Istri Baru untuk Suamiku

Istri Baru untuk Suamiku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Oleh:   RiQueena  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
27Bab
20Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dalam setiap hubungan, pasti pernah menghadapi kesalahpahaman dengan pasangan. Namun aku bimbang apakah permintaan maaf cukup untuk menebusnya? Inilah kisahku, Alnaira Riquina atau biasa dipanggil Ira, tentang sebuah kesalahpahaman, dimana dengan bersikap sabar dan diam, menyebabkan perpecahan hubungan dengan suamiku, Reyvaldo Anggara yang biasa dipanggil Rey. Dan ketika semuanya sudah terlambat, sulit untuk memperbaiki hubungan pernikahan kami yang sudah rusak. Pernikahanku tidak pernah direstui keluarga suami karena kekurangan yang dimiliki sisi keluargaku. Setelah lima tahun menikah dan kami pun tidak kunjung memberikan keturunan, ibu mertuaku-pun semakin membenciku dan seringkali memaki sebagai istri tidak berguna. Sampai puncaknya, ibu mertuaku mengundang seorang wanita ke rumah untuk dijodohkan dengan suami karena diriku dianggap mandul. Sudah sejauh ini lika-liku pernikahanku dengan Rey. Mencoba bertahan dan mencari jalan keluar dengan suami sudah kulakukan. Sempat terlintas dalam pikiranku untuk menyerah dan ingin kubuktikan bahwa ada orang lain yang bisa memperlakukan dan menghargaiku dengan lebih baik.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1 : Awal dari Sebuah Perjuangan

Aku duduk di sofa ruang tamu, mencoba menenangkan diriku. Tanganku gemetar, saling menggenggam erat di pangkuanku. Di depanku, Rey duduk diam dengan kepala menunduk. Dia selalu begitu—terdiam ketika kami harus membahas sesuatu yang penting, terutama jika itu menyangkut ibunya. "Ibu … lagi-lagi membicarakan soal Citra," katanya akhirnya, suaranya terdengar lelah. Citra. Nama itu seperti belati yang menusuk dadaku setiap kali disebutkan. Aku tahu betul apa yang ingin disampaikan Rey, bahkan sebelum dia membuka mulut. Citra adalah wanita yang dianggap ibu mertuaku sebagai istri ideal untuk Rey. Dan aku? Aku hanyalah istri yang, menurut beliau, tidak pernah cukup baik. "Apa yang ibu katakan kali ini?" tanyaku, suaraku bergetar meskipun aku mencoba terdengar tegar. Rey menghela napas panjang, lalu berkata, "Dia bilang… aku harus mempertimbangkan ulang pernikahan kita. Katanya, lima tahun tanpa anak adalah bukti bahwa… mungkin ada sesuatu yang salah." Aku terdiam. Kata-kata itu buk...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
27 Bab
Bab 1 : Awal dari Sebuah Perjuangan
Aku duduk di sofa ruang tamu, mencoba menenangkan diriku. Tanganku gemetar, saling menggenggam erat di pangkuanku. Di depanku, Rey duduk diam dengan kepala menunduk. Dia selalu begitu—terdiam ketika kami harus membahas sesuatu yang penting, terutama jika itu menyangkut ibunya. "Ibu … lagi-lagi membicarakan soal Citra," katanya akhirnya, suaranya terdengar lelah. Citra. Nama itu seperti belati yang menusuk dadaku setiap kali disebutkan. Aku tahu betul apa yang ingin disampaikan Rey, bahkan sebelum dia membuka mulut. Citra adalah wanita yang dianggap ibu mertuaku sebagai istri ideal untuk Rey. Dan aku? Aku hanyalah istri yang, menurut beliau, tidak pernah cukup baik. "Apa yang ibu katakan kali ini?" tanyaku, suaraku bergetar meskipun aku mencoba terdengar tegar. Rey menghela napas panjang, lalu berkata, "Dia bilang… aku harus mempertimbangkan ulang pernikahan kita. Katanya, lima tahun tanpa anak adalah bukti bahwa… mungkin ada sesuatu yang salah." Aku terdiam. Kata-kata itu buk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Bab2 : Bara di Balik Diamku
Aku memandangi layar ponselku yang tergeletak di meja. Pesan dari Rey masuk beberapa jam yang lalu, tapi aku belum membukanya. Pesan itu pasti berisi permintaan maaf atau alasan lain untuk mencoba menenangkan hatiku. Dia selalu begitu. Rey bukan tipe laki-laki yang pandai berkonfrontasi, apalagi jika itu menyangkut ibunya. Namun kali ini, aku tidak yakin permintaan maafnya cukup. Aku merasa sendirian di medan perang ini, berjuang melawan ombak yang semakin besar tanpa pelindung. Aku mencintai Rey, tapi aku tidak bisa terus-menerus bertahan sendirian. “Kalau aku lemah, apa artinya cinta kita?” gumamku pada diri sendiri. Kepalaku berdenyut memikirkan kejadian tadi pagi. Kehadiran Citra di ruang makan tadi bukanlah kebetulan. Ibu mertua sengaja membawa dia ke rumah untuk mempermalukanku, untuk menunjukkan bahwa aku bisa digantikan kapan saja. Dan Rey? Meski dia membela aku di depan ibunya, aku tahu dia tidak sepenuhnya mampu mengatasi ini. Aku mengambil ponsel itu dan membuka pesan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Bab 3 : Pilihan yang Menyakitkan
Pagi itu, mendung menggantung di langit, seolah ingin memberi peringatan bahwa hari ini tidak akan berjalan dengan baik. Aku duduk di sofa ruang tamu, secangkir kopi yang mulai dingin tergeletak di meja. Aku memandangi jam dinding yang berdetak perlahan, seperti mengejek kebingunganku. Rey sudah berangkat lebih awal, seperti biasanya. Dia tidak berkata banyak, hanya sebuah "Aku pergi" yang terdengar kaku sebelum menutup pintu. Aku tidak tahu apakah dia sadar aku terjaga sepanjang malam, menangis pelan di sampingnya. Keheningan di antara kami semakin hari semakin sulit untuk dijembatani, seperti jurang yang terus melebar. Aku menghela napas panjang, mencoba mengalihkan pikiranku dengan membereskan rumah. Namun, tak sampai setengah jam, ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. "Bu Ira, saya dr. Laila dari klinik kesuburan yang Bapak Rey kunjungi kemarin. Kami ingin menjadwalkan pertemuan lanjutan untuk membahas hasil tes." Aku membaca pesan itu berulang k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Bab 4 : Kepercayaan yang Terguncang
Pagi itu terasa berat. Aku duduk di meja makan, menatap cangkir teh yang sudah dingin, mencoba mencari alasan untuk tidak berpikir terlalu banyak. Keheningan yang mengisi rumah kami semakin mencekik, dan setiap detik terasa semakin berat. Rey sudah pergi bekerja, meninggalkan aku dengan pikiran yang berlarian.Ke mana perginya kedamaian yang dulu kami miliki? Apa yang terjadi dengan kami? Rasanya aku sudah berusaha terlalu keras untuk mempertahankan hubungan ini, namun aku hanya semakin merasa jauh darinya.Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari nomor yang sudah tidak asing lagi: dokter Laila dari klinik kesuburan."Bu Ira, kami ingin mengonfirmasi jadwal pertemuan lanjutan untuk hasil tes. Mohon konfirmasi segera."Aku terdiam sejenak. Rey belum memberitahuku apa-apa tentang hasil tes ini. Aku merasa seperti sebuah bagian dari hidupnya yang disembunyikan dariku, dan itu memicu rasa sakit yang aku coba untuk tidak rasakan.Aku menekan nomor Rey. Panggilan diterima setelah beberapa derin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Bab 5 : Jalan Terpecah
Hari itu terasa lebih panas dari biasanya. Aku berdiri di balkon rumah kami, menatap kota yang tampak hiruk-pikuk di bawah. Udara terasa lembap, dan aroma aspal yang terbakar oleh matahari memancar ke dalam ruangan. Hati ini penuh, tetapi tak ada yang bisa kuungkapkan. Bahkan angin yang berhembus pun tidak bisa menenangkan pikiranku.Rey belum pulang. Pikiranku kembali berlarian, mencoba mencari cara agar semuanya kembali normal, tetapi setiap kali aku berpikir begitu, kenyataan datang seperti tamparan. Hubungan kami yang dulu penuh dengan tawa, kini terasa hampa. Setiap percakapan terasa seperti adu argumen yang tak pernah selesai.Klinik kesuburan telah memberikan hasil tes terakhir, dan semuanya sudah jelas—kami berdua memiliki masalah. Namun, ada satu hal yang semakin menyakitkan, yang tak pernah kami bicarakan secara jujur: ibu mertuaku.Aku memikirkan kata-katanya yang seringkali menusuk, kata-kata yang terus bergema di kepala. “Istri yang tidak berguna.” “Kenapa kamu tidak bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Bab 6 : Pertemuan yang Membuka Luka
Malam itu, udara terasa dingin menusuk. Hujan rintik-rintik menambah kesan muram yang menyelimuti hatiku. Aku duduk di ruang tamu sendirian, memandangi jendela kaca yang dipenuhi butiran air. Rasanya seperti melihat pantulan diriku—buram dan tak jelas.Rey baru saja keluar rumah, pergi dengan alasan yang terdengar biasa, tapi entah mengapa, aku merasa ada sesuatu yang lebih. Perasaan itu menghantui sejak beberapa hari terakhir, dan aku tak bisa mengabaikannya.Ketika waktu terus berlalu, pikiranku mulai dipenuhi oleh berbagai spekulasi. Ke mana dia pergi? Mengapa dia semakin sering keluar tanpa memberitahuku?Ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk."Ira, aku ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan."Pengirimnya adalah Karin, seorang wanita yang selama ini kerap disebut-sebut ibu mertua sebagai "pilihan yang lebih baik" untuk Rey. Aku tak pernah benar-benar berurusan dengannya secara langsung, tetapi setiap kali nama itu muncul, hatiku terasa diremas.Aku terdiam,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Bab 7 : Kebenaran yang Menyesakkan
Aku duduk di kamar, menatap kosong ke arah jendela yang buram oleh hujan. Rasanya seperti ada jarak yang tak terjembatani antara aku dan Rey sejak percakapan terakhir kami. Kata-katanya terus terngiang di kepalaku, seperti potongan puzzle yang tak bisa kususun.Hari itu, aku memutuskan untuk tidak membiarkan semua ini hanya berputar di pikiranku. Aku harus mencari jawaban. Bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi untuk pernikahan kami yang perlahan retak.---Pagi-pagi sekali, aku mendengar suara dering ponsel Rey. Dia meninggalkannya di meja ruang tamu sebelum berangkat bekerja. Aku tidak pernah punya kebiasaan mengutak-atik ponselnya, tapi pagi ini ada sesuatu yang membuatku ragu.Nama pengirim pesan itu membuat tubuhku seketika menegang: Citra.Pesannya singkat, tapi cukup untuk membuat pikiranku liar."Rey, aku ingin bicara. Jangan lupa temui aku malam ini. Penting."Dadaku berdegup kencang. Citra? Nama itu sudah lama tak kudengar, tetapi aku tahu dia adalah bagian dari masa lalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya
Bab 8 : Batas Kesabaran
Hujan masih mengguyur deras di luar jendela, memberikan irama latar yang mengisi keheningan malam. Dingin mulai merayap masuk ke dalam rumah, seolah menyusup melalui setiap celah, mengiringi perasaan beku di hatiku. Sudah beberapa hari sejak percakapan menyakitkan dengan Rey, dan ketegangan masih terasa di antara kami.Pagi ini, aku berdiri di dapur dengan tangan gemetar saat menuangkan air ke dalam cangkir. Suara dering ponsel Rey terdengar dari ruang tamu, memecah pikiranku yang sudah penuh dengan prasangka. Aku melihatnya dari sudut mata, duduk di sofa dengan tatapan serius. Dia menjawab panggilan itu dengan nada rendah dan berbisik.“Aku mengerti, aku akan mengurusnya. Jangan khawatir,” katanya sambil melirikku sekilas.Hati ini semakin tergores, dan aku tahu aku tidak bisa lagi berpura-pura semuanya baik-baik saja. Aku meletakkan cangkirku dengan kasar, membuat suara denting yang menarik perhatian Rey. Dia menoleh, ekspresinya berubah tegang.“Ira, ada apa?” tanyanya pelan.Aku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya
Bab 9 : Retakan yang Kian Dalam
Hari-hari berlalu dengan keheningan yang membunuh. Aku dan Rey menjalani rutinitas seperti dua orang asing yang tinggal di rumah yang sama. Tidak ada percakapan hangat, tidak ada tawa kecil yang dulu selalu mengisi ruangan ini. Yang tersisa hanyalah keheningan, diisi dengan ketegangan yang terus membayangi.Aku masih mencoba memahami semuanya—tentang Rey, tentang Citra, dan tentang bagaimana pernikahan kami perlahan-lahan seperti benang yang hampir putus. Setiap kali aku melihat Rey, ada rasa kecewa dan marah yang sulit kuhilangkan.Namun, di tengah kekacauan ini, hidup tetap berjalan. Pagi itu, aku memutuskan untuk pergi ke pasar, mencoba mencari udara segar. Aku membutuhkan waktu untuk berpikir, untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang terus menghantuiku.Pasar pagi itu ramai seperti biasanya. Suara pedagang yang menawarkan barang dagangan mereka bercampur dengan langkah kaki para pembeli. Aku berjalan melewati kios demi kios, mencoba menikmati suasana, tetapi pikiranku teta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya
Bab 10 : Citra yang Menghantui
Hari itu aku memutuskan untuk mengunjungi rumah orangtuaku. Sudah lama aku tidak bertemu mereka, dan suasana rumah mungkin bisa memberiku sedikit ketenangan. Namun, di perjalanan menuju rumah, pikiranku terus saja memutar ulang percakapan terakhir dengan Rey. Ketidakpastian yang dia tunjukkan semakin membuatku merasa kecil.Bagaimana mungkin aku, yang sudah mencurahkan segalanya untuk pernikahan ini, tetap berada di bawah bayang-bayang wanita bernama Citra? Wanita itu bagai hantu yang terus hadir di tengah hubungan kami.Setibanya di rumah, Ibu menyambutku dengan pelukan hangat seperti biasa. "Ira, kamu kelihatan lebih kurus, Nak. Apa kamu makan dengan benar?" tanyanya cemas.Aku tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegundahan hatiku. "Aku baik-baik saja, Bu. Hanya sedikit lelah karena pekerjaan."Tapi Ibu selalu tahu ada sesuatu yang tidak kukatakan. Sepanjang makan siang bersama, aku berusaha mengalihkan perhatian dengan bercerita tentang pekerjaanku. Namun, ketika aku selesai b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status