Hidup lagi ngenes-ngenesnya karena baru putus cinta eh malah kesandung cinta dokter brondong, mana wajahnya semanis lapis legit. "Aku akan menyembuhkan luka hatimu, Mbak. Cukup bayar aku dengan hatimu dan sepotong lapis legit tiap hari."
View MorePagi-pagi sekali Radit sudah menghubungi sepupunya Agha untunglah anak itu sudah bangun,. Seminggu yang lalu Radit memang telah menanyakan, tentang toko yang diinginkan Nirmala. Meski Nirmala sendiri belum menghubunginya, bahkan seminggu telah berlalu dan Radit berpikir memang Nirmala sudah menemukan toko yang ia maksud, apalagi dengan kesibukannya akhir-akhir ini membuatnya tak bisa memikirkan hal lain.Dan di sinilah Radit sekarang di kompleks pertokoan milik Agha. Sampai satu belokan ke depan belum ada toko roti yang ada itu yang dia lihat. Tentu ini lokasi yang sangat bagus untuk membuka toko roti. Anak-anak muda yang bersekolah di dekat sini mungkin tidak terlalu suka dengan jajanan kue jadul seperti yang diproduksi Nirmala saat ini, tapi orang-orang yang menghuni gedung perkantoran di seberang jalan pasti sangat menyukainya apalagi untuk mereka yang tak sempat makan pagi.Mungkin jika nanti Nirmala setuju menyewa toko d
Rencana mereka membuka toko kue ternyata tak semudah yang mereka duga, meski modal sudah mereka kantongi tapi masih banyak printilan yang harus mereka selesaikan, diantaranya masalah sewa toko yang belum mendapat titik temu. Setiap hari Nia sudah berkeliling mencari kira-kira toko yang cocok sebagai tempat usaha mereka. Kali ini bukan Gita yang ikut bersama Nia tapi Nirmala tapi waktu yang mereka miliki sangat terbatas karena, pesanan pelanggan yang harus mereka kerjakan. Rina dan mbak Ratna belum berani mereka pekerjakan tanpa pengawasan Nirmala. Tentang saran Radit, Nirmala sudah mengatakakannya pada Nia tapi adiknya itu berpikir lebih baik mereka usaha sendiri dulu saja, tidak mengandalkan bantuan orang lain apalagi orang yang belum lama mereka kenal, dan Nirmala sangat setuju dengan pendapat adiknya. Itu pembicaraan mereka seminggu yang lalu tapi setelah tiap hari berkeliling tanya sana sini tapi belum menampakkan hasil sepertinya
Nia memasuki perkarangan rumahnya tepat pukul tiga sore, terlihat lelah luar biasa, gembolan berisi camilan hasil kulakan tadi diletakkan begitu saja di teras rumah. Dia baru saja berkeliling mencari toko yang kira-kira sesuai untuk disewa, meski dia tidak sendiri Gita menemaninya. Tapi mencari toko yang sesuai untuk bakal tokonya ternyata tak semudah yang dia bayangkan dia harus berkeliling hampir seharian, jika ada toko yang sesuai harga sewanya yang tak terjangkau. Jadilah mereka berdua berkeliling lagi, untung saja suami mbak Gita sedang libur, jadi bisa menjaga Caca di rumah.“Assalamualaikum, Mbak Nia pulang!” Nia duduk menggelosor di kursi teras. Tidak perduli Nirmala pasti akan mengomelinya yang datang-datang lalu berteriak seperti di hutan. Biarlah tar kalau capek juga berhenti sendiri.“Waalaikum salam, silahkan masuk tidak dikunci.” “Hah!” Nia sepontan bangun dari duduknya matanya yang semula tertutup menoleh kaget
