#1
"Makan teross! Badan udah kayak gentong gitu, gimana bisa hamil coba! Kamu aja makannya serampangan!" hardik Bu Retno sembari berkacak pinggang. "Sayang nasi dan lauknya kalau dibuang, Bu." Nirma membela dirinya. "Cih, alasan! Bilang aja kalau kamu itu rakus!" ketusnya sambil melengoskan wajah. Sakit hati? Tentu saja. Siapa yang tidak sakit hati saat menerima seluruh kata-kata menyakitkan setiap hari selama bertahun-tahun. Sudah kebal rasanya, dan Nirma sudah tak tahu lagi bagaimana sakitnya dihina seperti itu oleh ibu mertuanya. * "Mbak Nirma, tolong ambilin sayur-mayur di belakang, ya?" "Mbak Nirma, jangan lupa periksa nasinya!" "Mbak Nirma, bawang gorengnya ditaruh di mana?" Nirma mengusap peluh yang bercucuran di dahinya. Wanita itu terus berjalan ke sana ke mari sejak tadi tanpa henti. Nirma benar-benar lelah. Wanita bertubuh gempal itu makin kesulitan bergerak karena ukuran tubuhnya yang terlalu besar. "Aku istirahat dulu ya, Mbak?" pinta Nirma pada teman-temannya yang bekerja di tempat catering. Nirma meraih gelas, kemudian meneguk habis air yang berada dalam wadah tersebut. wanita itu tetap bekerja dengan rajin di tempat catering, meskipun wajahnya terlihat pucat. "Mbak, ayo makan dulu. Mbak belum makan dari tadi, kan?" tegur salah satu teman Nirma. "Aku belum lapar, Mbak. Aku makan nanti aja," tolak Nirma. "Jangan gitu, Mbak! Sini makan dulu! Muka Mbak udah pucat banget, loh!" Nirma memegang perutnya yang sudah keroncongan. Perut buncitnya yang sudah terisi banyak lemak itu membuatnya teringat kembali dengan hinaan yang kerap dilontarkan oleh ibu mertuanya. Ibu mertua Nirma selalu mengatainya dengan sebutan gentong, gerobak, hingga kuda nil setiap hari karena berat badannya yang berlebihan. Ia bahkan tampak lebih tua dari usianya yang baru 28 tahun karena bobot tubuhnya yang mencapai 85 kilogram. "Duluan aja, Mbak. Aku makan nanti aja habis motong sayuran," sahut Nirma membuat-buat alasan. "Kalau gitu, Mbak duduk aja dulu. Dari tadi Mbak mondar-mandir terus. Pasti Mbak capek." Nirma hanya tersenyum. Wanita itu memang bekerja terlalu keras. Padahal Nirma mempunyai suami yang bekerja di perusahaan besar. Suaminya juga mempunyai jabatan yang cukup tinggi. Tanpa bekerja pun, Nirma bisa hidup makmur dengan gaji suaminya. Namun, Nirma bukan tipe wanita pemalas yang hanya bisa duduk seharian di rumah. Meskipun suaminya mempunyai penghasilan tinggi, Nirma tetap bekerja keras mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini ia lakukan juga karena tuntutan ibu mertua. Nirma tidak ingin menjadi istri benalu dan makin dibenci oleh ibu mertuanya. Oleh sebab itu, apa pun yang terjadi Nirma harus tetap bekerja. "Suaminya Mbak kerja di perusahaan besar, kan? Kenapa Mbak nggak berhenti kerja aja?" "Aku nggak mau duduk di rumah terus, Mbak. Aku belum punya anak juga, jadi aku masih pengen manfaatin waktu buat kerja," sahut Nirma. "Mbak udah nikah berapa lama sih?" "Lima tahun, Mbak," jawab Nirma dengan senyum kecut. "Udah lama juga ya, Mbak? Sayang banget Mbak belum ada anak." Nirma menundukkan kepala. Lima tahun sudah wanita itu membina rumah tangga bersama dengan Andra. Namun, sampai sekarang Nirma belum dipercaya untuk mempunyai momongan. Tidak hanya dihina karena bertubuh gemuk, Nirma juga harus menerima hinaan dan tuduhan mandul dari ibu mertuanya yang tidak menyukai dirinya. Bu Retno selalu saja memandang rendah Nirma karena wanita itu tak bisa memenuhi harapannya. "Minta doanya aja, Mbak. Saya juga pengen cepat hamil," ucap Nirma dengan senyum dipaksakan. Wajah Nirma makin pucat. Matanya juga mulai berkunang-kunang. "Mbak Nirma? Mbak baik-baik aja, kan?" "Mbak?" Pandangan Nirma kabur, kemudian wanita itu ambruk. Nirma jatuh pingsan dan membuat teman-temannya panik. "Mbak Nirma? Mbak Nirma kenapa?" "Tolong? Tolongin Mbak Nirma!" "Panggil Bu Widi sekarang!" Semua orang yang ada di tempat catering tersebut nampak heboh karena Nirma yang mendadak pingsan. Bu Widi sebagai pemilik tempat catering bergegas menghampiri untuk melihat kondisi Nirma. "Nirma kenapa?" tanya Bu Widi. "Kami juga kurang tahu, Bu. Tiba-tiba Mbak Nirma pingsan," sahut teman-teman Nirma yang melihat wanita gempal itu tumbang. "Muka Mbak Nirma udah pucat dari tadi, Bu. Kayaknya Mbak Nirma emang lagi nggak sehat." Bu Widi pun segera menyiapkan mobil untuk membawa Nirma menuju ke rumah sakit terdekat. "Tolong bantu saya bawa Nirma ke mobil. Saya mau bawa dia ke rumah sakit," ujar Bu Widi. Nirmala langsung mendapatkan penanganan setelah tiba di rumah sakit. Tak lama kemudian, Nirma pun akhirnya sadarkan diri usai diperiksa oleh dokter. "Syukurlah kamu udah sadar, Nirma," ucap Bu Widi benar-benar lega melihat karyawannya yang sudah siuman. "Saya di mana, Bu?" "Kamu di rumah sakit, Nirma." "Rumah sakit?" tanya Nirma dengan dahi berkerut. "Kenapa saya dibawa ke sini, Bu?" "Tadi kamu pingsan, Nirma. Muka kamu juga pucat banget. Kamu baik-baik aja, kan?" Nirma memijat kepalanya yang terasa pening. Wanita itu tidak terlalu ingat apa yang terjadi padanya sebelum ia dibawa ke rumah sakit. "Gimana kondisi Nirma, Dok? Nirma nggak sakit parah, kan?" ***#2"Sebentar lagi hasil labnya keluar, Bu. Mohon ditunggu, ya," ucap dokter pada Nirma dan Bu Widi."Hasil lab apa ya, Bu?" tanya Nirma bingung."Cuma tes darah biasa buat mastiin penyakit kamu, Nir," sahut Bu Widi."Oh ya, sebelum itu, silakan ikut suster Lina untuk tes urine ya, Mbak," ucap Dokter lagi."Hasil lab? Tes urine?" Nirma mengulangi perkataan sang dokter. Wanita itu masih bingung dengan apa yang sedang terjadi secara mendadak ini. "Benar, Mbak Nirma. Mari ikut saya," ajak suster Lina sembari menuntun Nirma menuju ke kamar mandi. Nirma segera bangkit dari brankar. Wanita itu nampak sungkan karena sudah merepotkan banyak orang, termasuk bosnya sendiri.Suster Lina lantas memberikan sebuah testpack dan satu cup kecil untuk menampung urine Nirma. Tak berapa lama Nirma sudah kembali ke ruangannya dan tengah mengobrol dengan Bu Widi. "Maaf, Bu, saya udah nyusahin Ibu," ucap Nirma."Kalau kamu sakit, harusnya kamu bilang, Nir. Jangan maksain diri begitu," tegur Bu Widi.Nirma
#3"Apa yang kalian lakukan di sini!" teriak Nirma pada pasangan mesum yang tengah memadu kasih itu.Hati Nirma hancur. Laki-laki tanpa busana yang ada di hadapannya saat ini adalah suaminya sendiri, yaitu Andra. Sementara, wanita yang berseng-gama dengan pria itu adalah sepupu jauh Andra, yaitu Luna."Breng-se-k kamu, Mas! Berani kamu bawa perempuan lain ke kamar kita?" sentak Nirma."Beginikah kelakuan kamu di belakangku, Mas? Kamu selingkuhin aku?"Nirma berteriak dengan mata yang sudah basah. Andra dan Luna nampak terkejut saat melihat Nirma yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar, tapi mereka berdua justru melanjutkan kegiatan mereka.Ya, Andra dan Luna tidak peduli sedikitpun pada kemarahan Nirma. Keduanya juga tidak menunjukkan rasa bersalah. Alih-alih memberikan penjelasan pada Nirma, Andra dan Luna justru membuat Nirma semakin geram.Hati Nirma semakin remuk. Kepercayaan Nirma pada suaminya langsung sirna. Lima tahun sudah Nirma berusaha mempertahankan rumah tangganya bersama And
#4Nirma terdiam seribu bahasa. Wanita itu benar-benar habis pikir dengan jalan pikiran ibu mertuanya."Yang salah itu Mas Andra sama pela-kor itu, Bu!" Nirma berucap lirih."Yang salah itu kamu! Kalau kamu bisa hamil, Andra nggak perlu tidur sama perempuan lain!" sahut Bu Retno dengan kej*mnya.Da-da Nirma terasa sesak. Wanita itu menatap nanar ke arah suaminya yang saat ini tengah sibuk mengenakan pakaian dengan asal. Tidak hanya Andra saja yang sibuk mencari pakaian, Nirma juga melirik ke arah wanita murahan yang menjadi pelampiasan nafsu bejat Andra. Kali ini, Nirma dapat melihat wajah pelakor itu dengan jelas. "Luna?" jerit Nirma dalam hati.Nirma benar-benar tak menyangka kalau ternyata wanita hi-na yang bercinta dengan suaminya adalah Luna."Bukannya Luna itu masih sepupu jauhnya Mas Andra? Kenapa Mas Andra ngelakuin hal ini sama sepupunya sendiri?" batin Nirma.Nirma sudah bersiap untuk mema k i Luna, tapi wanita itu justru mendapatkan omelan dari Andra terlebih dahulu sebelu
#5Nirma tersenyum getir. Dunianya sudah runtuh. Kini Nirma tak lagi mempunyai tempat bersandar."Harusnya kamu ceraikan kuda nil itu dari dulu!" cetus Bu Retno senang bukan main saat melihat putranya menalak Nirma.Luna juga ikut kegirangan melihat keributan Nirma dan Andra, yang berakhir dengan ucapan talak dari Andra."Aku mau kita cerai! Aku udah muak sama kamu, Nirma!" seru Andra.Nirma hanya diam. Andra, Bu Retno, dan Luna masih menanti respon dari Nirma."Padahal aku lagi hamil sekarang," batin Nirma miris.Jika saja Andra mau meminta maaf pada Nirma dan memperbaiki hubungan dengan Nirma, mungkin Nirma masih akan memberikan kesempatan pada sang suami. Nirma masih ingin membagikan kabar bahagia mengenai kehamilannya pada sang suami.Namun, yang terjadi justru Andra sendiri sudah tak mau hidup bersama dengan Nirma, untuk apa dia memberitahu Andra mengenai anak yang ia kandung? "Kamu yakin mau pisah dariku, Mas?" tanya Nirma dengan suara bergetar. "Apa kamu nggak akan nyesel nant
#6Nirma membuka mata perlahan. Setelah pingsan selama beberapa jam, akhirnya wanita itu sadar dan membuka mata.Saat ini Nirma sudah berada di rumah sakit. Orang yang menabraknya langsung membawa Nirma ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.Untungnya Nirma tidak terluka parah. Namun, kecelakaan itu membuat Nirma kehilangan janin yang ada dalam kandungannya."Kamu udah sadar?" tanya seorang wanita cantik yang saat ini tengah menemani Nirma.Wanita itu terlihat sangat senang saat melihat Nirma yang sudah siuman. "Syukurlah, akhirnya kamu bangun juga!" ucap wanita cantik itu."Saya di mana sekarang?" tanya Nirma dengan suara parau."Kamu ada di rumah sakit. Maaf, ya? Aku udah ceroboh dan bikin kamu terluka," ucap wanita itu penuh sesal.Wanita cantik itu terus tersenyum pada Nirma dan berbicara dengan lembut pada Nirma. Entah mengapa, Nirma merasakan kehangatan yang tak biasa saat bertatapan dengan wanita asing itu."Bagian mana yang terasa sakit? Aku akan minta dokter buat
Aleena duduk di lorong rumah sakit, sementara Nirma saat ini tengah duduk termenung sendirian di dalam kamar pasien. Aleena ingin sekali masuk ke kamar sang adik den kembali berbicara dengan Nirma, tapi Aleena berusaha menahan keinginannya dan membiarkan Nirma menikmati waktunya sendiri. "Nirma, aku harus ngomong apa lagi supaya kamu mau percaya sama aku?" gumam Aleena. Tak lama kemudian, Aleena seperti mendengar suara panggilan dari dalam kamar Nirma. Wanita itu pun segera bangkit dari bangkunya dan masuk ke kamar Nirma. "Nirma, kamu butuh sesuatu?" tanya Aleena. Nirma mengangguk, kemudian meminta Aleena untuk mendekat. Nirma dapat merasakan ketulusan dari sikap dan perhatian yang diberikan oleh Aleena padanya. Tidak ada alasan bagi Nirma untuk meragukan Aleena. Pelan-pelan, wanita itu mulai mempercayai perkataan Aleena dan mengakui Aleena sebagai keluarganya. "Terima kasih udah nyari aku ... Kak," ucap Nirma sembari melempar senyum tipis pada Aleena. Panggilan kakak yang
#7"Ayo, Nirma!" Nirma bangkit dari bangkunya, kemudian mengangkat tas besar miliknya. Hari ini, Nirma sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Karena tak mempunyai tempat tujuan, Nirma pun akhirnya dibawa pulang oleh Aleena. Nirma akan dibawa Aleena berjumpa dengan kedua orang tua mereka, yaitu Pak Rama dan Bu Cinta."Papa sama Mama udah nungguin kamu di rumah!" ungkap Aleena."Papa? Mama?"Selama ini Nirma tak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Meski baru bisa berkumpul kembali setelah Nirma dewasa, tapi Nirma tetap bersyukur ia masih diberikan kesempatan untuk melihat orang tua kandungnya."Kamu pasti punya banyak pertanyaan soal Papa sama Mama kita, kan? Kamu udah nggak ingat sama sekali sama Papa Mama kita?" tanya Aleena.Nirma menggeleng. Wanita itu tak ingat dan tak tahu apa pun tentang kedua orang tuanya.
#8Nirma berbaring di ranjang super besar dan empuk yang ada di kamarnya. Setelah puas melepas rindu dengan kedua orang tuanya, Nirma pun beristirahat di kamar besar yang sudah disiapkan untuknya.Nirma merasa seperti Cinderella yang tiba-tiba menjadi putri raja. Tempo hari, Nirma masih menjalani hidup sebagai pekerja catering dan istri yang teraniaya. Namun, hanya dalam beberapa hari, mendadak hidup Nirma berubah drastis. "Aku pikir aku udah kehilangan semuanya," gumam Nirma. Kini wanita itu sudah mempunyai segalanya. Nirma memang sudah kehilangan suami dan janinnya. Tapi sebagai gantinya, Nirma berhasil mendapatkan keluarga sejatinya. Nirma mempunyai orang tua yang sangat menyayanginya dan juga seorang kakak yang sangat perhatian padanya. Tidak hanya itu, Nirma juga mendapatkan kemewahan yang selama ini tak dapat ia rasakan. Nirma sudah berubah menjadi putri keluarga kaya yang mempunyai uang, kekayaan, dan kehidupan layakny