"Makan teross! Badan udah kayak gentong gitu, gimana bisa hamil coba! Kamu aja makannya serampangan!" Nirmala Sari Devi besar di panti asuhan. Ia selalu dihina mandul karena tubuh gemuknya oleh Bu Retno, sang mertua. Sakit hati, marah, dan benci dia telan sendiri selama 5 tahun lamanya berumah tangga dengan Andra. Saat Nirma dinyatakan hamil, wanita itu justru memergoki Andra sedang melakukan hal tak senonoh dengan seorang wanita di kamarnya! Nirma ditalak, dia diusir dari rumah dan mengalami kecelakaan yang membuat hidup Nirma berubah. Sebuah rahasia besar tentang Nirma terungkap! Keluarga asli Nirma bukanlah orang sembarangan. Bagaimana reaksi Andra dan Bu Retno ketika mengetahui fakta mencengangkan tersebut?
View More#1
"Makan teross! Badan udah kayak gentong gitu, gimana bisa hamil coba! Kamu aja makannya serampangan!" hardik Bu Retno sembari berkacak pinggang. "Sayang nasi dan lauknya kalau dibuang, Bu." Nirma membela dirinya. "Cih, alasan! Bilang aja kalau kamu itu rakus!" ketusnya sambil melengoskan wajah. Sakit hati? Tentu saja. Siapa yang tidak sakit hati saat menerima seluruh kata-kata menyakitkan setiap hari selama bertahun-tahun. Sudah kebal rasanya, dan Nirma sudah tak tahu lagi bagaimana sakitnya dihina seperti itu oleh ibu mertuanya. * "Mbak Nirma, tolong ambilin sayur-mayur di belakang, ya?" "Mbak Nirma, jangan lupa periksa nasinya!" "Mbak Nirma, bawang gorengnya ditaruh di mana?" Nirma mengusap peluh yang bercucuran di dahinya. Wanita itu terus berjalan ke sana ke mari sejak tadi tanpa henti. Nirma benar-benar lelah. Wanita bertubuh gempal itu makin kesulitan bergerak karena ukuran tubuhnya yang terlalu besar. "Aku istirahat dulu ya, Mbak?" pinta Nirma pada teman-temannya yang bekerja di tempat catering. Nirma meraih gelas, kemudian meneguk habis air yang berada dalam wadah tersebut. wanita itu tetap bekerja dengan rajin di tempat catering, meskipun wajahnya terlihat pucat. "Mbak, ayo makan dulu. Mbak belum makan dari tadi, kan?" tegur salah satu teman Nirma. "Aku belum lapar, Mbak. Aku makan nanti aja," tolak Nirma. "Jangan gitu, Mbak! Sini makan dulu! Muka Mbak udah pucat banget, loh!" Nirma memegang perutnya yang sudah keroncongan. Perut buncitnya yang sudah terisi banyak lemak itu membuatnya teringat kembali dengan hinaan yang kerap dilontarkan oleh ibu mertuanya. Ibu mertua Nirma selalu mengatainya dengan sebutan gentong, gerobak, hingga kuda nil setiap hari karena berat badannya yang berlebihan. Ia bahkan tampak lebih tua dari usianya yang baru 28 tahun karena bobot tubuhnya yang mencapai 85 kilogram. "Duluan aja, Mbak. Aku makan nanti aja habis motong sayuran," sahut Nirma membuat-buat alasan. "Kalau gitu, Mbak duduk aja dulu. Dari tadi Mbak mondar-mandir terus. Pasti Mbak capek." Nirma hanya tersenyum. Wanita itu memang bekerja terlalu keras. Padahal Nirma mempunyai suami yang bekerja di perusahaan besar. Suaminya juga mempunyai jabatan yang cukup tinggi. Tanpa bekerja pun, Nirma bisa hidup makmur dengan gaji suaminya. Namun, Nirma bukan tipe wanita pemalas yang hanya bisa duduk seharian di rumah. Meskipun suaminya mempunyai penghasilan tinggi, Nirma tetap bekerja keras mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini ia lakukan juga karena tuntutan ibu mertua. Nirma tidak ingin menjadi istri benalu dan makin dibenci oleh ibu mertuanya. Oleh sebab itu, apa pun yang terjadi Nirma harus tetap bekerja. "Suaminya Mbak kerja di perusahaan besar, kan? Kenapa Mbak nggak berhenti kerja aja?" "Aku nggak mau duduk di rumah terus, Mbak. Aku belum punya anak juga, jadi aku masih pengen manfaatin waktu buat kerja," sahut Nirma. "Mbak udah nikah berapa lama sih?" "Lima tahun, Mbak," jawab Nirma dengan senyum kecut. "Udah lama juga ya, Mbak? Sayang banget Mbak belum ada anak." Nirma menundukkan kepala. Lima tahun sudah wanita itu membina rumah tangga bersama dengan Andra. Namun, sampai sekarang Nirma belum dipercaya untuk mempunyai momongan. Tidak hanya dihina karena bertubuh gemuk, Nirma juga harus menerima hinaan dan tuduhan mandul dari ibu mertuanya yang tidak menyukai dirinya. Bu Retno selalu saja memandang rendah Nirma karena wanita itu tak bisa memenuhi harapannya. "Minta doanya aja, Mbak. Saya juga pengen cepat hamil," ucap Nirma dengan senyum dipaksakan. Wajah Nirma makin pucat. Matanya juga mulai berkunang-kunang. "Mbak Nirma? Mbak baik-baik aja, kan?" "Mbak?" Pandangan Nirma kabur, kemudian wanita itu ambruk. Nirma jatuh pingsan dan membuat teman-temannya panik. "Mbak Nirma? Mbak Nirma kenapa?" "Tolong? Tolongin Mbak Nirma!" "Panggil Bu Widi sekarang!" Semua orang yang ada di tempat catering tersebut nampak heboh karena Nirma yang mendadak pingsan. Bu Widi sebagai pemilik tempat catering bergegas menghampiri untuk melihat kondisi Nirma. "Nirma kenapa?" tanya Bu Widi. "Kami juga kurang tahu, Bu. Tiba-tiba Mbak Nirma pingsan," sahut teman-teman Nirma yang melihat wanita gempal itu tumbang. "Muka Mbak Nirma udah pucat dari tadi, Bu. Kayaknya Mbak Nirma emang lagi nggak sehat." Bu Widi pun segera menyiapkan mobil untuk membawa Nirma menuju ke rumah sakit terdekat. "Tolong bantu saya bawa Nirma ke mobil. Saya mau bawa dia ke rumah sakit," ujar Bu Widi. Nirmala langsung mendapatkan penanganan setelah tiba di rumah sakit. Tak lama kemudian, Nirma pun akhirnya sadarkan diri usai diperiksa oleh dokter. "Syukurlah kamu udah sadar, Nirma," ucap Bu Widi benar-benar lega melihat karyawannya yang sudah siuman. "Saya di mana, Bu?" "Kamu di rumah sakit, Nirma." "Rumah sakit?" tanya Nirma dengan dahi berkerut. "Kenapa saya dibawa ke sini, Bu?" "Tadi kamu pingsan, Nirma. Muka kamu juga pucat banget. Kamu baik-baik aja, kan?" Nirma memijat kepalanya yang terasa pening. Wanita itu tidak terlalu ingat apa yang terjadi padanya sebelum ia dibawa ke rumah sakit. "Gimana kondisi Nirma, Dok? Nirma nggak sakit parah, kan?" ***#41Keesokan harinya, Nirma izin tidak masuk kerja. Dia mencari tahu hotel mana yang menjadi tempat tinggal Fathir selama di Indonesia. Berkat informan gratis, yaitu David, dia bisa mendapatkannya pagi itu juga. Begitu juga dengan waktu keberangkatan pesawat Fathir. Karena dia sudah terlanjur telat mengambil keputusan, jadi tujuannya sekarang adalah bandara.Masih pukul tujuh pagi, tetapi jalanan sudah macet parah. Nirma membawa mobilnya sendiri tanpa sopir jadi dia bisa leluasa pergi ke mana saja dengan kecepatan yang dibilang sedikit terburu-buru. “Keberangkatan pesawatnya lima belas menit lagi,” gerutunya dengan wajah kesal. Dia melirik jam tangan dan waktu berlalu lima menit semenjak terjebak macet. Dia merutuki kebodohannya sendiri karena terlalu banyak berpikir. Nirma sudah sadar berkat ucapan kakaknya. Mungkin ini kebiasaan yang harus dibuang Nirma mulai sekarang karena dia tidak boleh terus menerus bergantung pada kakaknya, bukan? Nirma keluar dari mobil dan mencari tukang o
#40Hari demi hari mereka lewati dengan sering bertemu. Fathir lebih sering datang ke kantor Nirma dan mengajaknya makan siang bersama. Orang-orang kantor jadi mulai terbiasa dengan kehadiran lelaki itu, bahkan ada yang bergosip bahwa Fathir adalah kekasih Nirma. Nirma sendiri tidak terlalu memusingkan gosip itu dan melakukan pekerjaannya seperti biasa. Lalu, saat akhir pekan, Fathir bahkan berkunjung ke rumahnya dan mengajak jalan. Terkadang pria itu datang tiba-tiba, karena setiap menelepon Nirma atau mengirim pesan, pasti tidak dijawab. Nirma hanya masih belum terbiasa, makanya lebih sering menghindar. Lalu, satu Minggu setelahnya mereka kembali berjalan bersama. Hanya jalan sambil melihat-lihat taman karena Nirma tidak terlalu menyukai mal atau tempat belanja lain. “Apa yang kamu mau? Aku akan belikan semuanya.”“Nirma, nanti kalau hubungan kita lanjut, apa yang ingin kamu lakukan?”“Nirma, aku mau main itu.”“Aku mau makan permen kapas, kamu mau nggak?”“Ayo kita jajan sepuasn
#39Bukan tanpa alasan Nirma bertanya begitu dan suasana hatinya menjadi sedikit buruk. Dia tidak bisa benar-benar menerima orang yang menyukainya saat ini. Bagi Nirma, masa lalu bukan sekadar sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Karena masa lalu juga membentuk dirinya yang sekarang. Nirma saja masih sering kesulitan menangani rasa insecure setiap kali mengingat masa-masa kelamnya saat masih menjadi istri Andra.“Tau, kok.” Fathir menjawabnya dengan santai dan seulas senyum terpatri di wajahnya. “Makanya aku datang ke sini.”“Kamu nggak merasa keberatan sama sekali? Aku seorang janda dan dulu pernah sangat buruk rupa.” Sekali lagi Nirma menegaskan ucapannya. “Nggak ada yang buruk rupa, Nirma. Kalau yang kamu maksud adalah kamu yang gendut dan kurang perawatan? Itu bukan buruk rupa, ya, minimal bagiku. Karena buruk rupa yang sesungguhnya itu sikap yang buruk dan toksik.”“Jadi maksudmu adalah cantik dari hati?” tanya Nirma skeptis. “Itu cuma omong kosong yang bertahan selama abad
#38Bu Retno tidak pernah berpikir bahwa masalah ini akan merenggut harta yang telah dia miliki. Bukan hanya itu, sekarang dia harus dihadapkan dengan denda sejumlah uang yang tidak bisa dia perkirakan nominalnya. Karena denda itulah dia terpaksa harus menjual semua yang dia miliki, perhiasan dan kendaraan yang dia miliki. Namun, jelas itu tidak bisa menutupi uang denda yang seharusnya. “Apa aku harus mengambil pinjaman di bank? Tapi, aku rasa itu nggak mungkin karena aku sendiri belum punya kerjaan. Pihak bank juga nggak akan mungkin memberiku izin untuk itu.”Sudah beberapa hari ini dia uring-uringan pinjam ke rentenir, tetapi karena jumlah uang yang fantastis, dia mengalami kesulitan. Ada jaminan yang mereka minta dan itu adalah rumahnya. “Cuma itu yang ibu punya, ‘kan? Kalau begitu jual saja rumahnya, itu juga kayaknya masih kurang nominal uangnya.” Begitu kata rentenir di mana Retno ingin berhutang.Jelas saja Retno tidak mau. Dia sudah tidak memiliki apa pun lagi. Perhiasan, t
#37Rumah orang tua Luna selama dua hari belakangan menjadi destinasi dua pria yang berbeda pekerjaan. Yang satu adalah pengacara, satunya lagi adalah jaksa penuntut. Alih-alih polisi, dua orang itu terus menanyakan keberadaan Luna. Tentu saja alamat orang tua wanita itu mudah untuk didapat. “Apa yang harus kami lakukan, Pak? Luna nggak mau keluar dari kamarnya,” jelas sang ibu kepada dua tamunya.“Lagi?” jawab si pengacara. “Apa nggak bisa dibujuk, Bu?”“Kami udah melakukan semua sebisa kami, tapi dia memang keras kepala.” Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat. Sepertinya kasus yang menimpa menantunya membuat dia terguncang. Terlebih ini juga menyeret nama Luna. “Kalau seperti ini terus, polisi mungkin akan turun tangan, Bu. Coba pikirkan baik-baik efeknya untuk putri Anda.”Perbincangan itu tampaknya sampai ke telinga Luna yang mengintip di area pintu dapur, dekat den
#36 Di kantor, kini Nirma sedang berkutat dengan pekerjaannya. Di atas meja terdapat laporan tentang perkembangan kasus korupsi yang menyeret mantan suaminya dan Luna. Hubungan kedua orang itu sudah menyebar seantero perusahaan sehingga saat ini dan mungkin sampai beberapa waktu ke depan akan menjadi buah bibir yang panas untuk dibicarakan. Nirma selaku pemimpin perusahaan tentunya mengambil tindakan selain melaporkannya ke polisi. Dia sudah memecat dua orang itu sehingga tidak ada lagi jejak keberadaan mereka, kecuali nama buruk. Seseorang mengetuk pintu dan Nirma mempersilakan masuk. Aleena menyapa sang adik dengan hangat seperti biasanya. “Aku dengar Bu Retno udah bebas dari penjara,” katanya seraya duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja Nirma.“Iya, Kak. Kemarin juga kantor polisi sempat kerepotan karena Mas Andra membuat keributan.” Dia menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan kelakuan mantan suaminya yang meski sudah jelas salah, tetapi masih membuat drama berkepa
#35Nirma terkejut dengan apa yang dia dengar barusan. Suasana menjadi hening di meja makan itu. Baik Aleena atau kedua orang tua mereka, tidak ada yang ingin bersuara sebelum Nirma menunjukkan tanggapannya. “Kalian serius?” kata Nirma.“Iya, Sayang.” Bu Cinta menggenggam tangan Nirma dengan lembut. “Bagaimana? Kamu mau mencobanya nggak?”Nirma tidak menjawab, kemudian Aleena menimpali, “Sebenarnya ini ideku.” Setelah melihat reaksi adiknya, dia jadi merasa bersalah. “Nggak masalah kalau kamu belum siap. Aku cuma punya ide ini sekilas karena mungkin kamu butuh orang spesial di hidup kamu. Ada teman dari suamiku yang juga lagi cari pendamping.”Terdengar helaan napas dari Nirma. Dia tahu bahwa kakaknya tidak mungkin melakukan hal buruk. Lagi pula, perjodohan tidak sepenuhnya buruk juga. Hanya saja, masalahnya masih pada dirinya sendiri. Nirma belum bisa menerima dirinya secara penuh. “Kalau aku justru mempermalukan keluarga ini bagaimana?” ucap wanita itu pada akhirnya. “Maksud kamu
#34Pagi-pagi sekali Luna sampai di kampung halamannya. Dia disambut oleh sang ibu, kemudian ayahnya. Namun, mereka terlihat bingung karena Luna seperti orang linglung dan cemas berlebihan. “Bu, kunci semua pintu dan jendelanya!” Adalah kalimat pertama yang diucapkan perempuan itu saat masuk ke rumah. Tanpa menunggu orang tuanya bergerak, dia langsung menutup kembali pintu dan menguncinya, begitu pun dengan jendela. Ibu dan ayahnya saling bertatapan, seolah bertanya, “Ada apa dengan putri kita?”Meskipun semua akses masuk telah diblokir Luna, dia masih belum bisa merasa aman. “Polisi bisa aja mengikutiku sampai ke sini, ‘kan?” ucapnya dalam hati. “Gimana nanti kalau Ibu dan Bapak tahu aku jadi buronan?!”“Nak, sebenarnya ada apa?” tanya sang ibu. Dia membawa putrinya duduk di sofa ruang tamu. “Kenapa Andra nggak ikut sama kamu? Ibu pikir kalian datang ke sini bersama.”“Jangan tanya aku soal dia, Bu!” bentaknya. Setiap kali mengingat sang suami, perasaannya semakin memburuk. Pria it
#33Hari itu terasa kelabu bagi Andra dan Retno. Mereka pada akhirnya masuk ke dalam jeruji besi berkat semangat petugas polisi. Kegaduhan yang mereka buat tidak berbuah apa pun dan berakhir dengan harus menerima kenyataan pahit ini. “Bu, aku nggak mau hidup di dalam penjara,” rengek Andra pada ibunya. Mereka harus menunggu sidang untuk mendapat keputusan tentang hukuman dan apakah mereka akan ditempatkan di tempat yang sama atau tidak. “Kamu pikir Ibu mau?!” bentak Retno yang saat ini penampilannya sangat kacau. Baju yang dia beli khusus untuk mendapat perhatian dari Nirma dan hiasan wajah yang memerlukan biaya salon yang tak sedikit itu berakhir sangat tragis. Siapa sangka bahwa penampilannya yang totalitas justru membawanya ke dalam jeruji besi.Andra hanya bisa terdiam. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Harga diri, nama baik dan segala hal yang dia usahakan dan dipertahankan berakhir dengan sia-sia. Semuanya hilang. Nirma yang telah merenggutnya. “Apa pun caranya. Ibu a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments