Share

Hamil?

#2

"Sebentar lagi hasil labnya keluar, Bu. Mohon ditunggu, ya," ucap dokter pada Nirma dan Bu Widi.

"Hasil lab apa ya, Bu?" tanya Nirma bingung.

"Cuma tes darah biasa buat mastiin penyakit kamu, Nir," sahut Bu Widi.

"Oh ya, sebelum itu, silakan ikut suster Lina untuk tes urine ya, Mbak," ucap Dokter lagi.

"Hasil lab? Tes urine?" Nirma mengulangi perkataan sang dokter. Wanita itu masih bingung dengan apa yang sedang terjadi secara mendadak ini. 

"Benar, Mbak Nirma. Mari ikut saya," ajak suster Lina sembari menuntun Nirma menuju ke kamar mandi. Nirma segera bangkit dari brankar. Wanita itu nampak sungkan karena sudah merepotkan banyak orang, termasuk bosnya sendiri.

Suster Lina lantas memberikan sebuah testpack dan satu cup kecil untuk menampung urine Nirma. 

Tak berapa lama Nirma sudah kembali ke ruangannya dan tengah mengobrol dengan Bu Widi. 

"Maaf, Bu, saya udah nyusahin Ibu," ucap Nirma.

"Kalau kamu sakit, harusnya kamu bilang, Nir. Jangan maksain diri begitu," tegur Bu Widi.

Nirma mengangguk. Perbincangan antara karyawan dan bos itu pun terhenti karena kedatangan dokter yang sudah membawa hasil laboratorium dan tes urine. 

"Hasil lab dan tes urine-nya sudah keluar, Mbak Nirma," ujar dokter.

"Saya sakit apa, Dok?" tanya Nirma dengan wajah muram.

Perkataan dokter membuat Nirma mulai gugup. Nirma takut, wanita itu mempunyai penyakit parah karena obesitas yang dideritanya.

"Kondisi Mbak Nirma sangat sehat. Silakan dilihat hasilnya Mbak. Alhamdulillahnya, Mbak tidak sakit, tetapi Mbak Nirma sedang hamil," ungkap dokter.

Nirma membelalakkan mata. Wanita itu sama sekali tidak menduga kalau ternyata ia tengah mengandung buah hati yang selama ini sudah ia tunggu-tunggu.

"Saya beneran hamil, Dok?" tanya Nirma tak percaya.

"Selamat ya, Nirma! Ibu ikut senang dengernya," ucap Bu Widi dengan wajah sumringah.

Nirma benar-benar syok. Setelah pemeriksaan selesai, Bu Widi pun meminta Nirma untuk pulang dan beristirahat.

"Kamu nggak perlu kerja dulu, Nir. Kamu pulihkan dulu aja tubuhmu," ujar Bu Widi pada Nirma.

"Terima kasih banyak, Bu. Saya nggak akan izin lama-lama," timpal Nirma.

Nirma tak henti-hentinya tersenyum setelah wanita itu keluar dari rumah sakit. Wanita itu sudah tidak sabar ingin segera membagi kabar gembira ini pada suami dan ibu mertuanya.

"Ternyata aku nggak mandul. Aku bisa punya anak. Akhirnya aku bisa kasih keturunan buat Mas Andra," gumam Nirma dengan manik mata berkaca-kaca. Wanita itu tak mampu menahan tangis bahagianya.

"Kita sapa papa kamu ya, Nak? Papa sama Nenek kamu pasti senang kalau tahu kamu sedang tumbuh di perut Mama," oceh Nirma seraya mengusap lembut perutnya yang saat ini berisi calon buah hatinya.

Nirma membuka pintu rumah suamiku dengan wajah sumringah. Nirma bergegas melangkah menuju ke kamar, namun langkah Nirma terhenti begitu Nirma mendengar suara mencurigakan dari dalam kamarnya.

"Ada orang ya di kamar?" gumam Nirma.

Nirma mendengar dengan jelas suara de-sahan dari dalam sana. Karena penasaran, wanita itu pun segera mendorong pintu kamar untuk memeriksa ruangan tersebut.

Nirma mematung. Mata wanita itu menyorot ta-jam ke arah laki-laki dan perempuan yang saat ini tengah bergumul di ranjang kamarnya.

Tubuh Nirma gemetaran. Gigi Nirma bergemeletuk. Sorot mata wanita itu sudah dipenuhi oleh amarah yang membara.

"Bina-tang! Kalian sungguh bina-tang! Ba-jingan!" pekik Nirma nyaring.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status