Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat

Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat

last updateHuling Na-update : 2024-09-19
By:  Sri_Eahyuni  Kumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.2
4 Mga Ratings. 4 Rebyu
103Mga Kabanata
23.8Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
Leave your review on App

Menikah dengan orang yang kita cintai tak menjamin rumah tangga tetap adem dan ayem apalagi bahagia. Bagaimana jadinya bila di paksa menikah dengan orang yang tak kita cintai dan tak mencintai kita. Orang tua memaksaku untuk menerima pinangan seorang duda keren setelah aku di talaq suami dzholim dan pelit. Lalu apakah aku mampu membangun rumah tangga tanpa adanya rasa cinta di hati kami? Apa aku akan terus terjebak dalam luka dan derita pernikahan? Atau justru aku akan menemukan kebahagian dalam rumah tangga yang di awali tanpa adanya cinta? Yuk simak perjalanan kisah hidupku, wanita yang dihina suami dan ibu mertua hanya karena aku lulus SD dan miskin. Tetapi setelah di cerai justru aku menikah dengan duda pengusaha kaya raya. Kami menikah tanpa adanya cinta diantara di hati masing-masing.

view more

Pinakabagong kabanata

Libreng Preview

Suami Tak Tahu Diri (1)

"Jika kamu tak terima, silahkan cari lelaki lain sebagai suamimu!" teriak Mas Tedy. Aku menatap tajam ke arah Mas Tedy, suamiku. Tak menyangka ia yang terkenal alim dan rajin meminta istrinya untuk mencari lelaki lain untuk bisa mencukupi kebutuhan. Suami macam apa dia? "Sekali lagi kamu ngomong kayak gitu, aku akan benar-benar pergi dari sini, Mas. Tapi, jangan harap kubawa anak-anak. Biar kamu tahu rasanya mengurus dan mencukupi kebutuhan dua anak," ucapku dengan tegas. Aku berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Mas Tedy yang masih duduk di teras. Aku sangat geram dibuatnya, ia selalu mengucapkan hal itu. Mencari pria lain? Memangnya aku ini istri siapa? Lidahnya seperti ada paku yang terlempar menusuk relung hatiku. "Ya udah sana cari aja lelaki lain yang bisa ngasih tiga juta perbulan, yang bisa nyukupin kamu," balas Mas Tedy sangat santai dan seperti tak ada beban, membuatku semakin geram. Ia selalu mengucapkan kalimat itu, entah sudah berapa kali tak terhitung. Setiap

Magandang libro sa parehong oras

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Mustika Dyah S
Bagus Sekali Menarik Sekali Hebat Cantiq Ilmu , Contoh [ Mencontoh ] , Inspirasi , Pelajaran [ Belajar ] , Pengalaman , Nasehat [ Petuah ] , Peringatan , Belajar [ Pembelajaran ] , Teguran
2024-09-27 08:17:33
1
default avatar
Sri_Eahyuni
Terima kasih untuk semua yg sudah berkenan mampir di cerita aku. Semoga bisa mengambil hikmah dan pelajaran dalam kisah-kisah yang aku tulis ya. Happy reading...
2024-09-14 08:21:11
1
user avatar
nurul azizah
ikut emosi dengan kisah keluarganya Tedi
2024-08-13 12:15:38
2
user avatar
Mifta Fiona
setiap mau lanjut harus buka kunci
2024-08-14 16:15:20
0
103 Kabanata

Suami Tak Tahu Diri (1)

"Jika kamu tak terima, silahkan cari lelaki lain sebagai suamimu!" teriak Mas Tedy. Aku menatap tajam ke arah Mas Tedy, suamiku. Tak menyangka ia yang terkenal alim dan rajin meminta istrinya untuk mencari lelaki lain untuk bisa mencukupi kebutuhan. Suami macam apa dia? "Sekali lagi kamu ngomong kayak gitu, aku akan benar-benar pergi dari sini, Mas. Tapi, jangan harap kubawa anak-anak. Biar kamu tahu rasanya mengurus dan mencukupi kebutuhan dua anak," ucapku dengan tegas. Aku berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Mas Tedy yang masih duduk di teras. Aku sangat geram dibuatnya, ia selalu mengucapkan hal itu. Mencari pria lain? Memangnya aku ini istri siapa? Lidahnya seperti ada paku yang terlempar menusuk relung hatiku. "Ya udah sana cari aja lelaki lain yang bisa ngasih tiga juta perbulan, yang bisa nyukupin kamu," balas Mas Tedy sangat santai dan seperti tak ada beban, membuatku semakin geram. Ia selalu mengucapkan kalimat itu, entah sudah berapa kali tak terhitung. Setiap
Magbasa pa

Alasan Balas Budi (2)

Aku menatap tajam Mas Tedy yang terlihat santai dan sama sekali tak merasa bersalah. "Nggak akan, malu lah," balasnya lalu ia melangkah berlalu keluar meninggalkan rumah, entah mau kemana. Hingga sore menjelang magrib, Mas Tedy baru pulang. Di rumah warung sembako kecilku seharian sangat ramai pembeli, tetapi ia sama sekali tak ada niatan membantuku. Parahnya lagi Mas Tedy tak menyapaku sejak pulang sampai keesokan paginya. Aku pun tak ingin menyapanya terlebih dulu. Dia yang salah, kenapa harus aku yang mengalah terus. Pada saat makan siang Mas Tedy membuka tudung saja, terlihat ia menghela nafas setelah melihat menu. "Bu, kamu cuma masak ini? Tadi kan habis dari pasar, kenapa enggak beli daging?" tanya Mas Tedy dengan raut wajah yang kesal. Aku hanya menghela nafas dan menatapnya dengan malas. Memberi aku uang aja tidak, mau makan yang enak. "Hai, Mas, kamu sadar enggak udah tiga bulan kamu enggak kasih aku uang. Harusnya kamu bersyukur aku masih bisa mencukupi kebutuha
Magbasa pa

Suami Anti Peka(3)

"Gak bisa, Mak. Kenapa sih harus hari ini juga Arslen dibelikan sepeda, kalau hari ini gak bisa suatu hari nanti kan juga bisa kebeli sepeda. Lagian Kayla juga gak punya sepeda tuh," balasku. Aku menahan geram, Mak Sarmi menghentikan langkahnya. Aku tak ingin kejadian yang kualami akan dialami putriku juga. "Anakmu tuh tahu apa, tahunya cuma nonton tv dan masak-masakan. Beda sama Arslen yang pergaulannya luas dan mudah membaur dengan orang lain. Lagian kalung itu dibeli pakai uang anakku, jadi kamu gak berhak melarangnya. Orang yang kamu makan dan beli itu hasil berkebun Tedy dan kebun yang di garap Tedy itu punyaku," balas Mak Sarmi dengan ketus. "Tedy, lepaskan kalungnya Kayla ya biar di jual Sutri sekarang. Kasihan tuh Arslen masih nangis terus, Mas-mu tuh gak bisa bekerja kayak kamu jadi kamu yang sehat wajib membantu," ujar Mak Sarmi. Ia berkata dengan halus kepada Mas Tedy sembari kembali duduk di sebelah Mas Tarji Mas Teddy menatap ke arahku, aku menggelengkan kepala tan
Magbasa pa

Hutang Dan Sedekah Itu Beda Gaes (4)

Setelah kepergian mas Tedy aku berganti mengeluarkan sepeda motor yang akan aku bawa ke pasar. Aku menata Bronjong dan tas sangkek yang akan aku bawa ke pasar juga. Aku segera membangunkan Kayla untuk mengajaknya mandi dan berangkat sekolah. Shaka juga sudah selesai mandi, dia sudah bisa menyiapkan semua kebutuhannya sendiri. Tepat jam tujuh kurang sepuluh menit kami sudah bersiap untuk berangkat. Kayla duduk di depan dan Shaka duduk di atas bronjong. Aku melihat Mbak Sutri berangkat bersama Arslen, mbak Sutri nampak memakai baju baru dan Arslen membawa mobilan di tangannya. "Kayla, ayo buruan nanti telat," sapa mbak Sutri menyapa kami. Aku hanya mengangguk sembari menatapnya. Baru saja kemarin mas Tarji bilang tidak punya uang tetapi kenapa hari ini Mbak Sutri nampak memakai baju baru dan Arslen punya mainan baru. Kenapa aku bisa tahu, ya karena rumah kami bersebelahan hanya terhalang rumah Mak Sarmi saja sedangkan mbak Sutri sering datang ke rumahku. Kemarin mas Tarji
Magbasa pa

