bertanggung jawab dalam produksi kue tokoku bagaimana mungkin aku tak ke dapur,” kata Nirmala suatu hari saat Gita datang berkunjung dan melihatnya yang sudah bermain dengan bahan-bahan kesayangannya itu di dapur.“Ya paling tidak kamu kurangi, buat apa kamu bayar tiga orang karyawan kalu ujung-ujungnya kamu sendiri yang harus turun tangan.”“Aku cuma bantu, Mbak biar cepa
Siang ini matahari memang tidak bersinar terlalu terik, meski tak hujan, tapi awan kelabu sudah mulai berjalan-jalan, menemani burung-burung yang terbang mencari makan. Siang ini memang tak terlalu panas tapi tidak demikian dengan suasana hati Nirmala, wanita itu sudah setengah jam mondar mandir di depan sebuah butik ternama, tangan kanannya memegang ponsel lalu menempelkannya ke telinga begitu dari tadi tapi tak ada jawaban dari seseorang yang dia hubungi di seberang sana. “Kemana orang ini, katanya bisa datang kenapa sekarang tak menjawab telepon?” keluhnya kesal. “Sudah jawab, La?” “Belum, Ma.”“Coba hubungi terus, kemana anak itu katanya bisa datang kok nggak ada kabar.”Nirmala tak bisa menjawab pertanyaan yang sama juga sudah dia tanyakan berkali-kali tapi hanya semilir angin yang menjawab. Dia kembali sibuk menelepon lagi. “Kamu ada nomer perawat yang membantunya? Mungkin sa
“Ayo turun, La.” tanpa diminta dua kali Nirmala langsung turun dari dalam mobil, dia berniat membantu sopir Bu Lastri untuk mengangkat barang belanjaan mereka tapi, laki-laki itu melarangnya jadi Nirmala hanya mengikuti Bu Lastri dari belakang.Rumah ini masih tetap sama seperti beberapa waktu lalu saat dia pertama kali datang kesini, asri dan elegan. Dan satu hal yang selalu dirasakan Nirmala saat memasuki rumah ini adalah misterius, entah mengapa dia merasa kalau rumah ini banyak menyimpan misteri di dalamnya.Mungkin karena ini rumah kuno, yang banyak menyimpan rahasia para pendahulunya.“Ayo masuk.” suara Bu Lastri menyadarkan Nirmala tujuannya datang ke rumah ini. Setelah membeli semua perlengkapan seserahan tadi Nirmala memang diminta ikut ke rumah Bu Lastri, beliau bilang ada sesuatu yang ingin dia berikan pada Nirmala dan sekalian membicarakan rencana pernikahannya. Bagaimanapun mereka tak bisa mengandal
Berbelanja dengan Radit memang sangat menyebalkan, tapi siapa mengira berbelanja dengan Emak Radit jauh lebih menyebalkan apalagi Nirmala tak bisa seenaknya mengeluh dia harus tetap tersenyum meski hatinya dongkol. Bagaimana tidak Nirmala harus rela berputar-putar tak tentu arah, bukan karena mereka nyasar seperti saat bersama Radit, bu Lastri jelas sering berbelanja di mall ini karena beliau sangat hafal letak toko-toko yang menjual barang yang diinginkan tapi di sinilah permasalahanya.“Kita cari tas dulu, La.” “Memang lamaran perlu tas juga, Bu bukannya cukup pakaian saja?”Bu Lastri berhenti dan memandang Nirmala sejenak lalu berkata, “mulai sekarang jangan panggil Bu tapi panggil Mama sebentar lagi kamu juga akan jadi anak mama jadi biasakan dari sekarang.”Nirmala tertegun memandang Bu Lastri dengan seksama, apakah Bu Lastri memang menerima dia sepenuhnya sebagai pendamping anaknya. Selama ini Ibu Radit me
“Bukannya kamu mau kerja kenapa ke sini?” tanya Nirmala yang heran melihat Radit mengajaknya turun di sebuah mall.“Masih ada waktu dua jam lagi,” kata Radit. “ Yuk turun.”Nirmala menghela nafas, kenapa Radit suka sekali mengambil keputusan sendiri, kalau memang mereka mampir ke sini untuk makan, lebih baik mereka mampir di warung makan atau café saja, lebih praktis mereka tak perlu berkeliling, apalagi mall yang mereka kunjungi terlihat penuh.Dia yang bukan wanita yang hobi ngemall tentu saja sangat tidak tertarik dengan konsep ini.“Kalau cuma mau makan kenapa nggak di resto saja lebih praktis, atau bisa aku masakin di rumah kamu, biar kamunya nggak telat nanti.” “Kita nggak cuma makan di sini, dan aku nggak mau kita berdua ada di rumahku sebelum sah ya, tar yang ketiganya setan.” Pipi Nirmala memerah mengingat momen saat mereka berdua di rumah Radit dulu. Aish kenapa diingatkan sih Nirmala kan jadi malu.
“Kita akan kemana?” tanya Nirmala siang itu Radit menjemputnya di toko, laki-laki itu sepertinya baru pulang dari rumah sakit.“Ikut saja, aku nggak punya banyak waktu setelah ini aku harus kembali ke rumah sakit,” kata Radit dengan datar. Nirmala memandang Radit dengan tatapan bingung baru kemarin laki-laki ini bertingkah sangat romantis dengan memberikannya sebuket bunga, kenapa sekarang berubah dingin. “Ada apa, kamu baik-baik saja? Apa aku ada salah sama kamu ?” tanyanya lembut“Yah semua baik-baik saja.” Hanya itu jawaban Radit yang sangat bukan Radit sekali ataukah Nirmala memang belum mengenal Radit.Benaknya berputar mencari-cari apa alasan Radit bersikap begini padanya, tapi kepalanya sampai pusing tetap tidak menemukan jawaban.Diliriknya Radit yang mengemudi dalam diam, pandangan laki-laki itu lurus ke depan, tidak ada tawa atau Radit yang jahil menggodanya.Entah kenapa ha
Nirmala menahan nafasnya saat sebuah mobil berwarna hitam memasuki halaman rumahnya, dia jelas sangat hafal mobil itu.Minggu pagi yang cerah ini dia habiskan dengan membenahi tanamannya yang sudah seabad rasanya tidak dia tengok, jadi mumpung ada waktu luang Nirmala bermaksud menyapanya.Senyum mengembang di wajah yang beberapa hari ini murung, “akhirnya dia datang,” ucapnnya lirih.Tapi senyum itu kemudian surut saat menyadari penampilannya saat ini dia hanya memakai celana selutut yang sudah pudar warnanya, dipadukan dengan kaos oblong yang terlalu besar untuk tubuhnya yang mungil, dan jangan lupakan warnanya yang sudah tidak jelas antara putih dan kuning. Belum lagi rambutnya yang hanya dicepol asal dengan sumpit yang dia temukan di meja makan. Nirmala hanya berharap mukanya terbebas dari minyak yang berlebih, dan oh ya matanya semoga tak ada kotoran di sana. Nirmala menyesal sangat menyesal kenapa hari ini
Nirmala kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Dia membuat kue seperti biasa, lalu menjualnya seperti biasa. Makan dan minumpun seperti biasa, semuanya seperti biasa hanya satu yang tidak biasa dalam kehidupannya beberapa hari ini yaitu hubungannya dengan Radit. Setelah kejadian di rumah Radit waktu itu mereka sepakat untuk saling memberi ruang. menata hati masing-masing. Tak dapat dipungkiri selama hampir dua bulan hubungannya berjalan, laki-laki itu mampu memberikan warna lain dalam hidupnya yang suram. Dan Nirmala baru menyadari ada perasaan kehilangan saat Radit tak menampakkan batang hidungnya selama beberapa hari atau saat laki-laki itu tak sesering dulu mengirimkan pesan padanya. Selabil itu perasaan Nirmala saat ini memang.Bahkan Nia yang belum tahu tentang hubungan sang kakak terkena imbasnya juga. Ada saja hal yang salah yang dilakukan Nia di mata Nirmala.“Label namanya di tengah, Ni kenapa kam
“Jangan khawatir, ibuku pasti akan menerimamu sebagai menantunya, kalian pasti akan cocok.” Bisma menggenggam tangan Nirmala yang terasa dingin memasuki rumah mewah keluarganya. “Ma, kenalkan ini Nirmala.” Nirmala berusaha tersenyum semanis mungkin dan mengulurkan tangannya, tapi sampai tangan Nirmala pegal hanya lirikan sinis yang dia terima, “Ma,” tegur Bisma pada sang mama tapi wanita itu hanya menatap Nirmala dengan pongah. “Anak saya punya pekerjaan dan masa depan yang cerah, kamu pasti berusaha sangat keras untuk mengimbanginya.”Setelah apa yang terjadi lebih dari satu bulan yang lalu, dalam mimpipun Nirmala tak pernah membayangkan kalau akan didatangi wanita paruh baya masih cantik itu, sejak awal wanita itu memang tak ramah padanya yang hanya tukang kue. Saat itu Nirmala hanya sedikit heran ibu yang diceritakan Bisma dan wanita yang ditemuinya yang dikenalkan Bisma sebagai ibu memiliki sifat yang berbeda,masih berusaha berpikir positif mungkin saja ibu Bisma memang tak ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen