Share

Bab 42

Author: RiQueena
last update Last Updated: 2025-01-31 14:51:25

Bab 42

Ira dan Rizal masih duduk berhadapan di dalam cafe. Percakapan mereka mengalir dengan mudah, membahas banyak hal, mulai dari pekerjaan hingga kenangan masa lalu.

"Jadi, bagaimana rasanya menjadi penasihat keuangan?" Rizal bertanya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.

Ira tersenyum tipis, menatap cangkir kopinya sebelum akhirnya menjawab. "Awalnya, aku tidak pernah berpikir akan sampai di titik ini. Dulu, aku hanyalah seorang manajer keuangan di perusahaan tempat aku dan Mas Rey bekerja."

Rizal mengangkat alis, tertarik. "Oh? Jadi kamu dan Rey dulu satu kantor?"

Ira mengangguk. "Iya. Aku dulu adalah atasan suamiku. Dia masih seorang staf keuangan waktu itu, dan aku yang membimbingnya dalam banyak hal. Aku ingat betul betapa keras kepalanya saat itu."

Rizal terkekeh. "Jadi sejak awal kamu sudah terbiasa menghadapi sifat keras kepala Rey?"

Ira tertawa kecil. "Bisa dibilang begitu. Tapi justru karena itulah kami semakin dekat. Aku melihat bagaimana dia berusaha membuktikan diriny
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 43

    Bab 71Ira masih terdiam, memikirkan kata-kata Rizal."Aku tidak bisa terus seperti ini, Rizal. Aku butuh jawaban, tapi aku juga takut."Rizal tersenyum. "Takut bahwa jawaban itu bukan yang ingin kamu dengar?"Ira menatapnya dengan mata bimbang. "Aku takut, Rizal. Takut kalau pada akhirnya Mas Rey akhirnya memilih mendengarkan ibunya.""Maksudmu?" Rizal bertanya, meskipun ia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini.Ira menggigit bibirnya, menunduk. "Ibunya selalu ingin dia bersama wanita yang bisa memberinya anak. Aku ... aku tidak tahu apakah Mas Rey cukup kuat untuk melawan keinginan ibunya."Rizal mengangguk pelan. "Dan kamu takut dia menyerah dan memilih wanita lain?"Ira mengangguk. "Aku takut dia memilih Erica. Dia pintar, datang dari keluarga sukses, dan sekarang bahkan membantu Mas Rey di bisnisnya. Itu seperti pasangan sempurna di mata ibunya."Rizal menarik napas panjang, mencoba memilih kata-kata yang tepat. "Ira, kamu tahu bahwa kebahagiaan sebuah pernikahan tidak hanya be

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 44

    Bab 76Ira duduk di sofa ruang tamu apartemen miliknya, jemarinya sibuk memijat pelipisnya yang terasa pusing. Semua perkataan Reyvaldo Anggara masih terngiang di pikirannya, membuatnya sulit berpikir jernih. Sidang pengadilan agama terakhir akan segera berlangsung, keputusan akhir ada di tangannya—melanjutkan perceraian atau memberi kesempatan untuk mediasi kembali.Mata wanita cantik itu terpejam mengingat percakapan tadi malam antara dirinya dan suaminya, Rey, melalui telepon."Sayang, kita harus bicara sebelum sidang terakhir," ajak laki-laki di seberang telepon dengan nada lembut tapi tegas.Ira menghela napas, suaranya datar, “Apa lagi yang perlu dibicarakan, Mas? Semuanya sudah jelas.”“Belum tentu. Kita masih bisa mencoba mediasi lagi. Mas yakin, kita bisa memperbaiki semuanya ini satu-persatu.” Suara Rey terdengar meyakinkan.Ira tertawa sinis, “Kita? Memperbaiki? Mas Rey, kita sudah sampai di titik ini bukan karena aku tidak mencoba. Aku sudah cukup lelah berusaha sendirian.

    Last Updated : 2025-02-02
  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 45

    BAB 45Bab 77Di ruangan kantornya yang luas, Reyvaldo Anggara duduk dengan wajah tegang. Berkas-berkas berserakan di atas mejanya, dan layar laptopnya menampilkan laporan keuangan yang masih belum ia selesaikan. Kepalanya terasa berat. Masalah pribadinya dengan Alnaira Riquina, istrinya, sudah cukup menguras pikirannya, tapi kini pekerjaannya juga mulai terancam.Pintu diketuk. Rey mendongak dan melihat Nia, asistennya, masuk dengan ekspresi ragu.“Pak Rey, rapat dengan dewan direksi dimajukan satu jam lebih cepat. Dan … ada beberapa revisi dalam proposal merger yang harus segera Bapak tinjau,” ucap Nia setelah masuk ruangan.Rey mengerutkan kening, meletakkan pulpen yang sedari tadi ia putar-putar di jarinya. “Dimajukan? Kenapa?”Nia meletakkan dokumen di meja atasannya, kemudian menghela napas pelan. “Dari informasi yang saya dapat, ada tekanan dari beberapa pemangku saham utama. Mereka ingin merger ini segera dieksekusi tanpa hambatan, Pak."Rey menyandarkan punggungnya, menatap d

    Last Updated : 2025-02-03
  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 1 : Awal dari Sebuah Perjuangan

    Aku duduk di sofa ruang tamu, mencoba menenangkan diriku. Tanganku gemetar, saling menggenggam erat di pangkuanku. Di depanku, Mas Rey duduk diam dengan kepala menunduk. Dia selalu begitu—terdiam ketika kami harus membahas sesuatu yang penting, terutama jika itu menyangkut ibunya. "Ibu … lagi-lagi membicarakan soal Citra," katanya akhirnya, suaranya terdengar lelah. Citra. Nama itu seperti belati yang menusuk dadaku setiap kali disebutkan. Aku tahu betul apa yang ingin disampaikan Mas Rey, bahkan sebelum dia membuka mulut. Citra adalah wanita yang dianggap ibu mertuaku sebagai istri ideal untuk Mas Rey. Dan aku? Aku hanyalah istri yang, menurut beliau, tidak pernah cukup baik. "Apa yang ibu katakan kali ini?" tanyaku, suaraku bergetar meskipun aku mencoba untuk tegar. Mas Rey menghela napas panjang, lalu berkata, "Ibu bilang … aku harus mempertimbangkan ulang pernikahan kita. Katanya, lima tahun tanpa anak adalah bukti bahwa … mungkin ada sesuatu yang salah." Aku terdiam. Kat

    Last Updated : 2024-12-24
  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab2 : Bara di Balik Diamku

    Aku memandangi layar ponselku yang tergeletak di meja. Pesan dari Mas Rey masuk beberapa jam yang lalu, tapi aku belum membukanya. Pesan itu pasti berisi permintaan maaf atau alasan lain untuk mencoba menenangkan hatiku. Mas Rey selalu begitu. Suamiku bukan tipe laki-laki yang pandai berkonfrontasi, apalagi jika itu menyangkut ibunya. Namun kali ini, aku tidak yakin permintaan maafnya cukup. Aku merasa sendirian di medan perang ini, berjuang melawan ombak yang semakin besar tanpa pelindung. Aku mencintai Mas Rey, tapi aku tidak bisa terus-menerus bertahan sendirian. “Kalau aku lemah, apa artinya cinta ini?” gumamku pada diri sendiri. Kepalaku berdenyut memikirkan kejadian tadi pagi. Kehadiran Citra di ruang makan bukanlah kebetulan. Ibu mertua sengaja membawa dia ke rumah untuk mempermalukanku, untuk menunjukkan bahwa aku bisa digantikan kapan saja. Dan Mas Rey? Meski Mas Rey membelaku di depan ibunya, aku tahu suamiku tidak sepenuhnya mampu mengatasi ini. Aku mengambil ponsel

    Last Updated : 2024-12-24
  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 3 : Pilihan yang Menyakitkan

    Pagi itu, mendung terlihat menggantung di langit, seolah ingin memberi peringatan bahwa hari ini tidak akan berjalan dengan baik. Aku duduk di sofa ruang tamu, secangkir kopi yang mulai dingin tergeletak di meja. Aku memandangi jam dinding yang berdetak perlahan, seperti mengejek kebingunganku. Mas Rey sudah berangkat lebih awal, seperti biasanya. Suamiku tidak berkata banyak, hanya sebuah statment, "Mas pergi" yang terdengar kaku sebelum menutup pintu. Aku tidak tahu apakah Mas Rey sadar aku terjaga sepanjang malam, menangis pelan di sampingnya. Keheningan di antara kami semakin hari semakin sulit untuk dijembatani, seperti jurang yang terus melebar. Aku menghela napas panjang, mencoba mengalihkan pikiranku dengan membereskan rumah. Namun, tak sampai setengah jam, ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak kukenal. "Bu Ira, saya dr. Laila dari klinik kesuburan yang Bapak Rey kunjungi kemarin. Kami ingin menjadwalkan pertemuan lanjutan untuk membahas hasil tes."

    Last Updated : 2024-12-24
  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 4 : Kepercayaan yang Terguncang

    Pagi itu terasa berat. Aku duduk di meja makan, menatap cangkir teh yang sudah dingin, mencoba mencari alasan untuk tidak berpikir terlalu banyak. Keheningan yang mengisi rumah tangga kami semakin mencekik, dan setiap detik terasa semakin berat. Mas Rey sudah pergi bekerja, meninggalkan aku dengan pikiran yang berlarian. Ke mana perginya kedamaian yang dulu kami miliki? Apa yang terjadi dengan kami? Rasanya aku sudah berusaha terlalu keras untuk mempertahankan hubungan ini, namun aku hanya semakin merasa jauh dari suamiku. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari nomor yang sudah tidak asing lagi: dokter Laila dari klinik kesuburan. "Bu Ira, kami ingin mengonfirmasi jadwal pertemuan lanjutan untuk hasil tes. Mohon konfirmasi segera." Aku terdiam sejenak. Mas Rey belum memberitahuku apa-apa tentang hasil tes ini. Aku merasa seperti sebuah bagian dari hidupnya yang disembunyikan dariku, dan itu memicu rasa sakit yang kucoba untuk tidak rasakan. Aku menekan nomor Mas Rey. Panggilan

    Last Updated : 2024-12-24
  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 5 : Jalan Terpecah

    Hari ini terasa lebih panas dari biasanya. Aku berdiri di balkon rumah kami, menatap pemandangan kota yang tampak sibuk dengan rutinitas penduduknya. Udara terasa lembap, dan aroma aspal yang terkena paparan sinar matahari berhembus ke dalam ruangan. Hati ini penuh dengan prasangka, namun tak ada yang bisa kuungkapkan. Bahkan angin yang berhembus pun tidak bisa menenangkan pikiranku. Mas Rey belum pulang sampai saat ini. Pikiranku kembali berlarian, mencoba mencari cara agar semuanya kembali normal, tetapi setiap kali aku berpikir begitu, kenyataan datang seperti sebuah tamparan yang sangat keras. Hubungan kami yang dulu penuh dengan canda tawa, kini terasa hampa. Setiap percakapan terasa seperti adu argumen yang tak pernah selesai. Klinik kesuburan telah memberikan hasil tes terakhir, dan semuanya sudah jelas—kami berdua memiliki masalah. Namun, ada satu hal yang semakin menyakitkan, yang tak pernah kami bicarakan secara jujur: ibu mertuaku. Aku memikirkan kata-kata ibu mertuaku

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 45

    BAB 45Bab 77Di ruangan kantornya yang luas, Reyvaldo Anggara duduk dengan wajah tegang. Berkas-berkas berserakan di atas mejanya, dan layar laptopnya menampilkan laporan keuangan yang masih belum ia selesaikan. Kepalanya terasa berat. Masalah pribadinya dengan Alnaira Riquina, istrinya, sudah cukup menguras pikirannya, tapi kini pekerjaannya juga mulai terancam.Pintu diketuk. Rey mendongak dan melihat Nia, asistennya, masuk dengan ekspresi ragu.“Pak Rey, rapat dengan dewan direksi dimajukan satu jam lebih cepat. Dan … ada beberapa revisi dalam proposal merger yang harus segera Bapak tinjau,” ucap Nia setelah masuk ruangan.Rey mengerutkan kening, meletakkan pulpen yang sedari tadi ia putar-putar di jarinya. “Dimajukan? Kenapa?”Nia meletakkan dokumen di meja atasannya, kemudian menghela napas pelan. “Dari informasi yang saya dapat, ada tekanan dari beberapa pemangku saham utama. Mereka ingin merger ini segera dieksekusi tanpa hambatan, Pak."Rey menyandarkan punggungnya, menatap d

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 44

    Bab 76Ira duduk di sofa ruang tamu apartemen miliknya, jemarinya sibuk memijat pelipisnya yang terasa pusing. Semua perkataan Reyvaldo Anggara masih terngiang di pikirannya, membuatnya sulit berpikir jernih. Sidang pengadilan agama terakhir akan segera berlangsung, keputusan akhir ada di tangannya—melanjutkan perceraian atau memberi kesempatan untuk mediasi kembali.Mata wanita cantik itu terpejam mengingat percakapan tadi malam antara dirinya dan suaminya, Rey, melalui telepon."Sayang, kita harus bicara sebelum sidang terakhir," ajak laki-laki di seberang telepon dengan nada lembut tapi tegas.Ira menghela napas, suaranya datar, “Apa lagi yang perlu dibicarakan, Mas? Semuanya sudah jelas.”“Belum tentu. Kita masih bisa mencoba mediasi lagi. Mas yakin, kita bisa memperbaiki semuanya ini satu-persatu.” Suara Rey terdengar meyakinkan.Ira tertawa sinis, “Kita? Memperbaiki? Mas Rey, kita sudah sampai di titik ini bukan karena aku tidak mencoba. Aku sudah cukup lelah berusaha sendirian.

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 43

    Bab 71Ira masih terdiam, memikirkan kata-kata Rizal."Aku tidak bisa terus seperti ini, Rizal. Aku butuh jawaban, tapi aku juga takut."Rizal tersenyum. "Takut bahwa jawaban itu bukan yang ingin kamu dengar?"Ira menatapnya dengan mata bimbang. "Aku takut, Rizal. Takut kalau pada akhirnya Mas Rey akhirnya memilih mendengarkan ibunya.""Maksudmu?" Rizal bertanya, meskipun ia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini.Ira menggigit bibirnya, menunduk. "Ibunya selalu ingin dia bersama wanita yang bisa memberinya anak. Aku ... aku tidak tahu apakah Mas Rey cukup kuat untuk melawan keinginan ibunya."Rizal mengangguk pelan. "Dan kamu takut dia menyerah dan memilih wanita lain?"Ira mengangguk. "Aku takut dia memilih Erica. Dia pintar, datang dari keluarga sukses, dan sekarang bahkan membantu Mas Rey di bisnisnya. Itu seperti pasangan sempurna di mata ibunya."Rizal menarik napas panjang, mencoba memilih kata-kata yang tepat. "Ira, kamu tahu bahwa kebahagiaan sebuah pernikahan tidak hanya be