Pembagian Hasil Panen (5)

"Kamu kenapa nggak mampir ke kebun di tungguin lontong sayurnya malah nggak ada mampir. Cepat ambilin lontongnya," balas Mas Tedy. Oalah berarti cuma masalah lontong sayur aku kira ada masalah serius yang terjadi saat dia berada di kebun. "Nggak ada, Mas, aku nggak beli karena uangnya udah habis buat belanja, kalau pesen sesuatu harusnya kamu peka. Ngasih duit aja enggak kok," ujarku dengan santai. Aku berlalu masuk untuk mengajak Kayla berganti baju. Bruak!!! Aku mendengar suara benda yang di banting, Mas Tedy entah membanting apa aku tak tahu. "Bu, kamu jadi istri kok pelit banget. Sama suami sendiri perhitungannya sampai segitu, dasar istri medit!!" ucap Mas Tedy dengan pedas. Ia menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. "Lah, dia yang medit malah nuduh aku yang medit. Dasar suami dzholim tapi merasa terdzolimi," batinku dalam hati. **** Hari ini hari Minggu, aku ikut membantu mas Tedy untuk menggiling jagung. Dari jam setengah empat pagi aku sudah sibuk memas
Magbasa pa

Kenyataan Pahit (6)

Setelah pulang dari rumah Mak Sarmi aku langsung mandi, hatiku terasa sangat sakit saat suami yang ku percaya bisa melindungiku justru menyakiti dan memporak porandakan hatiku. Mereka pikir aku ini budak apa yang bisa di perlakukan semena-mena dan di minta bekerja tanpa diberi upah. Aku mencoba menenangkan diri di kamar mandi, membiarkan air mengalir membasahi tubuhku, seolah-olah bisa menghapus rasa sakit dan kekecewaan yang mengganjal di hatiku. Tapi air mata tak bisa terbendung. Aku terisak, teringat akan semua kepercayaan yang kuberikan pada Mas Tedy dan bagaimana rasanya sebagai istri yang tak pernah di hargai. Setelah selesai mandi, aku duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah cermin. Bayangan diriku yang kusut dan lelah terasa begitu menyedihkan. Bagaimana bisa suamiku sendiri, selalu membela keluarganya meski mereka bersalah di banding aku istrinya. Tak mau berlarut-larut dalam kesedihan, aku memutuskan ke dapur setelah selesai berganti baju. Aku memasak ala kadar
Magbasa pa

Siapa yang menyakiti putriku?

Seketika kedua insan manusia itu terlihat kelabakan, mereka melepaskan diri dengan cara saling menjauh."Lia," ujar Mas Tedy dan Mbak Sutri bersamaan."Apa yang kalian lakukan, kenapa kalian berpelukan dan berciuman kalian main api di belakangku!" tuduhku dengan emosi."Bu-bukan begitu, Bu. Biar aku jelasin semuanya dulu, kami tidak melakukan seperti apa yang kamu tuduhkan," balas Mas Tedy dengan mengelak. Ia terlihat sangat gugup sedangkan Mbak Sutri terus menunduk."Mau jelasin apa lagi, Mas, aku jelas-jelas melihat dengan mata kepalaku sendiri kalian sedang beric**man. Kalian tega berselingkuh, aku akan adukan sama Mas Tarji!" Aku berlari keluar Manahan rasa sakit dan kecewa di dalam hati. Rasa kecewa atas sikap Mas Tedy kini semakin membuncah setelah melihat kenyataan ini."Bu, tunggu." Aku menoleh kebelakang dan melihat Mas Tedy berlari mengejarku.Saat sampai di rumah, Mas Tedy berhasil menggenggam tanganku dan ia berucap, "Bu, aku tidak berselingkuh dengan Mbak Sutri. Kamu ha
Magbasa pa

Merusak Mental Anak

"Mbak Lia, saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena teledor dalam menjaga murid didik kami. Tadi Kayla di cubit sama budhenya karena Kayla mendorong Arslen sampai jatuh," balas Bu Jesi wali kelas Kayla.Aku memeluk putriku dan membawanya dalam gendongan, "Apa mereka bertengkar, Bu? Saya nggak percaya kalau Kayla berani mendorong temannya tanpa sebab."Bu Jesi nampak terlihat sungkan lalu ia mengakui bahwa dirinya tak ada saat kejadian."Saya enggak ada di saat kejadian itu, Mbak. Saya sudah tanya dengan Mbak Sutri katanya Kayla tiba-tiba mendorong Arslen yang lagi bermain dengan teman lainnya, Mbak Sutri yang tak terima langsung mencubit lengan Kayla. Ibu-Ibu lainnya juga membenarkan ucapan Mbak Sutri," balas Bu Jesi.Aku membuka lengan Kayla yang tertutup telapak tangannya, lengan Kayla berwarna kebiruan sudah di pastikan Mbak Sutri terlalu keras saat mencubit."Lihatlah, Bu, lengan Kayla sampai lembam begini. Sejak kapan Mbak Sutri mencubit, Kayla pasti sudah terlalu lama mena
Magbasa pa

Ayah dan Anak yang Tak Punya Ikatan Batin

"Kamu bisa diam enggak, bikin mood makanku hilang saja. Makan sudah enggak enak kamu malah mengganggu suasana saja!!" balas Mas Tedy dengan lantang."Ibu...." Aku mendengar Kayla memanggilku."Dasar suami enggak peka," ucapku dengan ketus. Aku berlalu menuju kamar Kayla, ia pasti terbangun saat mendengar gebrakan meja tadi."Dasar istri enggak pernah bersyukur!!" balas Mas Tedy dengan ketus juga.Aku masuk ke dalam kamar Kayla, ternyata benar ia terbangun dan badannya terlihat menggigil."Sayang, kamu kaget ya. Maafkan Ayah, tadi Ayah enggak sengaja mukul meja dengan keras karena ayam tetangga masuk rumah dan susah di suruh keluar," ucapku memberi alasan agar Kayla tak merasa takut. "Aku mendekap tubuh Kayla yang terasa panas, padahal tadi masih baik-baik saja. "Kamu demam, Sayang?""Kayla takut, Bu," balas Kayla dengan lirih."Takut sama siapa, Sayang? Kan Ayah enggak sengaja." Aku berharap Kayla tak trauma dengan apa yang di lakukan Mbak Sutri."Budhe Sutri jahat, dia menyeramkan.
Magbasa pa

Mereka Pikir Aku Menjual Tubuh

Aku benar-benar emosi saat mendengar pengakuan si Sutri yang tak sengaja mencubit Kayla. Mana ada orang mencubit tak di sengaja, emangnya dia sudah pikun apa?."Dasar Ibu enggak becus ngurus anak, sedari tadi anaknya nangis manggil-manggil Ibu yang di panggil malah main di rumah orang."Aku menoleh ke belakang dan melihat sosok mas Tedy yang berjalan ke arahku. Raut wajahnya terlihat kesal dan marah, seperti aku telah membuat kesalahan yang begitu besar."Ooh selain pelit, ternyata enggak becus ngurus anak juga tah. Pantas saja anaknya ketularan pelit juga, buah memang jatuh tak jauh dari tempatnya ya," ujar Mbak Sutri. Ia bersedakap dada terlihat santai dan tak merasa bersalah."Memangnya ngapain sih siang-siang kesini, tuh ada orang beli juga. Ayo pulang, Kayla udah nangis terus emang kamu enggak denger apa?!" Mas Tedy tak merespon ucapan si Sutri ia memaksaku untuk pulang.Sebelum aku pulang aku kembali mencubit lengan si Sutri dengan keras, hingga ia menjerit. Lengan si Sutri keme
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status