Gita diusir oleh kedua orang tuanya, karena tidak direstui menikah dengan Abimana. Ketika pernikahan itu terjadi, Gita menyadari kenapa orang tuanya melarang menikah dengan Abimana. Perasaan Gita makin tak karuan saat sang mantan kekasih yang ia cintai dulu terlalu banyak menawarkan bantuan bahkan juga kasih sayang. Dapatkah Gita lepas dari jeratan pernikahan dengan Abimana? Akankah Gita menerima tawaran mantan kekasihnya untuk membalas perbuatan sang suami? Ikuti kisah mereka.
Lihat lebih banyakAbimana menggeram marah ketika mendengar ucapan Sandra yang membuatnya tahu, bahwa Gita hamil dan ia tak tahu sama sekali. "Jadi, kemarin dia di rumah sakit itu, karena..." ucap Abimana terbata. Pikirannya kembali saat melihat tangan Gita yang terluka. Ia mengira, Gita menyayat nadinya karena tahu dirinya hamil anak Abimana dan ternyata Abimana sudah mempunyai istri lagi. Tentu saja hal itu membuat frustasi Gita. "Aku harus menemui Gita. Harus," putus Abimana yang hendak pergi meninggalkan Sandra sendirian. "Berhenti, Abi. Kamu gak bisa pergi gitu aja ninggalin aku! Aku juga istrimu!" larang Sandra menghalangi jalan Abimana. "Gita juga istriku, Sandra! Kamu jangan egois!" geram Abimana kesal. "Satpam! Tutup semua pintu!" teriak Sandra mengundang kedua orang tua Abimana kembali keluar dari kamar. Namun, Danu dan Sekar hanya melihat apa yang dilakukan Sandra. Bagi orang tua Abimana, uang dan perusahaan lebih penting dari cinta. "Pa, Ma. Gita hamil! Kalian akan punya cucu. Cucu ka
Roda kehidupan itu terus berputar. Tak akan ada yang tahu apa dan bagaimana hidup seseorang akan berjalan. Meski tiap orang selalu berusaha untuk hidupnya yang lebih baik, tapi terkadang hidup berjalan tak sesuai dengan yang diinginkan. Namun, ketahuilah, Tuhan-MU lebih tahu apa yang seseorang butuhkan, dan lebih tahu mana yang baik dan yang buruk untuk hambanya. Hadi sudah memanggil pengacara kepercayaannya untuk mengurus perceraian Gita dengan Abimana. Secepat mungkin ayah Gita itu tak mau kecolongan lagi dan membuat Gita dalam derita."Aku mau perceraian Gita secepatnya selesai, bisa?" tanya Hadi yang diangguki Catur, pengacaranya. "Semua berkas sudah terkumpul bersama bukti-bukti, saya tinggal memprosesnya ke pengadilan besok, Pak," jawab Catur mantap. "Kamu ingat tentang masalah yang aku ceritakan dulu?" tanya Hadi membuat Catur mengingat-ingat. "PT. BIMA adalah perusahaan hasil curian. Berkas dan bukti yang kamu minta sudah saya siapkan. Bisa segera diproses juga?" tanya Ha
Manusia selalu dihadapkan dengan pilihan. Dimana semua pilihan itu ada konsekuensinya. Jika pilihannya benar, ia aman dan bahagia. Namun, jika ia salah memilih, bisa saja kesedihan dan penyesalan yang ada. Gita merasakannya sekarang. Pilihan pertama yang ia buat saat memutuskan menikah dengan Abimana, rupanya membuatnya menelan pil pahit yang harus ia terima. Dan sekarang, ia kembali harus memilih antara bertahan atau berpisah dengan Abimana. "Mari berpisah, Mas." Satu kalimat itu sukses membuat Abimana memerah padam. Satu kata itu sangat ia benci. Apalagi sekarang ia menyadari, ia sangat tidak ingin berpisah dengan Gita. "Sudah pernah kukatakan padamu, Gita. Tidak akan ada kata pisah dalam hubungan kita," ucap Abimana dingin. Rasa sakit akibat pukulan Gibran sudah tak lagi ia rasa. Namun, kesal hatinya sekarang terasa sakit ketika Gita benar-benar meminta pisah darinya. "Aku gak akan ada gunanya untuk kamu, Mas. Lebih baik, kamu jaga istri kamu itu dengan baik," ucap Gita berpali
Sandra dilarikan ke rumah sakit karena tak sengaja terkena pukulan dari Gibran. Meski Abimana babak belur karena ulah Gibran, ia tetap berusaha membawa istrinya itu ke rumah sakit. Sedangkan Gibran, laki-laki itu merasa bertanggung jawab karena membuat Sandra pingsan, juga membuat babak belur Abimana. Meski hatinya kesal, tapi tidak pantas juga jika meninggalkan Abimana yang babak belur untuk mengurus istrinya yang pingsan. Namun, kali ini Gibran merasa bodoh. Bodohnya ia malah membawa mereka ke rumah sakit yang sama dengan Gita. "Dasar bodoh! Kenapa gue bawa kesini, sih!" maki Gibran sendiri dalam hati. "Gue anter lo ke UGD aja. Setelah itu gue pulang!" ucap Gibran penuh penekanan. Kesal? Tentu saja. Orang yang ia hajar nyatanya malah ia tolong sendiri. Entah mau bersikap bagaimana, Abimana hanya merasa kakak Gita itu memang baik seperti Gita. Ia merasa keluarga Gita memang keluarga yang selalu tak enak hati pada orang lain. "Pak Gibran. Anda di sini? Nona Gi...""Ssstttt!" Gib
Devan dan Gibran panik ketika melihat pergelangan tangan Gita bersimbah darah. Bahkan, Devan telah berurai air mata. Pikirannya dipenuhi ketakutan. Hatinya terasa sesak melihat Gita benar-benar lemas dan menutup mata. "Gak, gak mungkin. Anin, bangun, Anin. Kamu gak boleh lakuin ini," panik Devan yang terus menekan pergelangan tangan Gita. Sedangkan Gibran sedang memanggil Dokter, karena ia sudah berkali-kali memencet tombol darurat tak juga Dokter ataupun suster datang. Ketika Dokter datang, Devan dan Gibran segera menunggu di luar ruangan. Gibran tak habis pikir, jika adiknya begitu sulit menerima keadaannya saat ini. Ya, mana mungkin ia akan dengan mudah menerima. Gibran sangat tahu bagaimana sakitnya Gita saat ini. "Van, lo harus tenang. Gue titip Gita sebentar. Gue pergi dulu, menemui Abimana. Gue mau beri pelajaran padanya," ucap Gibran dengan wajah penuh amarah. Devan hanya mengangguk lemah. Tangannya masih gemetar mengingat keadaan Gita tadi. Sungguh demi apapun juga, ia ta
Pada umumnya, orang mengatakan bahwa pernikahan tanpa adanya seorang anak itu terasa tidak lengkap. Bahkan, banyak wanita di seluruh dunia mendamba hadirnya seorang anak. Namun, untuk masalah yang Gita hadapi saat ini, benar-benar memporak-porandakan hatinya. Harusnya kabar dirinya hamil dan akan jadi seorang ibu adalah kabar bahagia. Tapi, bolehkah sekarang ia merasa menolak dulu hadirnya anugerah itu?Gita melamun memandang keluar jendela dengan pemandangan malam yang gelap. Air matanya tak henti menetes. Ia juga tahu, jika keluarganya sangat mengkhawatirkan dirinya. Namun, ia bisa apa. Dirinya benar-benar rapuh sekarang. "Gita, makan dulu yuk, Sayang. Kamu belum makan apapun loh," bujuk Ratna yang merasa khawatir dengan kondisi Gita yang semakin lemah. "Untuk apa aku makan, Ma. Bukankah lebih baik mati daripada hidup dengan kesengsaraan seperti i..."PLAK!"Jaga mulut kamu, Gita! Mama gak pernah ajarkan kamu putus asa seperti ini!" Ratna marah dengan air mata yang merebak. Ia sa
Jika memang takdir manusia itu sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, bisakah seseorang merubahnya jika tindakannya diperbaiki? Mungkin, takdir itu ketetapan Yang Maha Kuasa, tapi nasib seseorang bisa saja merubahnya. Namun, yang sudah terjadi memang sudah terjadi. Yang bisa kita lakukan hanyalah memperbaiki sikap agar kehidupan selanjutnya tak akan masuk ke dalam lubang yang sama dan dapat berjalan lebih baik lagi. Gita mengingat-ingat kapan terakhir kali ia datang bulan. Lalu sedikit terkejut saat mengingatnya. Menatap Ibunya dengan sendu, lalu menahan tangis sekuat tenaga. "Ma, aku ingin sendiri dulu," lirih Gita karena tiba-tiba rasa mualnya datang lagi. Segera menutup mulutnya lalu kembali ke kama mandi. Ratna begitu khawatir dengan putrinya. "Sayang, apa kamu.... Gita?!!" Ratna berteriak membuat Hadi berlari menghampirinya. Lalu terkejut saat melihat Gita tergeletak di lantai kamar mandi.Hadi segera menggendong putrinya menuju mobil. Dan saat itu bertepatan dengan Gibran d
Hal yang akan dilakukan pertama kali oleh Gibran adalah, membawa semua baju dan barang-barang Gita di apartemen Abimana. Saat ini ia dalam perjalan menuju apartemen Gita dengan ditemani Devan. Keadaan Gita masih sama seperti semalam, dia masih mengurung diri bahkan ibunya membujuk untuk makan saja sulit. Gibran dan Devan segera mengemasi baju-baju Gita. Namun, saat hendak keluar dari apartemen itu, keduanya bertemu dengan Abimana. "Kalian?! Sedang apa kalian di sini?!" pekik Abimana terkejut ketika melihat Gibran dan Devan keluar dari apartemen. Abimana mengecek ke dalam apartemen sebentar, namun tak menemukan Gita di sana."Dimana Gita? Dimana kalian sembunyikan Gita?!" tanya Abimana merasa marah. Ia sangat yakin jika istrinya itu disembunyikan darinya. Bug!Sebuah pukulan keras melayang ke pipi Abimana. Membuat laki-laki itu hampir saja terjatuh. "Dasar laki-laki brengsek. Kamu pikir, semua kebusukanmu akan tersimpan rapi begitu saja? Ingat! Aku tak akan mengampuni orang yang su
Perasaan yang selama ini dianggap cinta, membuat Gita menutup mata dan telinga dengan kebenaran yang ada. Menganggap ia paling mengenal Abimana sepenuhnya. Nyatanya, dirinyalah yang paling tidak tahu apa-apa tentang suaminya. Untuk apa ada rasa cinta, jika hanya luka yang ia terima. Bagaimana bisa semua terasa sempurna, tapi rupanya semua hancur setelah semua nyata ada di depan mata. Semudah itu Tuhan membolak-balikan hati seorang manusia. Semudah itu rasa cinta berganti menjadi benci yang tak terkira. Sebenarnya, hati ini tidak salah. Hanya saja manusia yang tak berhati itu merasa dirinyalah pemegang kuasa dengan segala pongahnya menganggap abadi sebuah rasa.Gibran memukul meja dengan kesal, saat melihat beberapa foto yang dikirim oleh orangnya untuk menyelidiki Abimana. Rupanya dugaannya benar bahwa Abimana punya istri selain Gita. "Dasar laki-laki brengsek! Beraninya kau mengusik keluargaku!" Segala umpatan dan makian serta sumpah serapah untuk Abimana ia tujukan. Merasa kesa
"Ah! Sial!!! Aku terlambat!" Makian dan umpatan terus keluar dari mulut Abimana karena ia bangun kesiangan. "Kenapa kamu gak bangunin aku, sih? Aku kan jadi telat!" kesal Abimana. Gita melunturkan senyum saat menyiapkan sarapan di atas meja. "Loh, Mas. Bukannya hari ini masih libur. Kan ini baru---" "Gak ada acara libur di kamusku ya. Apalagi aku ada urusan penting. Harusnya kan kamu bangunin aku kalau kamu udah bangun tadi," ucap Abimana masih kesal sembari memasang dasi juga arlojinya. Gita tak bisa menjawab apapun ucapan Abimana karena laki-laki terus mengomel tanpa memberinya waktu untuk bicara. "Sudah, aku berangkat dulu. Gara-gara kamu aku telat kan jadinya!" kesal Abimana. "Sarapan dulu, Mas. Aku udah---" "Mana ada aku waktu buat sarapan! Yang bisa aku kena marah Papa di kantor!" "Tapi. Mas..." Terlambat. Abimana sudah pergi masuk ke dalam mobilnya. Bahkan dengan cepat sudah menghilang dari pandangan Gita. Wanita itu terpaku dengan sikap Abimana. Semua berbanding t...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen