#Juara Kelima big contest dengan tema : Yang Matang Lebih Menantang# Dengan berat hati, Keyna, mahasiswa kedokteran tingkat akhir terpaksa menunda pendidikannya karena masalah keuangan. Ia lalu mendapat tawaran untuk bekerja sebagai perawat. Namun, ia mendapat syarat-syarat yang berat. Keyna harus menikah kontrak dengan William, bosnya yang memiliki perbedaan usia yang jauh dengannya. Selain itu, Keyna juga mendapat perintah untuk membuat lelaki itu lumpuh sementara. Selama merawat William, Keyna akhirnya banyak menemukan fakta tentang lelaki kaya raya itu. Salah satunya mengapa ia ingin menjadi lumpuh di hadapan putra-putrinya. Hingga kemudian timbul rasa simpati yang berakhir dengan cinta. Akankah cinta mereka bersatu? Yuk, baca kisah Keyna dan William. Jangan lupa berikan komentar positif untuk Rey, ya. Selamat membaca. Source gambar cover: Pexels (free) Edited by: Canva Pro
Lihat lebih banyak"Keyna! Kenapa Cedric bilang kalian sudah putus?"
Keyna yang sedang terduduk lemas dengan air mata di pipi mengerutkan kening, lalu menjawab, "Siapa yang memberitahu Mama?" "Barusan Mama menelepon Cedric." "Pasti Mama mau minta uang lagi 'kan? Kenapa sih Mama membuat aku malu saja?" "Cedric itu calon suamimu. Wajar kalau Mama minta uang. Sudah, jangan mengalihkan perbincangan. Apa benar, kalian putus?" Keyna mengangguk pelan. "Iya. Cedric memutuskan hubungan denganku." "Dasar anak bodoh!" maki Wina, ibu kandung Keyna. "Kamu tidak boleh putus dengannya. Kalian 'kan sudah merencanakan pernikahan." "Pernikahan batal, Ma.” Keyna mengukir senyum sinis untuk mamanya. “Kalau Mama tidak menghentikan biaya kuliahku, aku sudah lulus satu tahun yang lalu dan pernikahan itu tidak akan batal.”Masih jelas di benak Keyna kejutan yang diberikan sang kekasih tadi sore. Pertemuan yang ia kira akan berisikan kata-kata manis, justru berakhir tragis–untuknya.
Perbedaan status keduanya ternyata membawa masalah besar. Cedric telah resmi mendapatkan gelar dokter umum. Setelah itu, ia bersiap untuk melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis. Sementara Keyna, gelar yang sudah nyaris di depan mata itu nyatanya begitu sulit digapai.
Tuntutan dari orang tua Cedric yang ingin memiliki menantu yang setara, sama-sama bergelar dokter membuat rencana pernikahan mereka akhirnya kandas. Mantan kekasihnya itu enggan untuk menunggu, meski ia sudah memohon pengertian pria itu.“Akh, kamunya saja yang tidak bisa mengambil hati calon mertua.” Mata mamanya mendelik tajam ke arah Keyna tanpa peduli kesedihan yang gadis itu rasa. “Di mana lagi kamu mendapatkan calon suami tampan dan kaya raya seperti Cedric itu? Memang dasar kamunya yang bodoh!”Keyna mengembuskan napas panjang. Ia berusaha menulikan pendengarannya dari caci maki mamanya yang tak henti. Saat pandangan matanya menunduk, saat itulah ia melihat sebuah koper besar tak jauh dari mamanya berada.“Mama mau ke mana?” tanya Keyna, memotong rentetan kalimat mamanya.
“Pergi! Sudah nggak ada lagi yang bisa Mama harapkan dari kamu!” Wanita yang melahirkannya itu kemudian melemparkan sebuah amplop ke hadapan Keyna. “Karena sekarang Cedric sudah lepas tangan, maka itu jadi urusanmu.”
Cepat, Keyna membuka amplop tersebut karena penasaran. Dahinya kembali mengerut saat membaca amplop yang berisikan surat tagihan itu.“Tapi ini semua tagihan kartu kredit Mama!” Ia menolak secara langsung. Bola matanya kembali melebar kala melihat nominal uang yang ditagihkan di surat itu. “Lagian, Keyna nggak sanggup bayar ini, Ma.”
Sayang, mamanya menelengkan pandangan. Tangannya pun dengan sigap meraih gagang koper yang sudah gembung itu.
“Bukan urusan Mama. Siapa suruh kamu lepasin tambang emas kita!”
Setelahnya, mamanya langsung pergi tanpa menoleh lagi ke arah Keyna yang kehilangan kata-kata. Keyna melihat, sebuah mobil telah menunggu mamanya, seorang lelaki bahkan turun dan membukakan pintu untuk wanita yang dipanggilnya ibu itu.
Semuanya berawal saat Ayah kandung Keyna meninggal dunia. Ibunya memutuskan untuk tidak lagi membiayai kuliahnya, karena takut uang warisan akan habis. Sementara, ibunya sendiri hanya hidup berfoya-foya saja.
Sebenarnya, Keyna sudah bekerja, tetapi gajinya tetap tidak mencukupi untuk menutupi biaya kuliah, juga hutang yang ditinggalkan mamanya. Sebulan telah berlalu. Keyna bekerja keras hingga malam hari untuk menghidupi diri. Ia benar-benar dihimpit kesulitan. Teror dari debt collector pun mulai menyerang. Hingga pada suatu hari, ia dikagetkan oleh gedoran paksa beberapa orang yang menyuruhnya mengosongkan rumah.‘RUMAH INI DISITA BANK’
Hari itu, jadi hari terakhir Keyna memijakkan kaki di rumah peninggalan ayahnya karena kini bank sudah mengambil alih kepemilikan rumah itu.
***
‘DICARI! PERAWAT UNTUK LANSIA, DIJAMIN GAJI BESAR!’
Satu pengumuman menarik perhatian Keyna. Dibacanya lamat-lamat informasi lowongan pekerjaan yang ada di sebuah situs pencarian kerja ternama. Walaupun lokasinya berada di luar kota, wanita itu tak peduli. Tidak ada lagi yang menahannya untuk tetap berada di kota ini.
Tak mau membuang waktu, Keyna segera menghubungi nomor kontak yang tertera dan menyatakan kesediaannya.
Dan, di sinilah ia sekarang berada, di sebuah ruang besar yang berupa kamar, yang disulap menyerupai kamar perawatan VVIP sebuah rumah sakit. Berbagai macam peralatan medis yang canggih berada di sana. Namun, ranjang hidrolik di sana kosong, membuat Keyna mengernyit. ‘Ke mana pasiennya?’
Saat Keyna tengah meneliti sekeliling ruangan mewah itu, sebuah suara terdengar, hampir membuatnya berjengit."Selamat sore, Nona Keyna."Keyna membalik tubuhnya. Seorang lelaki gagah menatapnya tajam. Kedua tangannya tersimpan di dalam saku celana panjang. "Selamat sore, Tuan ..." "William. " "Selamat sore, Tuan William." Keyna mengulangi sapaannya.Tanpa membalas, William mengarahkan Keyna duduk di sofa yang berada di ujung ruangan. Mereka kini duduk berhadapan. Lelaki yang tidak muda lagi itu sedang membaca profil Keyna.William Summer Dalton, seorang billionair berusia empat puluh delapan tahun kini menatap tajam wanita kurus di depannya. Di antara banyaknya pelamar, Keyna merupakan kandidat kuat yang akan bekerja menjadi perawat untuknya."Sekarang, coba periksa kesehatanku," pinta William setelah ia mengajukan berbagai pertanyaan.
Keyna mengangguk penuh percaya diri. Tugas yang mudah. Dengan cekatan, ia mengambil peralatan kesehatan yang telah disediakan.Semua prosedur dilakukan Keyna dengan cermat. William memuji kecakapan Keyna dalam hati saat wanita itu mengambil darahnya. Lelaki itu tidak merasa nyeri sama sekali saat jarum suntik menusuk pembuluh venanya.Beberapa saat kemudian, Keyna mengangsurkan hasil tes kesehatan William. Lelaki itu membaca sekilas. Wajahnya tampak datar saja."Hasil pemeriksaan tanda vital, fisik dan pemeriksaan penunjang, Anda sangat sehat, Tuan William."
Biasanya, seorang pasien akan sangat senang mendengar diagnosa tersebut. Namun, Keyna melihat lelaki di depannya ini tidak demikian.
"Aku tidak suka hasil tes itu." William melempar sembarangan hasil tes yang diberikan Keyna.
Tentu saja Keyna kaget dengan reaksi William. Ia mengulang kembali hasil pemeriksaannya. "Anda baik-baik saja, Tuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Masalahnya, aku ingin hasil tes itu buruk. Aku ingin sakit."
Keyna mengerjap-ngerjapkan mata. Apa ia tidak salah dengar? Lelaki di depannya ini mengatakan ingin sakit?"Saya sungguh tidak mengerti maksud Tuan," balas Keyna.William mengembuskan napas berat dan menjawab, "Tugasmu adalah membuatku sakit."Garis muncul di antara alis Keyna. Ia semakin bingung dengan pernyataan lelaki di hadapannya yang berkali-kali mengatakan ingin sakit. Kepalanya menggeleng kuat tanda tak menyetujui permintaan aneh William.
"Membuat Anda sakit?” ulang Keyna dengan gugup. “Ta-tapi, Tuan, bagaimana caranya?”Malam harinya, tanpa membuang waktu, William dan keluarganya bertolak ke bandara untuk pulang. Tidak ada alasan lagi bagi William untuk menetap di Pulau Chantal setelah mengetahui sang putra baik-baik saja. Mereka pun pergi tanpa berpamitan pada sang pemilik pulau. William sudah bertekad menutup semua akses komunikasi dengan Chantal maupun semua wanita. Mengingat pernyataan keras Keyna, William merinding. Sejak itu, matanya tak pernah lepas dari sang istri. Hatinya sangat tidak tenang jika mereka berjauhan. "Cha, Keyna kenapa akhir-akhir pendiam, ya?" tanya William. "Apa Keyna masih marah, ya sama Daddy?" Sacha sedang duduk di depan meja kerja sang Daddy. Menatap berkas perusahaannya yang akan bergabung dengan perusahaan Will Universe. Kini matanya mengamati wajah William yang termenung. "Daddy masih berurusan dengan ibu-ibu komite sekolah Princess? Atau masih berhubungan dengan Chantal?" "Tidak sama sekali, Cha." Akhirnya mereka berkesimpulan, Keyna memang sedang lelah saja. M
Untuk mengalihkan rasa kesal, Keyna berjalan-jalan sendirian di tepi laut. Pulau ini memang cantik dan eksotik. Gabungan antara penduduk pribumi dan modern masih sangat kentara. Namun begitu, pelayan di sekitar resort terlihat telah lebih mengenal peradaban. “Cantik, ya?” Kepala Keyna menoleh ke samping. Chantal berdiri dengan wajah menatap laut. Wanita itu menarik napas dalam-dalam menghirup udara laut dan mengembuskannya perlahan. “Mau menemaniku berkeliling?” Itu bukan sebuah ajakan, nada suara Chantal jelas menuntut Keyna untuk ikut. Tangan kanan wanita pulau itu terentang ke sisi kanan untuk memberi kode agar berjalan. Keduanya berjalan menyisiri pinggir laut. Angin hampir saja menerbangkan topi lebar yang dikenakan Keyna jika ia tidak memeganginya. Sementara Chantal dengan santai berjalan tanpa alas kaki menembus angin yang mengibarkan pakaian tipis hingga lekuk tubuhnya tampak jelas terlihat. “Aku sudah berhasil membawa peradaban modern ke pulau ini. Namun begitu, sebagai
“Baby, jangan cemberut terus. Tolong, maafkan aku,” mohon William saat mereka telah dalam pesawat.Keyna tidak menjawab. Ia sibuk menatap laptopnya dan memberikan layanan kesehatan melalui online. Bahkan saat William kembali berkata, Keyna langsung mengenakan headset hingga suara suaminya sama sekali tidak terdengar lagi.William mengembuskan napas berat. Ia tau dirinya salah. Tetapi, bukankah alasannya cukup masuk akal? Apa ini karena Keyna cemburu?Pusing memikirkan sikap istrinya, William bangkit dari duduknya. Lelaki itu mengecup puncak kepala Keyna sebelum berjalan menjauh. Ia mendatangi Princess yang sedang bermain dengan Sacha.“Kenapa Daddy meninggalkan Keyna?” tanya Sacha.“Keyna sedang konsultasi online.”“Pasti Keyna marah pada Daddy.”“Iya, sepertinya begitu.”“Kenapa Mommy marah pada Daddy?” tanya Princess.Keduanya lalu tersadar bahwa P
“Akh … kalian sudah saling kenal?” Chantal menatap Louis dan Lily bergantian.“Mmm … kami teman masa kecil, Nyonya Chantal,” balas Lily menyeringai.“Oh ya? Menarik, sangat menarik.” Mata Chantal berbinar mendengar jawaban Lily.Sementara itu, Louis masih terpana dengan pemandangan di depannya. Chantal sampai menggeleng kemudian terkekeh. Wanita itu kemudian pamit.“Baiklah. Aku tinggalkan kalian berdua untuk bernostalgia.”“Terima kasih, Nyonya Chantal," balas Lily dengan santun.Sebelum Chantal berlalu, ia menyempatkan diri mengedipkan sebelah matanya pada Louis. Wanita itu juga mengusap dada Louis dan berbisik pelan di telinga lelaki muda itu.“Mungkin ini jawaban dari rasa penasaranmu.”Louis tersentak sedikit. Kepalanya menoleh menatap kepergian Chantal. Lalu, tersadar saat Lily kembali menyapanya.“Kamu baik-baik saja?”“Entahlah. Bertemu lagi denganmu … cukup mengejutkan,” aku Louis.Kepala wanita cantik bergaun putih itu meneleng ke kanan. Bibirnya rapat namun menyunggingkan s
Pertemuan dengan Chantal, sama sekali tidak mencerahkan Louis. Wanita itu malah melenggang santai meninggalkan Louis yang masih tidak mengerti. Chantal hanya berpesan untuk menghubunginya kapan saja ia butuh.Louis menatap bayangan Chantal. Ia bisa bebas memandangi tubuh Chantal dari tampak belakang. Setelah wanita pulau itu menghilang, Louis segera keluar dari restoran.“Permisi, hari ini aku ada jadwal menyelam. Apa perlengkapan untukku sudah siap?” tanya Louis pada pegawai resort.Lelaki pribumi yang diajak bicara itu bertelanjang dada, mengenakan sarung yang panjangnya hanya sampai lutut serta pengikat kepala khas pulau. Ia tersenyum ramah dan mengangguk pada Louis.“Silahkan, Tuan Louis,” jawab si lelaki sambil mengarahkan jalan.“Apa perjalanan kita jauh?”“Tidak, Tuan. Kita akan naik kapal ke tengah laut, setelah itu Anda baru bisa turun dan menyelam.”“Ada pengawas atau pelatih yang akan menemaniku?”“Saya sendiri yang akan menemani Tuan.”Louis mengangguk. Mereka berkenalan.
“Tersesat?”Louis berhenti berjalan. Tidak ada siapa-siapa di dekatnya. Suara seksi dari arah belakang itu pasti memang menyapanya.Pemuda tampan itu membalik tubuh. Menahan napas sejenak begitu melihat sosok yang berdiri dengan senyum menggoda. Mata hitamnya mengerjap pelan.“Ehm.” Louis menjernihkan tenggorokannya. “Tersesat? Tidak. Aku memang mau berkeliling.”“Oh. Ini saatnya makan siang. Kamu tidak ke restoran?”“Setelah ini aku ke restoran.”“Dari arah sini kamu tidak akan menemukan apa pun selain lorong yang ujungnya buntu. Bagaimana kalau kita ke restoran saja. Aku tau jalan tercepat ke sana.”Louis terpana. Bukan karena suara seksi itu. Wanita ini terlihat manis dengan kulit kecoklatan yang mengkilat. Sekilas ia mengamati. tubuhnya berisi dengan tonjolan dan lekukan yang proporsional.Masalahnya, wanita di depannya ini memakai gaun panjang tembus pandang. Ia hanya mengenakan celana dalam. Bagian dada wanita itu tercetak jelas melalui bahan tipis bermotif bunga dan tertutup s
“William,” panggil Keyna.Cepat, William menoleh. Tersenyum manis pada Keyna dan merengkuh bahunya.“Ya, Baby? Sudah selesai melihat-lihat kelas Princess-nya?”“Sudah. Princess sudah mau masuk sekolah,” ucap Keyna.Seorang wanita tersenyum dan menyapa Keyna. “Oh, ini Mommynya Princess, ya?”“Akh, ya. Kenalkan, ladies. Ini istriku, Keyna.” William kemudian menatap istrinya. “Baby, kenalkan ini ibu-ibu komite yang luar biasa kontribusinya pada sekolah.”Sambil memaksakan senyum, Keyna menyalami para ibu yang sejak tadi mengerubungi sang suami. Lalu ia memberi kode pada suaminya untuk pergi dan mengantar Princess kembali ke kelas.“Kami permisi dulu ke kelas Princess,” ucap Keyna dengan nada yang dibuat seramah mungkin, padahal hatinya sangat kesal.“Oke. Setelah mengantar Princess, ke sini lagi, ya. Kita ngobrol-ngobrol dulu. Jarang-jarang kan Mommy Keyna muncul di sekolah.”Ucapan salah satu wanita itu seolah menyindir Keyna. Dengan menggenggam tangan William, Keyna menatap satu per-sa
Setengah jam William berbincang dengan Chantal. Lelaki itu menutup teleponnya sambil tersenyum dan menggeleng samar. Ia kembali ke kamar, naik ke ranjang dan tidur.Pagi harinya, Keyna bangun lebih dulu. Ia mencium suaminya dan bergegas ke kamar Princess. Putri cantik itu sudah bangun, namun masih mengobrol di ranjang bersama Ferina.“Selamat pagi,” sapa Keyna.“Mommyy …. “Princess merentangkan tangannya meminta Keyna memeluknya.Ferina tersenyum menatap keduanya. “Aku ke kamar tamu dulu, ya. Mau mandi dan bersiap-siap ke rumah sakit.”“Oke, Auntie Ferina.”Ferina mencium pipi Princess sebelum keluar. Keyna menggenggam sekilas tangan sahabatnya. Pintu menutup dan langkah Ferina yang menjauh tak terdengar lagi.“Apa Princess Mommy tidur nyenyak hari ini?”“Iya. Tapi Princess bangun sebentar karena Auntie menangis.”“Auntie Ferina menangis?”“Iya, karena aku pakai selimut dari Uncle Hanson.”Keyna mengamati sekitar ranjang. Selimut dari Hanson tidak ada di sana. Ia lalu kembali menatap
“Bagaimana Ferina hari ini, Baby?” tanya William pada istrinya.Mereka sedang berbaring di ranjang. Berbincang tentang aktifitas padat yang William dan Keyna lakukan hari ini. Keyna meletakkan kepalanya pada dada William.“Matanya tidak bisa berbohong. Aku tau, ia masih sangat berduka. Walaupun ia bisa tersenyum pada semua orang yang memeluknya dan mengucapkan bela sungkawa,” jawab Keyna.“Aku lihat Ferina sangat berusaha untuk tegar. Ia melakukannya demi janin di rahimnya.”“Betul. Ferina bilang padaku, yang menguatkannya saat ini adalah adanya benih Hanson pada tubuhnya.”William mengembuskan napas berat. Tangannya mengelus rambut panjang sang istri. Sesekali ia mengecup rambut halus itu.“Apa Ferina sekarang masih tidur di kamar Princess?”“Masih.”“Apa putri kita terganggu?”Kepala Keyna mendongak menatap sang suami. “Kenapa terganggu?”“Siapa tau, Princess terbangun karena mendengar isak tangis Ferina di malam hari.”“Princess tidak pernah bercerita tentang hal itu. Aku asumsikan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen