Istri Baru untuk Suamiku

Istri Baru untuk Suamiku

last updateLast Updated : 2025-02-11
By:  RiQueenaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
285views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dalam setiap hubungan, pasti pernah menghadapi kesalahpahaman dengan pasangan. Namun aku bimbang apakah permintaan maaf cukup untuk menebusnya? Inilah kisahku, Alnaira Riquina atau biasa dipanggil Ira, tentang sebuah kesalahpahaman, dimana dengan bersikap sabar dan diam, menyebabkan perpecahan hubungan dengan suamiku, Reyvaldo Anggara yang biasa dipanggil Rey. Dan ketika semuanya sudah terlambat, sulit untuk memperbaiki hubungan pernikahan kami yang sudah rusak. Pernikahanku tidak pernah direstui keluarga suami karena kekurangan yang dimiliki sisi keluargaku. Setelah lima tahun menikah dan kami pun tidak kunjung memberikan keturunan, ibu mertuaku-pun semakin membenciku dan seringkali memaki sebagai istri tidak berguna. Sampai puncaknya, ibu mertuaku mengundang seorang wanita ke rumah untuk dijodohkan dengan suami karena diriku dianggap mandul. Sudah sejauh ini lika-liku pernikahanku dengan Rey. Mencoba bertahan dan mencari jalan keluar dengan suami sudah kulakukan. Sempat terlintas dalam pikiranku untuk menyerah dan ingin kubuktikan bahwa ada orang lain yang bisa memperlakukan dan menghargaiku dengan lebih baik.

View More

Chapter 1

Bab 1 : Awal dari Sebuah Perjuangan

Aku duduk di sofa ruang tamu, mencoba menenangkan diriku. Tanganku gemetar, saling menggenggam erat di pangkuanku. Di depanku, Mas Rey duduk diam dengan kepala menunduk. Dia selalu begitu—terdiam ketika kami harus membahas sesuatu yang penting, terutama jika itu menyangkut ibunya.

"Ibu … lagi-lagi membicarakan soal Citra," katanya akhirnya, suaranya terdengar lelah.

Citra. Nama itu seperti belati yang menusuk dadaku setiap kali disebutkan. Aku tahu betul apa yang ingin disampaikan Mas Rey, bahkan sebelum dia membuka mulut. Citra adalah wanita yang dianggap ibu mertuaku sebagai istri ideal untuk Mas Rey. Dan aku? Aku hanyalah istri yang, menurut beliau, tidak pernah cukup baik.

"Apa yang ibu katakan kali ini?" tanyaku, suaraku bergetar meskipun aku mencoba untuk tegar.

Mas Rey menghela napas panjang, lalu berkata, "Ibu bilang … aku harus mempertimbangkan ulang pernikahan kita. Katanya, lima tahun tanpa anak adalah bukti bahwa … mungkin ada sesuatu yang salah."

Aku terdiam. Kata-kata itu bukan hal baru bagiku. Aku sudah terlalu sering mendengar sindiran tentang ketiadaan anak dalam rumah tangga kami. Tapi mendengarnya keluar dari mulut Mas Rey—suamiku, orang yang seharusnya menjadi pelindungku—tetap saja melukai hati ini.

"Apa Mas setuju dengan ibu?" tanyaku akhirnya. "Apa Mas merasa aku … tidak cukup baik untukmu?"

Mas Rey mendongak, menatapku dengan mata yang dipenuhi rasa bersalah. "Tentu saja tidak, Sayang. Aku menikahimu karena aku mencintaimu. Sayang tahu itu."

Aku ingin mempercayainya, sungguh. Tapi rasanya semakin sulit. Kata-katanya mungkin terdengar meyakinkan, tapi aku tahu bagaimana Mas Rey. Dia mencintaiku, ya, tapi Mas Rey terlalu lemah untuk menghadapi ibunya.

"Aku sudah mencoba menjelaskan ke ibu," lanjutnya. "Tapi Ibu … Ibu tidak mau mendengarkan."

"Tentu saja Ibu tidak mau mendengarkan," potongku, suaraku sedikit meninggi. "Karena Ibu sudah memutuskan sejak awal bahwa aku ini tidak pantas untukmu. Apa pun yang Mas katakan tidak akan mengubah pikirannya."

Mas Rey terdiam, dan aku merasa marah sekaligus putus asa.

"Mas," kataku pelan. "Aku lelah."

Mas Rey menatapku, matanya penuh kekhawatiran. "Lelah? Maksudnya apa, Yang?"

"Aku lelah harus selalu membuktikan diriku, Mas," kataku, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang. "Aku lelah mencoba meyakinkan ibumu bahwa aku layak berada di sini. Aku lelah menghadapi semua ini sendirian."

"Mas tidak membiarkanmu sendirian," bantah Mas Rey.

Aku tertawa kecil, tanpa humor. "Benarkah? Mas tahu bagaimana ibu memperlakukanku, tapi Mas hanya diam. Mas membiarkannya menghinaku, meremehkanku, seolah-olah aku ini bukan manusia."

"Mas tidak tahu harus bagaimana," bisik Rey.

Dan di situlah masalahnya. Mas Rey tidak tahu harus bagaimana, dan aku yang harus menanggung semuanya.

---

Malam itu, aku duduk di depan cermin di kamar kami, menatap bayangan diriku sendiri. Wajahku terlihat lelah, dengan mata yang sembab karena menangis. Lima tahun. Lima tahun aku mencoba bertahan dalam pernikahan ini, berharap segalanya akan menjadi lebih baik. Tapi setiap hari terasa seperti medan pertempuran, dan aku mulai merasa tidak punya cukup tenaga untuk terus berjuang.

Pernikahan kami tidak pernah mendapat restu dari ibu mertua. Dari awal, beliau sudah menunjukkan ketidaksukaannya padaku. Alasannya? Karena aku berasal dari keluarga sederhana. Ayahku hanya seorang pegawai negeri biasa, dan ibuku seorang ibu rumah tangga. Tidak ada yang istimewa.

Dan kini, setelah lima tahun menikah, alasan lain muncul: aku belum bisa memberikan keturunan. Ibu mertuaku selalu mengingatkanku, dengan nada suara yang sinis, bahwa seorang wanita hanya dianggap "berharga" jika bisa melahirkan anak.

Padahal, aku tahu masalah ini bukan sepenuhnya salahku. Kami sudah memeriksakan diri ke dokter, dan hasilnya menyatakan bahwa kami berdua sehat. Tapi tetap saja, aku yang disalahkan.

Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Aku mencintai Mas Rey, tapi cinta saja tidak cukup. Pernikahan ini terasa seperti perang yang harus kuhadapi sendirian, dan aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan.

---

Pagi harinya, aku beranjak ke ruang makan dengan perasaan berat. Aku tidak tahu apa yang menungguku, tapi aku mencoba bersikap tenang.

Ketika aku masuk, aku tertegun. Di meja makan, ibu mertua duduk dengan senyum yang terlihat puas, sementara seorang wanita muda yang cantik duduk di sebelahnya. Wanita itu … aku mengenalinya. Dia Citra.

"Oh, Ira," kata ibu mertuaku dengan nada sinis. "Akhirnya kau bangun juga. Kemarilah, kenalkan dirimu pada Citra."

Aku berdiri kaku di ambang pintu, mencoba mencerna situasi ini. Apa maksudnya membawa Citra ke rumah kami?

"Citra ini calon istri Rey," lanjutnya, seolah-olah aku tidak ada di ruangan itu. "Kalau saja Rey mau mendengarkan ibunya, pernikahan ini pasti jadi yang pertama untuknya dan megah dengan banyaknya tamu yang hadir."

Aku merasakan darahku mendidih, tapi aku mencoba tetap tenang. Sebelum aku sempat mengatakan apa pun, Mas Rey masuk ke dalam ruangan.

"Bu, cukup," katanya tegas. "Kita sudah membahas ini."

Ibu mertuaku mendengus. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Rey. Kau tahu sendiri, pernikahanmu tidak membawa kebahagiaan. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik."

Aku merasa seolah-olah seluruh dunia runtuh di sekelilingku. Kata-kata ibu mertuaku adalah hal yang sudah sering kudengar, tapi mendengarnya diucapkan langsung di depan Citra membuatnya terasa jauh lebih menyakitkan.

Mas Rey menatap ibunya dengan tajam. "Ira adalah istriku, dan aku mencintainya. Tidak ada yang bisa mengubah itu, termasuk Ibu."

Kata-kata Mas Rey mungkin terdengar meyakinkan, tapi aku tahu itu tidak cukup. Ibu mertuaku tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang diinginkannya. Dan Mas Rey … Mas Rey terlalu lemah untuk melawannya.

Setelah sarapan yang penuh ketegangan, aku memutuskan untuk pergi ke taman kecil di dekat rumah. Aku duduk sendirian di bangku kayu, mencoba menenangkan pikiranku. Tapi permasalahan itu tetap hinggap di pikiranku.

"Apakah aku benar-benar tidak cukup baik untuk Mas Rey?" gumamku pada diri sendiri.

Air mata mulai mengalir di pipiku. Aku merasa seperti terperangkap dalam pernikahan yang tidak pernah benar-benar menjadi milikku. Aku mencintai Mas Rey, tapi cinta itu terasa seperti racun yang perlahan-lahan menghancurkan diriku.

Aku tahu aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Aku harus membuat keputusan. Aku harus menemukan cara untuk mempertahankan harga diriku, bahkan jika itu berarti aku harus melepaskan Mas Rey. Keputusan yang sangat sulit dan dilematis.

Dengan keraguan yang menghantui pikiranku, aku tahu bahwa hidupku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus melangkah maju, apa pun yang terjadi. Setiap langkah yang kuambil mulai sekarang akan menentukan masa depanku, dan aku tidak boleh menyerah.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status