Share

Tawaran Aleena

Aleena duduk di lorong rumah sakit, sementara Nirma saat ini tengah duduk termenung sendirian di dalam kamar pasien. Aleena ingin sekali masuk ke kamar sang adik den kembali berbicara dengan Nirma, tapi Aleena berusaha menahan keinginannya dan membiarkan Nirma menikmati waktunya sendiri.

"Nirma, aku harus ngomong apa lagi supaya kamu mau percaya sama aku?" gumam Aleena.

Tak lama kemudian, Aleena seperti mendengar suara panggilan dari dalam kamar Nirma. Wanita itu pun segera bangkit dari bangkunya dan masuk ke kamar Nirma.

"Nirma, kamu butuh sesuatu?" tanya Aleena.

Nirma mengangguk, kemudian meminta Aleena untuk mendekat. Nirma dapat merasakan ketulusan dari sikap dan perhatian yang diberikan oleh Aleena padanya. Tidak ada alasan bagi Nirma untuk meragukan Aleena. Pelan-pelan, wanita itu mulai mempercayai perkataan Aleena dan mengakui Aleena sebagai keluarganya.

"Terima kasih udah nyari aku ... Kak," ucap Nirma sembari melempar senyum tipis pada Aleena.

Panggilan kakak yang diucapkan oleh Nirma membuat Aleena tak dapat menahan air mata. Wanita itu pun langsung memeluk Nirmala, dan mendekap adiknya itu dengan erat.

"Aku senang kamu udah balik lagi, Nirmala!" ujar Aleena diiringi tangis sesenggukan, "maaf udah bikin kamu nunggu lama."

Kakak beradik itu saling berpelukan diiringi tangis haru. Mereka berdua menangis kencang, meluapkan kerinduan masing-masing.

"Aku nggak nyangka, ternyata aku punya keluarga," cetus Nirma. "selama ini aku selalu sendirian. Selama ini aku selalu mengira kalau aku yatim piatu dan aku ngerasa aku nggak diinginkan sama siapa pun."

"Jangan ngomong gitu, Nir! Aku, Papa, sama Mama selalu menunggu kepulanganmu. Kami semua kangen sama kamu," timpal Aleena. "Mungkin kamu nggak punya ingatan apa pun tentang keluarga kita. Tapi sedikit pun kami nggak pernah ngelupain kamu. Kami selalu mendoakan kesehatanmu. Kami selalu mendoakan keselamatanmu. Kami selalu berharap, kita bisa berkumpul bersama lagi suatu hari nanti."

Aleena bercerita banyak hal tentang keluarganya selama Nirma menghilang. Meskipun Nirma mempunyai memori apa pun tentang keluarganya, tapi berdasarkan cerita yang ia dengar dari Aleena, Nirma dapat melihat besarnya cinta yang diberikan oleh keluarganya padanya walaupun mereka sudah lama terpisah.

"Aku minta maaf, Nirma. Aku nggak hati-hati waktu nyetir. Aku nggak bermaksud nabrak kamu," ucap Aleena. "Aku terlalu semangat jemput kamu dan aku sibuk sama ponselku. Ponselku jatuh, jadi aku nggak bisa fokus nyetir. Aku nggak tahu kamu berdiri di tengah jalan."

"Nggak masalah, Kak. Aku yang salah. Aku nggak hati-hati waktu nyebrang jalan," sahut Nirma tak ingin menyalahkan Aleena.

"Aku minta maaf, Nirma," ucap Aleena tak henti-hentinya meminta maaf pada Nirma.

Awalnya Nirma tak mempermasalahkan kecelakaan yang ia alami karena kecerobohan kakaknya, namun setelah ia mendengar perkataan Aleena mengenai dampak kecelakaan tersebut, raut wajah bahagia Nirma langsung menghilang.

"Aku nggak tahu kalau ternyata kamu lagi hamil. Gara-gara kecelakaan itu ... kamu keguguran, Nir," ungkap Aleena.

Nirma hampir lupa pada janin yang ada dalam kandungannya. Nirma terlalu senang bisa berjumpa dengan keluarga kandungnya hingga ia hampir saja lupa pada calon buah hatinya.

"Aku … keguguran?"

"Iya, Nirma. Ini semua salahku."

Air mata bahagia Nirma lagi-lagi menjadi air mata kesedihan. Wanita itu mengusap perutnya yang sangat ini kembali kosong karena ia tak bisa menjaga janinnya dengan baik.

Nirma hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa menjaga dan melindungi titipan Tuhan dengan baik. Setelah sekian tahun menunggu kedatangan sang buah hati, Nirma justru harus merasakan kehilangan sebelum ia sempat berjumpa dengan calon anaknya.

"Maafin Mama, Nak. Maafin Mama," gumam Nirma dengan tangis pilu.

Wanita itu tak bisa menyembunyikan wajah sendunya. Aleena terus berada di sisi Nirma untuk menenangkan dan menguatkan Nirma yang saat ini tengah berduka.

"Kamu harus ikhlas, Nirma. Aku yakin, kamu masih bisa punya kesempatan untuk jadi ibu nanti," hibur Alena.

"Aku udah nunggu bayi ini selama 5 tahun, Kak. Tapi setelah aku dikasih kepercayaan, aku justru nyia-nyiain kesempatan itu," sesal Nirma.

"Kematian itu takdir Tuhan, Nirma. Kamu nggak boleh nyalahin dirimu sendiri."

Perceraian dan keguguran Nirma memang membuat Nirma terpuruk. Namun, setidaknya kehadiran keluarga Nirma mampu menjadi pelipur lara bagi wanita yang sudah menderita selama 20 tahun lebih itu.

"Aku baru aja periksa kandungan dan aku baru aja dikasih tahu kalau aku hamil, Kak," ungkap Nirma. "Aku nggak nyangka calon bayiku akan diambil secepat ini," sambungnya.

"Dari info yang aku dapat, kamu udah nikah, ya? Maaf aku belum sempat ngasih kabar ke suamimu. Kamu harus kabarin suamimu kalau kamu ada di rumah sakit sekarang. Kamu juga harus kasih tahu soal keguguranmu," cetus Aleena.

Aleena belum tahu nasib buruk yang menimpa adiknya. Aleena juga tidak tahu kalau sebentar lagi adiknya akan menjadi janda.

"Aku nggak perlu kasih kabar ke suamiku, Kak," sahut Nirma pedih.

"Kamu nggak pulang semalaman, Nirma. Suamimu pasti nyariin kamu," timpal Aleena.

Aleena berhenti mengoceh tentang suami Nirma begitu wanita itu melihat tas besar yang berada di kamar Aleena. Saat membawa Nirma ke rumah sakit kemarin, Aleena juga mengangkut barang bawaan Nirma, termasuk tas besar yang ditenteng oleh wanita itu saat mengalami kecelakaan.

"Maaf sebelumnya, Nirma. Aku hampir aja lupa soal tas besar punyamu yang aku bawa," ujar Aleena. "Kenapa kamu jalan sendirian malam-malam begitu bawa tas gede itu? Apa tas gede itu isinya baju-bajumu? Apa kamu mau pergi jauh?" tanya Aleena penasaran.

Nirma tak sanggup menjawab. Wanita itu juga tidak mau mengungkit masalah rumah tangganya dengan Andra. Nirma belum siap memberitahukan segalanya pada keluarga kandung yang baru saja ia temui.

"Maaf, Kak. Soal itu, aku nggak bisa jawab sekarang," ungkap Nirma.

Aleena mulai merasa ada yang janggal dengan sikap Nirma. Karena Nirma saat ini tengah bersedih setelah kehilangan calon bayi, Aleena pun memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lebih jauh mengenai kehidupan Nirma. Aleena akan menunggu sampai Nirma mau menceritakan permasalahannya tanpa diminta olehnya.

"Aku nggak akan banyak tanya lagi. Kamu bisa istirahat sekarang. Badanmu harus segera pulih dan kamu harus segera sehat kembali," ujar Aleena tulus.

Nirma mengangguk. Keberadaan Aleena di sisinya benar-benar membuat Nirma merasa tenang. Setelah keluar dari rumah sakit, Nirma tidak perlu mencemaskan tempat yang akan ia tuju. Karena ia mempunyai keluarga, tentu Nirma ingin kembali berkumpul bersama dengan keluarga yang ia impikan selama ini.

"Nirma, setelah ini kamu mau pergi ke mana? Apa kamu mau pulang ke rumah suamimu?" tanya Aleena.

Nirma tersenyum kecut. "Aku nggak punya tempat tujuan, Kak," ungkap Nirma.

Aleena menepuk lembut bahu sang adik. "Kalau gitu, kamu mau 'kan pulang ke rumah kita?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status