Barra yang saat ini tengah menunggu istrinya sadar mendapatkan pesan kalau Ayang berada di rumah sakit, melihat ibunya. Sebenarnya, dia tidak marah karena itu ibunya tapi dia marah dan kesal karena Ayang tidak memberitahukan kepadanya. Namun, lagi-lagi Barra baru menyadari kalau saat ini, dia tidak mempunyai nomor telepon Ayang begitu sebaliknya, pantas saja Ayang tidak memberitahukannya dan bodohnya dia mengatakan jangan hubungi dia, jelas saja tidak dihubungi karena tidak ada nomornya. "Sial, ternyata aku tidak punya nomornya." Barra mengutuk dirinya sendiri karena terlalu bodoh dan terlalu emosi saat melihat wanita itu.Entah kenapa dia terlalu emosi dan marah dengan wanita itu, seolah-olah wanita itu atau Ayang adalah perusak rumah tangganya. Padahal sama sekali Ayang tidak melakukannya. Jika dia mengatakan tidak jelas Ayang pun tidak akan melakukannya, ini dia menurut dan setuju jadi jelas di sini posisi Ayang tidak bersalah. Barra menunggu istrinya sadar, cukup lama dia menu
Barra dan Ayang benar-benar larut dalam gairah namun tiba-tiba Barra menolak Ayang hingga Ayang terjebak dan punggungnya mengenai lemari yang ada di belakang, suara tubrukan punggung Ayang cukup kencang hingga membuat barang-barang yang ada di atas lemari berjatuhan beruntung hanya buah dan nasib baik hampir saja pisau yang ada di dekat buah menancap di tangannya.Ayang terkejut dan gemetar tidak menyangka jika Barra memperlakukan dirinya seperti itu, bukan mau dia melakukan semuanya. Namun, tetap saja dirinya hanya bisa diam dan menangis, tangannya gemetar karena melihat pisau tersebut berada tepat di sisi tangannya. Barra memandang ke arah Ayang, napasnya naik turun. Entah kenapa dia melihat Ayang sangat membenci wanita tersebut. "berani sekali kamu merayuku, lancang kamu, Ayang! Sudah kukatakan jangan berani mendekatiku, kenapa kamu mendekatiku!" teriak kencang Barra dengan cukup kencang. Terlihat raut wajah penuh amarah dan bisa Ayang lihat kebencian di dua bola mata Barra terh
"Iya, Sayang. Sepertinya aku tidak pulang, tidak apa-apa kamu di rumah temanmu saja, hati-hati ya, Sayang. Sampai ketemu besok, aku mencintaimu juga," ucap Barra dengan cukup lembut dan saat ini Ayang hanya bisa diam.Dia membuang wajahnya, ke samping melihat jalanan. Marah! jawabannya tidak, cemburu juga tidak, dia hanya istri rahasia dari pria ini jadi buat apa dia marah dan cemburu dan melarang pria yang ada di sampingnya ini berlaku mesra dengan wanita lain, bukan hak dia walaupun saat ini dia memiliki hak yang sama dengan istri pertama. Tapi, tetap saja dia tidak akan melangkahi batasannya seperti yang dikontrak. Barra mengakhiri panggilannya, dia menoleh ke arah Ayang yang tidak lagi memandangnya, ada rasa kesal karena Ayang tidak melihatnya. Entah kenapa dirinya merasa jika Ayang tidak lagi memperhatikannya. Barra pun segera pergi ke suatu tempat, dia berhenti dan keluar tanpa mengajak Ayang. Ayang hanya bisa diam dan melihat kepergian dari Barra, Ayang menarik napasnya dan
Ayang terus mengeluarkan suara nakalnya, dia mencoba untuk menahannya namun tidak bisa karena Barra terus memberikan permainan yang cukup membuat Ayang kehilangan akal sehatnya, ia meliuk-liukkan tubuhnya, merasakan getaran yang cukup hebat. Ini pertama kali dia melakukan ini dan itu dengan suami sahnya, walaupun hanya istri kedua. Namun, sudah menjadi kewajiban dia melakukan hal ini."Bagaimana, Sayang, apakah kita bisa memulainya karena aku tidak akan pernah bisa melepaskanmu. Ini pertama kalinya kita melakukannya dan ini adalah malam pertama kita, malam yang panas dan aku pastikan kamu akan sangat suka dengan apa yang akan aku lakukan. Tenang saja, aku akan hati-hati dan pelan-pelan sehingga kamu tidak akan pernah bisa merasakan sakitnya," ucap Barra yang langsung memberikan kecupan hangat di kening. Ayang mendengar perkataan dari Barra membuat Ayang menganggukkan kepala, dia akan menyerahkan semuanya kepada pria arogan ini sebagai baktinya dan ini adalah malam pertama mereka tid
"Iya, aku dulu kerja di office girl, di salah satu perusahaan Diamond. Tapi, sekarang sudah tidak lagi karena dipecat sejak Ibuku sakit, aku izin tapi sudah berapa hari aku tidak masuk karena masalah ini. Jadi, semalam aku mendapatkan pesan dari manajer, dia memberitahukan kalau aku tidak perlu masuk lagi," jawab Ayang dengan suara yang sendu.Mendengar nama perusahaan tersebut, Barra menganggukkan kepala dan dia tidak mempermasalahkannya. "Jangan bekerja lagi dan di meja itu, kenapa belum kamu simpan, apa kurang?" tanya Barra menuju amplop yang semalam dia berikan kepada Ayang yaitu maharnya. Ayang yang mendengar pertanyaan dari Barra hanya menggelengkan kepala. Barra menghela napas, dia tahu betul bagaimana istrinya ini. "Ambillah, simpan itu maharmu dan aku belum memberikanmu cincin karena nikah kemarin hanya terpaksa eh maksudku nikahnya dadakan. Hari ini aku akan memberikan cincin mana jarinya, aku akan mengukurnya dan tiap bulan aku akan kasih uang bulanan, ini kartunya, amb
Di tempat lain seseorang yang sudah menerima foto Zanna yang diberikan kepadanya dengan bayaran cukup mahal tersenyum orang tersebut tidak menyangka kalau mendapatkan foto Zanna yang sangat berharga tersebut. Sedangkan Barra mendapatkan pesan dari asistennya Arya. Jika dia sudah berada di depan Apartemen menunggu dirinya. Padahal, dia sudah katakan kalau dia tidak bisa datang, tapi sang asisten mengatakan dia sudah di depan. Barra dengan cepat berdiri dan membuka pintu dia penasaran kenapa asistennya bisa sampai ke sini dia yakin pasti ada hal yang penting. Saat pintu terbuka, terlihat asistennya Arya menundukkan kepala ke arahnya dan menyerahkan map kepada Barra. "Masuk dan kita bahas di ruanganku," ucap Barra kepada Arya. Barra tidak mau jika bicara di luar dan dia lebih baik bicara di dalam agar tidak ada yang melihat atau mendengar pembicaraan mereka. Ayang yang melihat Barra dan asistennya berada di depan pintu hanya menatapnya saja. "Ada apa dengan mereka ya? Sepertinya, s
Ayang merasa kesal karena Barra malah bertanya balik kepadanya, dia menatap Barra dengan tajam kali ini Ayang tidak takut dengan Barra, entah kenapa dirinya kesal dengan Barra yang wajahnya datar, arogan dan juga sombong. Barra yang melihat Ayang menatapnya dengan tajam, hanya memasang wajah cuek. Dia tidak pernah sedikitpun marah jika Ayang memandangnya seperti itu malah dia dengan songgongnya bertanya kepada Ayang. "Kenapa memandangku seperti itu. Aku tahu, jika aku tampan. Banyak wanita yang menyukaiku, kamu beruntung menjadi istriku, jadi kamu harus kasih aku hadiah, bukan kah itu sangat menyenangkan, ayo mana hadiahku," ucap Barra yang membuat Ayang menaikkan alisnya. "Apa katamu, Mas, aku beruntung menjadi istrimu. Apa kamu lupa, aku ini istri rahasia dari Tuan arogan dan aku tidak punya uang untuk aku kasih sebagai hadiah, lagi pula kamu bisa beli hadiah sendiri bukan kenapa minta sama aku," jawab Ayang yang membuat Barra menggelengkan kepala. "Benar sekali
Barra yang melihat Zanna menunjukkan anting menaikkan alisnya. Dia tidak tau itu anting siapa. Barra tidak menjawab, dia mencoba mengingat anting siapa, saat di belokkan komplek rumah Barra baru tau kalau itu anting milik Ayang. Zanna masih menunggu jawaban dari Barra dan dia tidak sedikitpun menurunkan tangannya. Walaupun tangannya sudah pegal. Zanna mulai berpikiran negatif apakah yang dikatakan Mala itu benar kalau Barra selingkuh. "Jawab, Barra. Anting siapa ini?" tanya Zanna yang mulai emosi karena dia tidak menerima jawaban dari Barra. Sepanjang dia menemukan anting itu Barra tidak menjawabnya, sampai di komplek perumahan dan sampai mobil masuk ke rumah mereka pun, Barra tidak jawab pertanyaan dari dirinya. Zanna benar-benar kesal dan marah karena dia diabaikan. Zanna membuang anting itu dan keluar dari mobil dengan kasar. Tidak peduli, dengan apa yang Barra pikirkan. Zanna emosi Barra sudah menduakannya. "Apa benar yang Mala katakan? Kurang ajar, aku akan cari wanita sialan