Share

Talak

#4

Nirma terdiam seribu bahasa. Wanita itu benar-benar habis pikir dengan jalan pikiran ibu mertuanya.

"Yang salah itu Mas Andra sama pela-kor itu, Bu!" Nirma berucap lirih.

"Yang salah itu kamu! Kalau kamu bisa hamil, Andra nggak perlu tidur sama perempuan lain!" sahut Bu Retno dengan kej*mnya.

Da-da Nirma terasa sesak. Wanita itu menatap nanar ke arah suaminya yang saat ini tengah sibuk mengenakan pakaian dengan asal. Tidak hanya Andra saja yang sibuk mencari pakaian, Nirma juga melirik ke arah wanita murahan yang menjadi pelampiasan nafsu bejat Andra. Kali ini, Nirma dapat melihat wajah pelakor itu dengan jelas. 

"Luna?" jerit Nirma dalam hati.

Nirma benar-benar tak menyangka kalau ternyata wanita hi-na yang bercinta dengan suaminya adalah Luna.

"Bukannya Luna itu masih sepupu jauhnya Mas Andra? Kenapa Mas Andra ngelakuin hal ini sama sepupunya sendiri?" batin Nirma.

Nirma sudah bersiap untuk mema k i Luna, tapi wanita itu justru mendapatkan omelan dari Andra terlebih dahulu sebelum Nirma mulai bersuara. "Udah puas kamu ngomel-ngomel dari tadi?" sinis Andra.

"Puas kamu udah bikin heboh satu rumah?" omel pria itu.

Andra melempar tatapan ta-jam pada Nirma. Bukannya meminta maaf, Andra justru membentak Nirma, mencaci dan menghina wanita yang masih menjadi istrinya itu.

"Keterlaluan kamu, Mas!"

"Kamu yang keterlaluan! Kamu udah berisik dan gangguin aku!" sungut Andra kesal.

Bu Retno dan Luna hanya diam dan menonton pertengkaran Andra dan Nirma. Setelah diomeli oleh ibu mertua, kini Nirma mendapatkan omelan dari suaminya yang sudah menyakiti hatinya.

"Kamu nggak ngerasa bersalah sama aku, Mas?" tanya Nirma kecewa berat pada sang suami.

"Buat apa aku merasa bersalah? Emangnya aku ngelakuin kesalahan apa?"

"Kamu udah selingkuh, Mas!" seru Nirma.

"Cih ...." Andre tertawa meng*jek Nirmala. "Nirma, kamu harusnya tahu diri! Aku nggak akan selingkuh kalau kamu nggak gendut dan bisa punya anak!" ucap Andra tanpa perasaan, "kamu lihat tuh badanmu yang udah kayak kuda nil! Ngaca sana terus lihat mukamu! Kamu pikir kamu pantas jadi istriku? Kamu lebih mirip ba-bu tau nggak! Kamu cuma bisa bikin aku malu!" sambungnya.

"Malu? Emangnya aku ngapain, Mas? Selama ini aku selalu berusaha buat jadi istri yang baik buat kamu!"

"Kamu bilang apa? Istri yang baik? Baik dari mana, Nirma! Kamu kasih anak aja nggak bisa! Kamu juga nggak bisa ngerawat diri! Aku muak lihat muka kamu tiap hari! Aku udah gak naf-su lagi sama kamu! Badan kamu yang gemuk itu bikin aku nggak berga!rah!" ungkap Andra.

Andra terus menca-ci ma-ki Nirma dan merendahkan Nirma di depan Bu Retno serta Luna. Andre juga tak henti-hentinya menge-jek fisik Nirma yang tidak cantik dan tidak menarik. 

Nirma sudah tidak mempunyai harga diri lagi sebagai istri. Andra menginjak-injak Nirma dan menjelek-jelekkan Nirma tanpa ampun.

"Apa yang bisa aku banggain dari kamu, Nirma? Kamu cuma wanita yatim piatu yang miskin! Kamu juga cuma pekerja catering yang gajinya gak seberapa! Kamu cuma gajah gendut yang gak menarik! Apa yang bisa aku lihat dari kamu?" 

Nirma menunduk. Wanita itu selalu merasa rendah diri di depan Andra karena Nirma merasa mempunyai banyak kekurangan.

"Kamu lihat aku, Nirma! Aku seorang manajer di perusahaan besar! Aku mapan dan tampan. Aku punya karir yang bagus dan aku punya uang. Tapi coba lihat kamu? Apa perempuan gendut mis-kin kayak kamu cocok bersanding sama aku?" sindir Andra, "kamu harusnya introspeksi diri kenapa aku sampai selingkuh darimu! Kamu nggak ada apa-apanya kalau dibandingin sama Luna! Luna cantik, masih muda, dan dia langsing. Luna punya banyak hal yang gak kamu punya, jadi wajar kalau aku lebih suka tidur sama Luna, karena Luna bisa muasin aku di ran-jang. Sementara kamu? Kamu kira aku suka tidur sama badan gempalmu itu?"

"Kamu yang selingkuh, kenapa harus aku yang introspeksi? Kamu yang salah, Mas! Aku nggak salah!" tegas Nirma.

"Nirma, kamu bener-bener nggak tahu diri, ya! Salahin aja dirimu sendiri karena kamu nggak bisa jagain suamimu!" omel Bu Retno.

Bu Retno membela Andra dengan gigih tanpa memedulikan perasaan Nirma. Di mata Bu Retno, Nirma selalu salah.

Nirma merasa terpojok. Tidak ada satu pun orang yang membela dirinya. Nirma benar-benar sendirian.

"Da$ar keluarga gi-la!" lirih Nirma.

Nirma sudah tak mampu lagi menahan amarahnya. Wanita itu sudah kehabisan kesabaran. Nirma benar-benar murka.

"Kamu ngomong apa?" sentak Andra.

Nirma melotot pada Andra. "Kalian gi-la! Kalian semua udah nggak waras!"

"Kamu yang udah gi-la, Nirma! Aku nyesel nikah sama perempuan gendut dan man-dul kayak kamu!" seru Andra.

Nirma kembali berteriak. Wanita itu meluapkan semua amarah yang ia pendam sejak tadi.

"Kalian semua breng-sek! Kalian yang udah berbuat salah padaku, kenapa kalian malah nyalahin aku!" tukas Nirma, "minta maaf sama aku sekarang juga!"

"Cih, minta maaf? Emangnya kamu siapa, hah?" timpal Andra tak sudi mengucap maaf pada istri yang sudah ia sakiti itu.

"Da-sar perempuan sial! Kamu yang harusnya minta maaf sama Andra karena kamu udah man-dul!" seru Bu Retno.

Keributan di rumah itu makin memanas. Nirma terus menyerang Bu Retno dan Andra, meskipun ia hanya berjuang sendirian.

"Wanita mura-han, ngapain kamu masih di sini? Pergi kamu!" usir Nirma pada Luna.

"Siapa yang kamu panggil wanita mura-han?" timpal Andra tidak terima.

Luna langsung berlari menghampiri Andra dan bersembunyi di balik punggung Andra. Luna hanya diam selama pertengkaran berlangsung, tapi wanita itu terus menatap Nirma dengan senyum mengejek.

"Dasar jal-ang! Senang kamu ngerusak rumah tangga orang, hah!" teriak Nirma pada Luna.

"Jaga mulutmu, Nirma!" sahut Andra.

"Kenapa harus aku yang jaga mulut? Aku cuma mau ngasih tahu pela-kor itu supaya dia berhenti jadi manusia rendahan!" balas Nirma.

"NIRMA!" Andra membentak Nirma dengan suara kencang.

Nirma tak peduli dan tidak takut pada gertakan Andra. Wanita itu terus meng-um-pat dan meng-hi-na Luna untuk memberikan pelajaran pada gadis yang sudah merusak pernikahannya dengan Andra itu.

"Aku takut, Mas," rengek Luna dengan manjanya pada Andra.

"Da$ar wanita ular!"

"Berhenti, Nirma!" Andra mengambil gelas yang ada di atas nakas kemudian membantingnya ke lantai untuk membuat Nirma bungkam.

Nirma langsung menghentikan ocehannya karena terkejut. Andra menghampiri Nirma, kemudian menatap wanita itu lekat-lekat dalam jarak dekat.

"Kamu bener-bener keterlaluan!" ucap Andra. "Aku udah capek hidup sama gajah gendut kayak kamu. Mulai hari ini, kamu bukan lagi istriku lagi, Nirma! Aku talak kamu sekarang!"

Bahtera rumah tangga yang dijaga oleh Nirma akhirnya runtuh. Di depan Bu Retno dan Luna, Andra dengan lantangnya menjatuhkan talak pada Nirma yang sudah menemani dirinya mengarungi pernikahan selama lima tahun lamanya.

"Kamu tega nalak aku, Mas? Kamu lebih memilih wanita murahan itu daripada aku yang udah nemenin kamu bertahun-tahun?"

Plak! Satu tamparan kencang mendarat di wajah Nirma. Setelah mendapat talak dari suaminya, Andra menghadiahkan tamparan keras untuk wanita itu.

"Berhenti menghina Luna! Mulai hari ini, kamu bukan siapa-siapa lagi di rumah ini, Nirma! Aku nggak sudi hidup sama kamu!"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status