Istri Rahasia CEO Dingin

Istri Rahasia CEO Dingin

Oleh:  ZeeHyung  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
54Bab
791Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ayang Kalila seorang OG harus menerima pekerjaan dari sang Ceo bernama Barra Malik Virendra dikarenakan dirinya harus membayar biaya operasi sang ibu yang mengidap kanker sebagai orang kedua dalam kehidupan sang CEO bagaimanakah kehidupan Ayang dengan Sang CEO? Yuk kepoin terus dan kasih bintang untuk ceritanya ya, Mauliate Godang

Lihat lebih banyak
Istri Rahasia CEO Dingin Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
ZeeHyung
assalamu'alaikum, kembali lagi nih di novel ketiga yuk mampir ramaikan dan vote bintang biar menyala bintangnya ya, komen juga Mauliate Godang
2024-08-07 16:17:40
0
54 Bab

Bab 1. Kesedihan Ayang

Suara benda jatuh dari dapur terdengar cukup keras, Ayang yang masih dikamar dan bersiap ingin pergi ke kantor terkejut dengan suara jatuh dari luar. "Suara apa itu?" tanya Ayang pada dirinya sendiri. Ayang segera keluar dari kamar dan berlari ke sumber suara. Saat tiba di tempat tersebut, Ayang terkejut melihat ibunya sudah terjatuh di lantai. "Ibu, ya Tuhan. Ibu kenapa? Apa yang terjadi? Bangun, Bu!" Ayang terus membangunkan Ibunya tapi tidak ada reaksi sama sekali. Ayang bergegas keluar meminta bantuan tetang sebelah. Dengan berurai air mata, Ayang teriak dengan kencang memanggil sang empunya rumah. "Pak Noto, Bu Noto, tolong saya. Ibu saya pingsan, tolong Pak, Bu!" Ayang menjerit kencang memanggil kedua pasutri tersebut."Pak, itu suara Ayang. Kenapa dengan dia? Apa ibunya terkena serangan jantung lagi? Ayo, Pak kita keluar sekarang, siapa tau dia butuh bantuan kita!" ajak Isti Pak Noto bernama Marni. "Ayo, Bu kita lihat," sahut Pak Noto yang bergegas keluar dari rumah untu
Baca selengkapnya

Bab 2. Aku Yakin

"Ini hasil pemeriksaan Ibu kamu," jawab Dokter. Ayang segera membukanya. Dia perhatikan satu persatu hasilnya.Ayang terkejut saat melihat hasil akhirnya. Ayang melihat dokter dengan tatapan sendu. Air mata yang dipelupuk mata Ayang mulai terlihat dan hampir menetes. "Dok, ini bohong, 'kan?" tanya Ayang dengan suara bergetar dan tangannya gemetar saat dia bertanya apakah hasilnya benar atau tidak. "Itu benar, tidak bohong," jawab Dokter dengan serius. Ayang menutup mulutnya dengan tangan dan air matanya yang sudah dia tahan akhirnya pecah. Ayang tidak sanggup untuk mengatakan kepada ibunya jika ditanya dia sakit apa. "Saya juga sudah tes berkali-kali dan hasilnya benar. Ibu Anda mengidap kanker ovarium dan jantungnya juga lemah. Dia harus segera di operasi." Operasi? Dapat dari mana uang untuk operasi. Gaji sebagai OG saja cukup untuk makan, sekarang operasi. Darimana dia bisa mendapatkan uang untuk operasi. "Dok, apa tidak ada cara lain untuk obati ibu saya selain operasi? Say
Baca selengkapnya

Bab 3. Surat Perjanjian

Orang tersebut pergi setelah melihat Barra dengan seorang wanita. Walaupun ada satu wanita dan satu pria di sana, tetap saja orang tersebut penasaran dengan wanita cantik dan mungil di depan Barra. Karena pandangan Barra ke wanita tersebut berbeda itulah membuat orang tersebut curiga siapa wanita itu. Barra berdehem dan kembali duduk, dia tidak begitu memperdulikan wanita yang di kenalkan temannya tersebut. Melihat Barra tidak peduli, Galih hanya menghela napas. "Barra, kalau mau bicara silahkan. Kalian mungkin butuh waktu untuk bicara. Karena semua ini tergantung kamu. Dan satu lagi, pikirkan yang aku katakan tadi. Ayo, Sayang, kita pergi biarkan mereka berdua!" ajak Galih kepada Cantika. Cantika menganggukkan kepala dan mendekati Ayang dan membisikkan sesuatu kepada Ayang dengan pelan. "Semoga ini yang terbaik buat kamu dan ibumu," bisik Cantika dengan pelan agar tidak didengar oleh Barra dan Galih. Ayang hanya menganggukkan kepala pelan, dia sudah pasrah karena tidak ada cara
Baca selengkapnya

Bab 4. Keraguan Barra

Barra masih menunggu jawaban dari Ayang. Apalagi yang dia mau katakan. Ayang yang takut melihat gestur Barra hanya bisa meremas ujung bajunya dan telapak tangannya saat ini berkeringat dan dingin. Entah kenapa, saat Barra memandangnya dengan raut wajah seperti itu, membuat suasana menjadi horor. "Kalau tidak mau bicara, ya sudah, merepotkan saja!" ketus Barra segera pergi. Ayang terdiam mendengar jawaban dari Barra, sebenarnya dia ingin meminta izin kepada Barra untuk bertemu ibunya dan menjaganya. Tapi, rasa takut membuat Ayang mengurungkan niatnya. Ayang merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan saat ini. Air matanya mengalir mengingat ibunya. "Ibu, maafkan Ayang. Ayang tahu perbuatan Ayang ini salah dan melanggar agama kita, tapi Ayang tidak punya pilihan lagi. Ayang harus melakukan ini demi pengobatan Ibu. Ayang, nggak mau ibu pergi tinggalkan Ayang. Ayang takut sendiri, Bu!" tangis Ayang pecah saat mengingat ibunya dan apa yang dia lakukan saat ini. Sedangkan, Barra yang m
Baca selengkapnya

Bab 5. Keputusan Sulit Barra

"Apanya, bagaimana?" tanya Barra dengan suara datar. Galih menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Barra. Dia bertanya malah ditanya balik. Galih merapatkan dirinya ke Barra, dia ingin bicara soal semalam. Dia ingin tau apa tanggapan dari Barra. Barra yang melihat Galih merapatkan diri ke arahnya menaikkan alisnya. "Kenapa?" tanya Barra. Galih yang hampir dekat dengan Barra seketika mendengus kesal. "Kenapa kata lo? Kurang ajar lo ya, bisa-bisanya lo katakan itu pada gue. Gue tanya hubungan lo dan dia bagaimana sudah seperti apa progresnya? Siapa namanya?" tanya Galih. "Ayang," jawab Barra singkat. "Iya, Ayang. Apakah kalian sudah itu? Dan apa saja yang dia minta? Gue dapat informasi dari Cantika, kalau dia harus bayar operasi ibunya. Dan, gue dengar juga dia gadis baik-baik, Bar. Gue harap, lo jangan sakiti dia," ucap Galih. Barra yang memeriksa berkas milik Galih menutup kembali berkas itu. Galih yang melihat Barra menutup berkas itu menaikkan alisnya ke atas. "Woi,
Baca selengkapnya

Bab 6. Jaga Batasanmu

"Anda sudah menikah dengan dia Nona dan Anda sekarang sah menjadi istri dari Tuan Barra. Sekarang, silahkan tanda tangannya, nanti saksi akan ikut menandatangani semuanya," ucap Pak Penghulu tersebut meminta kepada Ayang untuk mendatangi surat nikahnya dengan Barra. Ayang masih terdiam dia tidak tahu harus berkata apa, ternyata dia dinikahi oleh pria datar dan dingin ini, tidak ada sedikitpun cinta di mata pria itu termasuk dirinya. Apa yang diharapkan saat ini, cinta dari pria bersuami? Busyet! Tidak akan pernah terjadi. Dia hanyalah istri kedua,istri yang tidak dianggap dan tidak di inginkan dan apakah dia pantas untuk mengakui dirinya sebagai istri. Barra yang tidak melihat Ayang menandatangani surat tersebut hingga membuat Pak penghulu dan para saksi yang datang ke rumah mereka lebih tepatnya ke apartemen saling berbisik satu sama lain. Barra tidak ingin dirinya disalahkan karena memaksa menikahi wanita tersebut. Walaupun pada kenyataannya itu benar, tapi balik lagi dia laku
Baca selengkapnya

Bab 7. Iya, Aku Cinta

Mendengar perkataan dari Ayang, Barra yang emosi segera merampas map tersebut dan pergi dari hadapan Ayang dengan terburu-buru, dia segera pergi dari apartemen, pintu dibuka dengan paksa dan dibanting hingga suara bantingannya menggelegar.Ayang yang melihat kepergian Barra langsung terduduk dan menangis sejadi-jadinya, dia tidak menyangka akan menjadi boneka dari pria tersebut. Namun, dia harus tetap kuat dan dia tidak boleh lemah. Apapun yang terjadi."Tuan, apa Anda sudah mendengar sesuatu?" tanya Arya yang mendekati Tuannya tersebut."Apa?" tanya Barra dengan suara dingin."Nona Zanna mengamuk, dia menghancurkan semua barang di rumah," ucap sang asisten mengatakan kalau istri dari tuannya ini mengamuk di rumah. Barra yang mendengar perkataan dari asistennya, hanya bisa diam dan menunjukkan raut wajah kesal dan dia ingin marah tapi tidak bisa. Inilah, kelemahan dia, yang selalu nurut dengan istrinya. Sampai, menolak ingin memiliki anak pun dia turuti hingga dia harus melakukan pe
Baca selengkapnya

Bab 8. Sampai Kapan

"Cinta katamu, jangan munafik kamu Barra, Mama tau, kamu pasti menginginkan seorang anak bukan? 7 tahun menikah tapi tidak memiliki anak usaha juga tidak ada, setiap diminta untuk memiliki anak istrimu selalu berakting terus seperti ini dan apa kamu pikir Mama tidak tahu yang dilakukan oleh istrimu itu, jangan terus membelanya Barra yang ada nanti kamu akan menderita, camkan itu. Sekarang, ayo kita pulang. Mama sudah tidak ingin lagi berlama-lama di sini," ucap Nyonya Anjani yang segera pulang setelah mengatakan hal itu.Perkataan Nyonya Anjani, membuat Barra bungkam 1000 bahasa, karena apa yang dikatakan oleh ibunya itu benar. Ia menginginkan anak, tapi dia terlalu munafik untuk mengatakannya karena sudah termakan dengan rasa cinta yang begitu besar terhadap istrinya hingga membuat dia menepikan keinginannya dan sekarang dia malah menjilat salivanya sendiri dengan menikahi wanita lain untuk mendapatkan keturunan. Tuan Bagaskara yang melihat pertengkaran antara istri dan anaknya han
Baca selengkapnya

Bab 9. Cobaan Apa Lagi Ini

Ayang tidak menyangka dengan pesan yang masuk ke ponselnya, dia benar-benar seperti pepatah lama, habis jatuh tertimpa tangga itulah yang dialami Ayang saat ini.Dia dipecat dari kantornya, padahal dia hanya libur dua hari sejak ibunya masuk rumah sakit dan dia hari ini rencananya mau pergi ke kantor untuk memberitahukan masalahnya, namun sayangnya tidak bisa karena dia sudah lebih dulu dipecat."Ya Tuhan, cobaan apalagi ini, kenapa aku harus dipecat bagaimana caranya aku menghasilkan uang, aku tidak ingin tergantung dengan pria arogan itu, aku ingin mendapatkan uang sendiri tanpa harus meminta kepadanya, Tuhan," ucap Ayang yang meneteskan air mata karena dia mendapatkan kabar buruk jika dirinya dipecat.Cukup lama Ayang berdiri sambil menangis dan menundukkan air mata, dia benar-benar tidak menyangka kenapa Tuhan memberikan dia cobaan seperti ini, berat rasanya untuk dia bisa menerima semuanya, namun apalah daya, dia tidak bisa melawan takdir yang sudah Tuhan gariskan kepadanya, dia
Baca selengkapnya

Bab 10. Kenapa Dengan Aku

Barra yang saat ini tengah menunggu istrinya sadar mendapatkan pesan kalau Ayang berada di rumah sakit, melihat ibunya. Sebenarnya, dia tidak marah karena itu ibunya tapi dia marah dan kesal karena Ayang tidak memberitahukan kepadanya. Namun, lagi-lagi Barra baru menyadari kalau saat ini, dia tidak mempunyai nomor telepon Ayang begitu sebaliknya, pantas saja Ayang tidak memberitahukannya dan bodohnya dia mengatakan jangan hubungi dia, jelas saja tidak dihubungi karena tidak ada nomornya. "Sial, ternyata aku tidak punya nomornya." Barra mengutuk dirinya sendiri karena terlalu bodoh dan terlalu emosi saat melihat wanita itu.Entah kenapa dia terlalu emosi dan marah dengan wanita itu, seolah-olah wanita itu atau Ayang adalah perusak rumah tangganya. Padahal sama sekali Ayang tidak melakukannya. Jika dia mengatakan tidak jelas Ayang pun tidak akan melakukannya, ini dia menurut dan setuju jadi jelas di sini posisi Ayang tidak bersalah. Barra menunggu istrinya sadar, cukup lama dia menu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status