Halaman depan rumah Nirmala memang tak begitu luas tapi tertata dengan baik, keberadaan taman bunga yang cantik menjadi pemandangan yang sayang untuk dilewatkan. Dulu ayahnyalah yang membuat taman itu, untuk sang istri tentu saja. Mawar dan anggrek menjadi bunga yang banyak ditanam oleh ayahnya karena ibunya penggemar berat keduanya, di sore hari sang ibu akan menyajikan teh hangat dan camilan, lalu mengajak sang ayah duduk di teras depan. Bercanda dan bertengkar kecil yang membuat hubungan keduanya sangat indah di mata Nirmala.meski Nirmala maupun Nia bukan penggemar bunga tapi mereka tetap menjaga taman itu dengan baik. Mereka merasa cinta kedua orang tuanya tak pernah mati meski jasad keduanya sudah dipeluk bumi.Dan saat ini bunga mawar yang mereka tanam telah mekar dengan indahnya.“Kamu nyolong bungaku ya,” kata Nirmala dengan pandangan menuduh. Sedangkan yang dituduh hanya melongo bodoh, tak menyangka akan kena semprot
Pemuda itu akan mampir kesini, entah mengapa Nirmala jadi sedikit salah tingkah, ya ampun memangnya dia anak SMA, usianya bahkan sudah thirty something. Nggak masuk akal banget ini pasti efek patah hati, makanya dia baper saat ada yang memujinya.“Nia pulang jam berapa?” tanya bu Lastri, mereka sudah selesai makan dan menikmati teh buatan Nirmala.“Jam sembilan kadang juga jam sepuluh, Bu,” jawab Nirmala.“Kalau pagi kamu sendirian?” bu Lastri menyesap sedikit tehnya, “kamu sudah lama jualan kue?”“Eh iya, Bu sejak ibu masih ada.” Bu Lastri ini meski bertanya dengan lembut, tapi Nirmala merasa seperti ditanya petugas polisi sebagai tersangka, bukan berarti dia pernah menjadi tersangka tapi begitulah yang sering dia lihat di tivi.“Oh maaf orang tuamu sudah meninggal dua-duanya?”“Iya bu ayah meninggal saat saya berada di tahun terakhir kuliah, sedangkan ibu menyusul dua tahun setelahnya,” Nirmala ber
Berbicara santai sambil menikmati camilan berdua memang sudah jarang mereka lakukan, kesibukan yang menggunung membuat mereka lebih memilih menghabiskan waktu santai dengan beristirahat. Kalaupun mereka berbincang itu selalu dilakakn sambil bekerja entah itu Nirmala sambil mengaduk adonan atau Nia sambil menimbang camilan yang akan mereka jual keesokan harinya.Hari-hari yang mereka lalui disibukkan dengan bekerja dan bekerja, tidak adanya orang tua membuat mereka bertekad untuk bisa hidup dengan kemampuan sendiri, masa muda yang kebanyakan gadis lain dihabiskan dengan belajar dan nongkrong bareng teman tidak bisa mereka lakukan. Waktu dengan membicarakan hal konyol berdua, sangat mahal harganya. Malam telah semakin tua, tapi kantuk belum juga menyapa, Nia bahkan sudah menghabiskan setengah toples keripik kentang, acara kesukaannyapun telah usai sejak tadi. Nirmala yang biasanya setelah tidak ada pekerjaan mengeram di kamar, kini malah menemani Nia begad
Nirmala tersenyum sambil melambai pada Caca yang masih memberengut dalam gendongan ibunya. “Kalau mama libur saja, Ca ikut ke rumah tante.” Nirmala berkata mencoba memberi pengertian pada Caca buka apa-apa kalau dia nekat membawa Caca menginap di rumahnya tanpa sang ibu, bisa-bisa tengah malam anak itu nangis mencari ibunya.“Mbak gimana Caca nangis tuh?” Nirmala memandang kasihan pada Caca yang mulai menangis.“Udah nggak papa tinggal saja habis ini juga lupa.”Nirmala melambai sekali lagi pada Caca tak tega sebenarnya, Caca yang memang suka makan kue buatan Nirmala sangat mengidolakan sang tante dan akan menangis jika ditinggal. Begitupun Nirmala yang memang pada dasarnya sangat suka anak kecil, langsung dekat dengan Caca begitu lahir. Mengobrol bersama Caca meski kadang tak dimengerti oleh anak itu adalah hiburan tersendiri untuknya, apalagi tingkah polahnya yang lucu dan menggemaskan selalu bisa membuatnya tertawa.“Lain
Nirmala sudah menyelesaikan makannya, dua piring nasi hangat amblas ke perut Nirmala, Gita sampai geleng-geleng kepala. Ini yang kata Nia tak mau makan. Herannya meski Nirmala banyak makan tubuhnya tak berubah gemuk, bahkan seingat Gita dari mulai sma tubuhnya hanya segitu tak bertambah tinggi ataupun lebar. Entah karena keturunan atau memang tiap hari dia harus kerja keras membuat kue.“Kamu ingat saat ayahmu meninggal, La?” tanya Gita tiba-tiba, membuat Nirmala yang masih mencari serpihan ayam dalam sambal mengangkat wajahnya.“Tentu saja, mbak itu salah satu hari paling buruk untukku. Kenapa mbak tiba-tiba menanyakan itu?”“Mbak tidak bermaksud mengingatkanmu pada kenangan sedih itu,” Gita memandang Nirmala sejenak lalu melanjutkan, “bagaimana perasaanmu sekarang apakah kehilangan Bisma sama sedihnya dengan kehilangan ayahmu?” tanya Gita hati-hati dia tau tak pantas rasanya menanyakan pertanyaan ini, Bisma bahkan bukan siapa-siapa Nirmala
“Baru pulang. Mbak?” jam sembilam malam Nirmala melangkahkan kaki memasuki ruang tamu rumahnya, Bisma hanya mengantarnya sampai pintu, tak ikut masuk hari sudah malam memang.“Iya, ini martabak manis buatmu, kamu nggak jadi keluar tadi?” Nirmala meletakkan bungkusan martabak yang berbau harum di atas meja makan, memperhatikan Nia sejanak yang menonton tivi, piyama berwarna hijau bergambar keropi sudah dia kenakan. Adiknya tadi mengatakan akan pergi ke acara reuni bersama teman-teman SMAnya yang diadalan di sebuah café.“Sudah, tadi pulang jam delapan.” Nirmala hanya menggangguk lalu melangkah ke dalam kamarnya.Satu bulan sudah dia menyandang status sebagai kekasih Bisma. Senyum manis selalu menghiasi wajahnya. Bahagianya jatuh cinta, apalagi Bisma adalah pacar pertama setelah dua puluh enam tahun. Sepulang mengajar Bisma biasanya mampir ke rumah Nirmala, tidak ada jadwal khusus memang sesempatnya saja, warna merah jamb
“Jangan khawatir, ibuku pasti akan menerimamu sebagai menantunya, kalian pasti akan cocok.” Bisma menggenggam tangan Nirmala yang terasa dingin memasuki rumah mewah keluarganya. “Ma, kenalkan ini Nirmala.” Nirmala berusaha tersenyum semanis mungkin dan mengulurkan tangannya, tapi sampai tangan Nirmala pegal hanya lirikan sinis yang dia terima, “Ma,” tegur Bisma pada sang mama tapi wanita itu hanya menatap Nirmala dengan pongah. “Anak saya punya pekerjaan dan masa depan yang cerah, kamu pasti berusaha sangat keras untuk mengimbanginya.”Setelah apa yang terjadi lebih dari satu bulan yang lalu, dalam mimpipun Nirmala tak pernah membayangkan kalau akan didatangi wanita paruh baya masih cantik itu, sejak awal wanita itu memang tak ramah padanya yang hanya tukang kue. Saat itu Nirmala hanya sedikit heran ibu yang diceritakan Bisma dan wanita yang ditemuinya yang dikenalkan Bisma sebagai ibu memiliki sifat yang berbeda,masih berusaha berpikir positif mungkin saja ibu Bisma memang tak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments