Share

Kesandung Cinta Dokter Brondong
Kesandung Cinta Dokter Brondong
Author: Ajeng padmi

1. Tamu Tak Diundang

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-11-19 06:55:26

“Jangan khawatir, ibuku pasti akan menerimamu sebagai menantunya, kalian pasti akan cocok.” 

Bisma menggenggam tangan Nirmala yang terasa dingin memasuki rumah mewah keluarganya. 

“Ma, kenalkan ini Nirmala.” 

Nirmala berusaha tersenyum semanis mungkin dan mengulurkan tangannya, tapi sampai tangan Nirmala pegal hanya lirikan sinis yang dia terima, 

“Ma,” tegur Bisma pada sang mama tapi wanita itu hanya menatap Nirmala dengan pongah. 

“Anak saya punya pekerjaan dan masa depan yang cerah, kamu pasti berusaha sangat keras untuk mengimbanginya.”

Setelah apa yang terjadi lebih dari satu bulan yang lalu, dalam mimpipun Nirmala tak pernah membayangkan kalau akan didatangi wanita paruh baya masih cantik itu, sejak awal wanita itu memang tak ramah padanya yang hanya tukang kue. 

Saat itu Nirmala hanya sedikit heran ibu yang diceritakan Bisma dan wanita yang ditemuinya yang dikenalkan Bisma sebagai ibu memiliki sifat yang berbeda,masih berusaha berpikir positif mungkin saja ibu Bisma memang tak terlalu ramah pada orang yang baru kenal. Jawaban datang minggu berikutnya saat wanita itu bertamu ke rumah Nirmala.

Derajat dan tingkat pendidikan yang jauh berbeda menjadi alasan klasik yang selama lima tahun menghantui Nirmala, hingga akhirnya dia menyerah satu bulan yang lalu saat yang ia harapkan mau berjuang bersama saling bergandengan tangan tak mau ia genggam.

"Boleh masuk?"

Dengan kaku Nirmala memberi jalan pada wanita itu untuk masuk. Tanpa dipersilahkan lagi kursi single yang terdekat dengan jendela menjadi pilihannya, dengan anggun dia duduk di sana meletakkan tas tangan berwarna hitam di atas pangkuannya.

"Silahkan duduk Nirmala, santai saja, saya hanya ingin pesan kue,” kata wanita itu, Nirmala hanya bisa menggerutu dalam hati, ini padahal rumahnya.

Meski masih kaku Nirmala berusaha untuk duduk dengan tenang di sofa panjang ruang tamu rumahnya, ini rumahnya tempat yang paling aman seluruh dunia tidak ada yang bisa menindasnya, semua akan baik-baik saja. Begitu yang Nirmala tanamkan dalam hati.

"Siapa, Mbak?" Nia muncul dari 

ruang tengah, gadis itu hanya berdiri diam, dia tentu saja mengenali wanita paruh baya yang duduk dengan anggun di ruang tamu rumahnya.

"Mau pesan kue apa, Bu?" tanya Nirmala mengabaikan pandangan bertanya adiknya, meski agak sedikit was-was Nirmala berusaha duduk tenang, meyakinkan dirinya bahwa wanita di depannya tak mampu berbuat hal yang buruk padanya.

"Ibu dengar kamu pandai membuat berbagai kue basah, meski belum pernah coba, kata Bisma kue buatanmu sangat enak, jadi anggap saja ibu sedang berbagi kebahagiaan denganmu, buatkan lima jenis kue basah terserah yang penting enak masing-masing 100 buah dan akan langsung ibu bayar lunas."

"Untuk kapan itu, Bu?"

"Hari Minggu pekan depan."

"Baik, Bu." Nia mencubit lengan kakaknya yang duduk di sofa panjang bersamanya, gadis itu tak habis pikir dengan kakaknya pesanan kue mereka full booked untuk dua minggu ke depan beberapa hari lalu mereka bahkan menolak pesanan kue dari seorang pelanggan. Apalagi kue yang dipesan tidak sedikit 5 jenis masing-masing 100 jadi mereka harus membuat 500 pcs dan kue basah bukan jenis kue yang bisa dibuat dua tiga hari sebelumnya. Kakaknya sudah gila rupanya.

"Oh ya ibu dengar kamu dan Bisma sudah putus hubungan, tapi tidak masalah bukan kalau kamu datang ke rumah ibu hari minggu sekalian mengantar kue, yah mungkin kamu sudah mendengarnya Bisma sudah menemukan orang yang tepat sebagai pendamping hidupnya, dan ibu sangat setuju saat dia mau melamarnya langsung."

Nyonya Arlin ibu Bisma tak memperhatikan atau mungkin tak perduli dengan wajah Nirmala yang sudah pias wanita itu terus saja berbicara, memuji calon menantunya yang setara dengan mereka.

Nia menggenggam tangan kakaknya erat, dia sangat tau bagaimana perasaan kakaknya saat ini meski kesehariannya cuek dan dingin tapi kakaknya adalah wanita berhati paling lembut yang dia kenal.

"Ibu hanya berharap kamu dapat menerimanya dengan ikhlas, hubungan kalian dulu toh tidak memiliki masa depan. Kamu anak baik tapi, ibu hanya ingin yang terbaik untuk anak ibu dan bersamamu bukan yang terbaik untuknya."

Nirmala paham dengan alasan yang dikemukan oleh ibu mantan kekasihnya, atau pura-pura paham entahlah...  Lima tahun bukan waktu yang singkat Nirmala sudah sangat terbiasa dengan adanya Bisma yang tiba-tiba datang, sekadar ngobrol, atau menjadi kritikus kue buatannya.

"Mbak...."

"Saya mengerti, Bu. Hubungan saya dan Bisma memang sudah berakhir, dan dia berhak menikah dengan siapapun yang dia inginkan."

"Syukurlah kalau kamu tidak akan mengganggu Bisma lagi."

"Kakak saya bukan pengganggu, anak anda yang datang mengemis cinta pada kakak saya dan setelah dapat mencampakkannya dengan mudah." Nia tak tahan lagi, dia ikut sakit hati kakaknya diremehkan, mereka memang hanya yatim piatu yang hidupnya mengandalkan tangan dan kaki sendiri, tak punya riwayat gelar berderet yang mengiringi namanya ataupun orang kuat yang siap pasang badan untuk mereka.

"Anak saya tidak cinta dengan kakakmu dia hanya tersesat sesaat, kalau dia memang cinta dia akan bertahan meski semua menentang." Yah Meski tak setuju Nirmala mau tak mau harus menerima kenyataan itu, Bisma bisa dengan mudah menggantikannya dengan orang lain padahal mereka baru satu bulan tak bersama, begitu mengecewakan dan mengejutkan tentu saja.

"Semoga saja anak ibu segera kena karmanya," gumam Nia pelan tapi masih bisa didengar dua orang yang berbagi ruangan dengannya.

"Ap...."

"Baiklah, Bu saya akan menerima pesanan ibu, untuk kue apa saja yang perlu saya buat ibu bisa menghubungi nomer ini." Nirmala dengan cepat menuliskan nomornya pada secarik kertas yang memang selalu tersedia di ruang tamu sekaligus mencegah kalimat balasan yang akan dilontarkan wanita paruh baya itu.

"Ok, berapa saya harus membayar?"

"Kue buatan saya Rp3.000,- tiap piecenya tapi anda tak perlu membayar lunas semua, cukup berikan uang muka sebagai tanda jadi."

"Tak apa saya akan membayar lunas langsung saja takutnya kamu nggak ada uang untuk buat kuenya." Nirmala menggenggam tangan Nia kuat memberi isyarat tak perlu menanggapi wanita itu, lalu dengan senyum yang ia usahakan senatural mungkin dia menjawab.

"Iya terserah ibu saja."

Nyonya Arlin membuka dompetnya yang Nirmala tau harganya setara dengan uang makannya setahun, mengeluarkan puluhan lembar seratus ribuan dari sana. " Ini kamu bisa hitung dulu."

"Baik, akan saya hitung." Nirmala mulai menghitung, sebenarnya tanpa menghitungpun dia akan percaya nyonya Arlin tak akan memberi uang kurang dia hanya ingin memastikan. " Iya, Bu sudah tepat satu juta lima ratus.”

"Tentu saja uang segitu bukan masalah untuk saya, apalagi ini untuk acara anak saya yang sudah saya tunggu-tunggu." Nirmala hanya diam dan mengabaikan nada sindiran dalam  ucapan nyonya Arlin.

 

Dengan anggun wanita itu bangkit sambil menenteng tas mewahnya.

 

Nirmala dan Nia hanya mengawasi sampai wanita itu hilang dibalik pintu dan tak lama kemudian terdengar suara mobil meninggalkan pekarangan rumah mereka.

"Apa Mbak yakin akan menerima orderannya? Dia jelas hanya ingin pamer." Nia memandang kakaknya yang masih diam tak bergerak.

Dengan menghela nafas berat Nirmala menjawab "Pamer atau tidak itu bukan urusan kita, jualan kue itu pekerjaan kita, asal dia bayar lunas tidak ada masalah."

"Tapi, Mbak bagaimana dengan perasaan mbak sendiri apa baik-baik saja? Kalau soal order kita tidak pernah kekurangan."

"Mbak baik, Nia jangan khawatir." Nirmala menepuk punggung tangan adiknya menenangkan. "Lagi pula mbak sudah terlanjur terima, dan kita bisa sekalian promosi di acara mereka, kalangan orang-orang seperti mereka sering pesta dan semacamnya yang mengharuskannya memesan kue."

Kakaknya memang benar jika itu alasannya orderan yang mereka lakukan terima hanya dari kalangan orang menengah ke bawah yang hanya pada saat tertentu saja butuh kue. Apalagi rencana mereka yang akan membuka toko kue bisa segera terlaksana jika ada orderan yang stabil.

Tapi bagaimana dengan kakaknya sendiri benarkah dia baik-baik saja.

"Sudah Nia, Mbak baik-baik saja sungguh, ayo lanjut kerja lagi, sebentar lagi kamu ke pasar."

"Mbak..."  Nia menegur kakaknya yang memandangi handle pintu, Nia tau seminggu sebelum mereka putus Bisma datang ke rumah ini dan Nirmala meminta tolong memasangkan handle pintu itu. Kakaknya tidak baik-baik saja, tidak mudah memang melupakan hubungan yang sudah terjalin lama, tapi dia tak bisa mendesak lagi, entah apa yang akan terjadi nanti?

Apa Bisma dan keluarganya bermaksud mempermalukan kakaknya.

Nia tak bisa membiarkan ini. 

“Baiklah mbak, tapi biar Nia yang mengantar nanti mbak di rumah saja.”

“Tidak mbak akan ikut.”

“Mbak mereka pasti berniat mempermalukan mbak.”

“Menjadi tukang kue bukan hal yang memalukan Nia dan mereka harus tahu itu

Related chapters

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   2. Hati Yang Retak

    "Gosong, Mbak!" teriak Nia saat melihat teflon yang digunakan untuk membuat kulit dadar gulung mengeluarkan asap."Eh... eh iya." Nirmala cepat mematikan kompor dan mengangkat kulit yang gosong. Satu sisinya sudah menghitam, Nirmala mendesah berat, dilihatnya jam sudah menunjukkan setengah tujuh pagi, dadar gulung sudah hampir setengah dari pesanan mereka buat. Dan belum bertambah lagi sejak tadi hampir sepuluh buah gosong tak bisa digunakan.Membuat kue bukan hanya perkara, menakar bahan sesuai resep dan mengerjakannya sesuai langkah-langkah yang tertulis, membuat kue disamping bakat dan kebiasaan juga memerlukan hati yang tenang dan fikiran yang fokus."Mbak, apa sebaiknya aku saja yang menggoreng kulit dadar gulungnya, mbak yang bungkus."Nia menawarkan solusi, hanya menuangkan adonan yang telah dibuat Nirmala dalam teflon, meratakannya agar mereka memiliki ketebalan yang sama, sepertinya tidak sulit."Nggak usah Nin kamu bantu bungkus saja sebentar lagi kamu juga harus ke pasar.""

    Last Updated : 2024-11-19
  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   3. Donat

    Nirmala melongok layar ponsel yang dari tadi terus berbunyi, sederet nomer yang dia hafal betul terpampang di sana. Nomer yang dulu memang paling dinantinya, bahkan hari-harinya terasa tak lengkap jika pemilik nomer belum menghubunginya hari itu, tapi sekarang dia sangat tidak berharap nomer itu kembali menghubunginya. Hanya akan menambah sakit hatinya saja.“Siapa, Mbak dari tadi bunyi terus?”“Bukan siapa-siapa, orang iseng mungkin.” “Kenapa nggak diangkat mungkin aja pelanggan yang mau pesan kue.”“Kalau pelanggan jelas hubungi kamu bukan aku, sudahlah cuekin saja.” Nia hanya mengangkat bahu, suasana hati kakaknya memburuk lagi, padahal tadi sudah bisa tertawa ceria saat Caca menelpon.“Sudah , Nin kamu ke pasar saja cenilnya tinggal potong-potong nanti biar mbak yang bungkus.”“Mbak yakin?” Nirmala melototkan matanya pada sang adik, lama-lama dia jengkel juga pada Nia, dia hanya sedang patah hati karena ditinggal nikah bukan orang invalid. Oh ayolah dia tidak akan bertindak b

    Last Updated : 2024-11-19
  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   4. Apa Salah Berbagi?

    Nirmala melajukan motornya menembus keramaian jalan, jalan yang sudah dia lewati ribuan kali. Toko Ekonomi toko yang menjual bahan untuk membuat kue menjadi tujuannya. Harganya yang agak miring membuat toko ini tak pernah sepi pengunjung. Nirmala bahkan sudah kenal baik dengan pemiliknya, seorang wanita paruh baya keturunan tionghoa, Cik Mei biasa dia dipanggil, hanya hidup berdua dengan anaknya yang memiliki keterbelakangan mental. Tapi itu tak menyurutkan semangat wanita itu untuk mengais rejeki. “Orderan banyak ini, La?” “Lumayan Cik banyak yang pesan, musim hajatan.” “Syukur deh kalau begitu, mau cari apa sekarang?” “Terigu tiga kilo sama fermipan 3 bungkus, susu bubuk satu renceng sama margarin seperempat.” “Mau bikin donat? donat buatamu enak, tapi kok gak dijual di lapak adikmu. Jualanlah pasti banyak yang beli aku saja suka.” “Belum Cik, buat donat kalau lagi senggang saja.” “Nanti bagi aku sepuluh biji buat camilan sendiri.” “Beres, Cik.” Jalanan cukup lengang saat

    Last Updated : 2024-11-19
  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   5. Pasar

    “Biar mbak ikut kamu ke pasar, Ni.”“Mbak yakin aku masih bisa bawa kok, Mbak istirahat saja hari ini tidak ada pesanan.” Pagi ini Nirmala sudah rapi dengan kaos warna kuning dan celana jins, karena ulahnya kemarin yang membuat donat dengan jumlah yang banyak pagi ini Nia berniat menjual beberapa buah donat tentu saja setelah mereka membagi-bagikan pada para tetangga dan orang terdekat. Oh jangan lupakan juga anak-anak panti yang berada tak jauh dengan rumah mereka juga mendapat jatah. Entah mengapa donat yang dibuat Nirmala seolah tak ada habisnya. Akhirnya gadis itu memutuskan menjual sisanya dia memang mengakui donat buatan Nirmala enak tapi dia tak segila itu untuk memakan donat seminggu penuh seperti saran Nirmala.“Mbak baik-baik saja, kamu akan kerepotan bawa ini semua.”“Baiklah, terserah mbak Mala saja.”Ini memang bukan pertama kalinya Nirmala membantu Nia berjualan di pasar biasanya dia akan sekalian membeli bahan kue atau berbelanja kebutuhan, meski cenderung kaku dan t

    Last Updated : 2024-11-19
  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   6. Buaya Pasar

    Nirmala tersenyum senang donat yang ia buat kemarin hampir habis hanya masih tersisa tiga buah, meski niatnya membuat donat hanya ingin sedikit mengalihkan rasa kesalnya tapi ternyata dia membuat kebanyakan, hah memang tidak ada baik-baiknya menyimpan rasa marah. Dia sadar bagaimanapun semua hal telah ada yang mengatur, jodoh, maut dan rejeki, sekeras apapun dia berusaha tak akan mampu mengubah apapun jika memang Bisma bukan jodohnya. Yah saat pikirannya sedikit tenang dia akan menelaah perasaannya sendiri, membolak balik pikirannya sendiri. Dia memang bukan pribadi yang terbuka dengan seseorang, menjadi anak pertama sekaligus menjadi yatim piatu di usia yang sangat muda membuatnya harus mengemban tugas yang berat sebagai kepala keluarga. Meski Nia bukan anak manja yang hanya bisa bergantung padanya, tapi sekali lagi dia anak sulung dan hanya Nia yang dia punya sekarang jadi dia harus bisa mengcover semua masalah yang mereka hadapi, termasuk masalah hatinya. Nirmala tahu Nia sanga

    Last Updated : 2024-12-02
  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   7. Bantuan Bisma

    Saat ayahnya Nirmala memang masih di tahun akhir kuliahnya, tapi karena tak adanya biaya juga karena kebutuhan sehari-hari yang mendesak, cuti kuliah adalah pilihannya saat itu. Tapi bukan berarti keinginannya untuk melanjutkan pendidikan berhenti sampai di sana, lima tahun setelahnya Nirmala berhasil meraih gelar sarjana, tentu saja semua itu tak lepas dari dukungan Nia sebagai keluarga satu-satunya yang ia punya, ibunya telah berpulang dua tahun sebelumnya. Saat memutuskan melanjutkan pendidikannya lagi itu Nirmala bertemu Bisma, teman masa SMAnya. Lucunya meski mereka dulu teman seangkatan waktu SMA, tapi karena Nirmala telat melanjutkan kuliahnya jadilah dia harus memanggil Bisma dengan sebutan bapak. Yah tentu saja Bisma yang telah menyelesaikan strata duanya mengabdi di kampus tempat Nirmala belajar sebagai dosen. Sempat kagok juga Nirmala, di kampus harus memanggilnya dengan sebutan bapak sedangkan di luar kampus mereka adalah teman dan Bisma tak sudi dipanggil

    Last Updated : 2024-12-02
  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   8. Geprek Pedas

    Nirmala mengamati ponsel yang memang khusus untuk usahanya dengan heran, banyak pesanan kue yang masuk, dari event di kampus, acara hajatan sampai pengajian ibu-ibu. Nirmala tidak akan merasa heran kalau saja mereka tidak menyebutkan suatu nama yang tidak ingin lagi dia dengar. Bisma. Mereka memesan atas rekomendasi laki-laki itu, untuk apa dia masih mau membantunya. Bahkan kue untuk pertunangannyapun Nirmala yang harus buat, seolah Nirmala hanya kenalan yang kebetulan bisa membuat kue. “Kenapa, Mbak?” Nia yang sudah segar sehabis mandi sore menghampiri kakaknya yang duduk termenung sambil memegang ponsel. “Kita banyak pesanan,” gadis itu lalu beranjak ke dapur meninggalkan Nia yang kebingungan. Memang banyak pesan masuk, beberapa hanya bertanya kue apa yang bisa di pesan, berapa harganya dan lain-lain, tapi banyak juga yang langsung memesan dengan jumlah yang cukup banyak dan harinyapun berdekatan. “Apa mbak Jani kuwalahan

    Last Updated : 2024-12-03
  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   9. Saat Kita Bersama

    “Baru pulang. Mbak?” jam sembilam malam Nirmala melangkahkan kaki memasuki ruang tamu rumahnya, Bisma hanya mengantarnya sampai pintu, tak ikut masuk hari sudah malam memang.“Iya,  ini martabak manis buatmu, kamu nggak jadi keluar tadi?” Nirmala meletakkan bungkusan martabak yang berbau harum di atas meja makan, memperhatikan Nia sejanak yang menonton tivi, piyama berwarna hijau bergambar keropi sudah dia kenakan. Adiknya tadi mengatakan akan pergi ke acara reuni bersama teman-teman SMAnya yang diadalan di sebuah café.“Sudah,  tadi pulang jam delapan.” Nirmala hanya menggangguk lalu melangkah ke dalam kamarnya.Satu bulan sudah dia menyandang status sebagai kekasih Bisma. Senyum manis selalu menghiasi wajahnya. Bahagianya jatuh cinta, apalagi Bisma adalah pacar pertama setelah dua puluh enam tahun. Sepulang mengajar Bisma biasanya mampir ke rumah Nirmala, tidak ada jadwal khusus memang sesempatnya saja, warna merah jamb

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   87. Setitik Rasa

    Pukul sembilan malam Radit sampai di rumah orang tuanya, seharian ini dia disIbukkan dengan banyaknya pasien yang datang, saat ini memang sedang musim hujan banyak anak-anak yang terkenal flu dan batuk. Dan mereka datang berduyun-duyun ke rumah sakit tempat Radit bekerja. Melihat anak-anak yang terbaring lemah membuatnya selalu tak tega, jadi dia berusaha membantu mereka sebaik mungkin, dan inilah yang menyebabkannya sangat sIbuk dan sedikit melupakan persoalan tadi siang. “Kenapa malam sekali baru pulang, Dit. Kami sudah menunggumu dari tadi?” Bu Lastri langsung menyambut putranya saat mobil laki-laki itu berhenti di halaman rumah, sejak pukul lima sore tadi memang Bu Lastri sdah mengirimkan pesan pada Radit untuk segera pulang dan membahas masalah tadi siang. Radit hanya membacanya tak berkeinginan membalas, Ibunya bukan tipe Ibu-Ibu obsesif yang kalau anaknya tak membalas pesan akan langsung menelepon, Bu Lastri tipe Ibu yang simple, asalkan pesannya sudah tersampaikan dia tak a

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   86. Jangan Tinggalkan Aku

    Radit melajukan mobilnya dengan kencang, wajahnya sudah merah dan tangannya memegang kemudi dengan sangat kencang, kalau saja kemudi itu tak dibuat dengan bahan yang baik pasti sudah bengkok. “Pelankan mobilnya, Mas aku takut!” teriak suara dari penumpang belakang tapi mana mau Radit mendengarkan, dia malah menambah kecepatan mobilnya meliuk ke kanan dan ke kiri menyalip kendaraan lain di depannya. “Hentikan,Dit, kamu bisa membunuh kita semua!” teriak wanita paruh baya yang tadi datang bersama Radit. Tangannya terasa kebas mencengkeram erat besi pegangan di atap mobil. Tapi telinga dan hati Radit seolah tertutup dengan teriakan dua orang wanita yang semobil dengannya. Bahkan dia juga tak memperdulikan pengendara sepeda motor yang juga melaju kencang dari arah yang berlawanan, menyerempet bagian samping mobilnya. Mobil keluaran eropa yang biasanya dia sayang, seolah tak berharga lagi. yang dia tahu saat ini hanyalah ingin le

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   85. Bukan Cinderella

    "Aku mau tiga mangkuk es krim, tambahkan potongan strawberry yang besar dan kue coklat untuk kami, tolong cepat, ya Mbak siang ini panas banget," keluh Nia dengan senyuman manis di akhir kalimatnya."Segera, Mbak tunggu sebentar."Pelayan itu berlalu setelah mencatat pesanan Nia.Benar saja tak sampai sepuluh menit mereka menunggu pesanan sudah tersedia.Tiga mangkuk es krim, dengan saus strawberry dan ditambah potongan strawberry yang besar, terlihat sangat lezat.Nirmala memandangnya dengan berbinar, es krim strawberry tak pernah membuatnya bosan bahkan di saat suasana hatinya sedang tergores pisau tajam.Suasana cafe yang cozy membuat banyak pengunjung yang datang kemari."Lupakan diet dan mari habiskan es krim!""Yeiii lupakan jerawat juga, mari have fun!""Kalian serius mau menghabiskan es krim itu," Nirmala bertanya dengan wajah tak yakin, pasalnya dua wanita yang saat ini duduk bersamanya sangat anti makan es krim.Mbak Gita yang sejak melahirkan Caca menjadi gampang sekali gem

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   84. Tak Sama Lagi

    Nirmala menatap ke sekelilingnya dengan pandangan pias, orang-orang mulai berdatangan dan berbisik-bisik. Tentu saja kamu mereka biasanya tenang dan damai jarang sekali ada kejadian yang menghebohkan. Dan itu pun hanya seputar maling yang tertangkap warga saat mencuri atau tikus sebesar anak kambing yang nekat masuk rumah warga. Dan kali ini kedatangan wanita itu pasti sangat menggelitik rasa ingin tahu mereka apalagi posisi wanita itu yang berlutut di hadapan Nirmala dengan tangis yang berderai, pasti semua orang mengira bahwa Nirmala merebut suami orang dan istrinya sekarang datang memohon padanya. Ditambah lagi semua tetangganya sudah tahu tentang kabar pertunangannya dengan Radit, laki-laki tampan yang kaya raya, dan pastinya usianya jauh di bawah Nirmala, lengkap sudah penderitaannya.“Mbak, Mbaknya bangun dulu kita bicara di dalam saja.” Gita yang sejak tadi berdiri di samping Nirmala juga ikut membujuk, tak enak rasanya menjadi bahan tontonan warga sekitar. Dia memandang adi

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   83. Wanita Lain

    Seperti hari-hari sebelumnya pagi ini Nirmala sudah disibukkan dengan berbagai tepung dan bahan pembuatan kue. Dengan adanya tiga orang tambahan, membuat Nirmala bisa bernafas dengan lega. dia tak perlu lagi menolak pesanan karena dirasa masih mampu mengerjakannya. Tapi semangat Nirmala untuk terus bereksperimen dengan berbagai jenis kue tak pernah pudar. Dan sekarang dia malah mempunyai banyak waktu untuk melanjutkan hobinya itu. Apalagi menjelang hari pertunangannya, dia semakin sibuk saja di dapur baik Mbak Gita maupun budhe sudah melarang Nirmala ke dapur tapi yang namanya Nirmala tetap saja keras kepala.“Aku bertanggung jawab dalam produksi kue tokoku bagaimana mungkin aku tak ke dapur,” kata Nirmala suatu hari saat Gita datang berkunjung dan melihatnya yang sudah bermain dengan bahan-bahan kesayangannya itu di dapur.“Ya paling tidak kamu kurangi, buat apa kamu bayar tiga orang karyawan kalu ujung-ujungnya kamu sendiri yang harus turun tangan.”“Aku cuma bantu, Mbak biar cepa

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   82. Tak Datang

    Siang ini matahari memang tidak bersinar terlalu terik, meski tak hujan, tapi awan kelabu sudah mulai berjalan-jalan, menemani burung-burung yang terbang mencari makan. Siang ini memang tak terlalu panas tapi tidak demikian dengan suasana hati Nirmala, wanita itu sudah setengah jam mondar mandir di depan sebuah butik ternama, tangan kanannya memegang ponsel lalu menempelkannya ke telinga begitu dari tadi tapi tak ada jawaban dari seseorang yang dia hubungi di seberang sana. “Kemana orang ini, katanya bisa datang kenapa sekarang tak menjawab telepon?” keluhnya kesal. “Sudah jawab, La?” “Belum, Ma.”“Coba hubungi terus, kemana anak itu katanya bisa datang kok nggak ada kabar.”Nirmala tak bisa menjawab pertanyaan yang sama juga sudah dia tanyakan berkali-kali tapi hanya semilir angin yang menjawab. Dia kembali sibuk menelepon lagi. “Kamu ada nomer perawat yang membantunya? Mungkin sa

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   81. Cincin Bermata Biru

    “Ayo turun, La.” tanpa diminta dua kali Nirmala langsung turun dari dalam mobil, dia berniat membantu sopir Bu Lastri untuk mengangkat barang belanjaan mereka tapi, laki-laki itu melarangnya jadi Nirmala hanya mengikuti Bu Lastri dari belakang.Rumah ini masih tetap sama seperti beberapa waktu lalu saat dia pertama kali datang kesini, asri dan elegan. Dan satu hal yang selalu dirasakan Nirmala saat memasuki rumah ini adalah misterius, entah mengapa dia merasa kalau rumah ini banyak menyimpan misteri di dalamnya.Mungkin karena ini rumah kuno, yang banyak menyimpan rahasia para pendahulunya.“Ayo masuk.” suara Bu Lastri menyadarkan Nirmala tujuannya datang ke rumah ini. Setelah membeli semua perlengkapan seserahan tadi Nirmala memang diminta ikut ke rumah Bu Lastri, beliau bilang ada sesuatu yang ingin dia berikan pada Nirmala dan sekalian membicarakan rencana pernikahannya. Bagaimanapun mereka tak bisa mengandal

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   80. Rempong

    Berbelanja dengan Radit memang sangat menyebalkan, tapi siapa mengira berbelanja dengan Emak Radit jauh lebih menyebalkan apalagi Nirmala tak bisa seenaknya mengeluh dia harus tetap tersenyum meski hatinya dongkol. Bagaimana tidak Nirmala harus rela berputar-putar tak tentu arah, bukan karena mereka nyasar seperti saat bersama Radit, bu Lastri jelas sering berbelanja di mall ini karena beliau sangat hafal letak toko-toko yang menjual barang yang diinginkan tapi di sinilah permasalahanya.“Kita cari tas dulu, La.” “Memang lamaran perlu tas juga, Bu bukannya cukup pakaian saja?”Bu Lastri berhenti dan memandang Nirmala sejenak lalu berkata, “mulai sekarang jangan panggil Bu tapi panggil Mama sebentar lagi kamu juga akan jadi anak mama jadi biasakan dari sekarang.”Nirmala tertegun memandang Bu Lastri dengan seksama, apakah Bu Lastri memang menerima dia sepenuhnya sebagai pendamping anaknya. Selama ini Ibu Radit me

  • Kesandung Cinta Dokter Brondong   79. Dua Anak Ayam

    “Bukannya kamu mau kerja kenapa ke sini?” tanya Nirmala yang heran melihat Radit mengajaknya turun di sebuah mall.“Masih ada waktu dua jam lagi,” kata Radit. “ Yuk turun.”Nirmala menghela nafas, kenapa Radit suka sekali mengambil keputusan sendiri, kalau memang mereka mampir ke sini untuk makan, lebih baik mereka mampir di warung makan atau café saja, lebih praktis mereka tak perlu berkeliling, apalagi mall yang mereka kunjungi terlihat penuh.Dia yang bukan wanita yang hobi ngemall tentu saja sangat tidak tertarik dengan konsep ini.“Kalau cuma mau makan kenapa nggak di resto saja lebih praktis, atau bisa aku masakin di rumah kamu, biar kamunya nggak telat nanti.” “Kita nggak cuma makan di sini, dan aku nggak mau kita berdua ada di rumahku sebelum sah ya, tar yang ketiganya setan.” Pipi Nirmala memerah mengingat momen saat mereka berdua di rumah Radit dulu. Aish kenapa diingatkan sih Nirmala kan jadi malu.

DMCA.com Protection Status