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 42

    Bab 42Ira dan Rizal masih duduk berhadapan di dalam cafe. Percakapan mereka mengalir dengan mudah, membahas banyak hal, mulai dari pekerjaan hingga kenangan masa lalu."Jadi, bagaimana rasanya menjadi penasihat keuangan?" Rizal bertanya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Ira tersenyum tipis, menatap cangkir kopinya sebelum akhirnya menjawab. "Awalnya, aku tidak pernah berpikir akan sampai di titik ini. Dulu, aku hanyalah seorang manajer keuangan di perusahaan tempat aku dan Mas Rey bekerja."Rizal mengangkat alis, tertarik. "Oh? Jadi kamu dan Rey dulu satu kantor?"Ira mengangguk. "Iya. Aku dulu adalah atasan suamiku. Dia masih seorang staf keuangan waktu itu, dan aku yang membimbingnya dalam banyak hal. Aku ingat betul betapa keras kepalanya saat itu."Rizal terkekeh. "Jadi sejak awal kamu sudah terbiasa menghadapi sifat keras kepala Rey?"Ira tertawa kecil. "Bisa dibilang begitu. Tapi justru karena itulah kami semakin dekat. Aku melihat bagaimana dia berusaha membuktikan diriny

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 41

    Rey sedang duduk di kursi kantornya, matanya menatap layar komputer yang penuh dengan angka dan grafik. Pikirannya bercabang antara pekerjaan dan permasalahan pribadinya. Lelaki tampan itu telah mengirim pesan tadi malam ke istrinya, tapi hingga kini belum ada balasan.Tiba-tiba, pintu ruangannya diketuk pelan."Ya ... masuk," ujar Rey tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Nia, asistennya, masuk dengan membawa beberapa berkas di tangannya. Langkahnya cepat dan rapi, menunjukkan profesionalismenya sebagai asisten eksekutif yang sudah lama bekerja dengannya, meski vakum beberapa bulan karena cuti melahirkan."Pak Rey, ini dokumen untuk proyek merger minggu depan. Juga ada beberapa laporan keuangan yang perlu Bapak tinjau," ujar Nia sambil meletakkan dokumen di meja kerja Rey.Rey mengangguk, mengambil dokumen teratas dan membolak-balik halamannya."Terima kasih, Nia. Seberapa jauh progres merger ini?" tanyanya tanpa mengangkat wajahnya.Nia merapikan berkas lain yang ada di meja Rey s

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 40

    Rey duduk termenung di ruang kerjanya, menatap tumpukan berkas yang berserakan di meja. Rasa penyesalan dan kegelisahan menyelimuti dirinya, membuat fokusnya terpecah. Ira, sosok yang selama ini menjadi penyemangatnya, terasa semakin jauh. Rey tahu bahwa kesalahannya terlalu besar untuk ditebus hanya dengan permintaan maaf. Ia menghela napas panjang, menyadari betapa rumitnya masalah yang sedang dihadapinya.Namun, tumpukan pekerjaan di depannya tidak menunggu. Deadline proyek terus menghantui pikirannya, seolah berteriak meminta penyelesaian. Rey memijat pelipisnya, mencoba mengusir kelelahan yang mulai menguasai tubuhnya. Ia memutuskan untuk memanggil asisten pribadinya lagi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.Beberapa menit kemudian, Nia, asistennya, masuk ke ruang kerja dengan tumpukan dokumen di tangan. Penampilannya tetap rapi seperti biasa, meski pakaian yang dikenakannya terlihat sedikit ketat dan menarik perhatian. Rey melirik sekilas, lalu kembali memusatka

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 39

    Rizal mengetuk pintu apartemen Ira dengan sopan. Suara ketukan itu terdengar keras namun tidak berlebihan, cukup untuk memastikan penghuni di dalam menyadarinya. Dari dalam, terdengar langkah kaki yang terburu-buru mendekat, seolah pemiliknya sedang tergesa-gesa menyelesaikan sesuatu sebelum membuka pintu.Setelah beberapa saat, suara kunci yang diputar terdengar pelan, dan pintu perlahan terbuka. Di balik pintu itu, seorang wanita cantik bernama Alnaira Riquina berdiri. Meski demikian, kerut di wajah cantiknya menampilkan ekspresi campuran antara terkejut dan bingung. Ia tidak menyangka akan menemukan Rizal berdiri di sana dengan senyum lembut di wajahnya.Rizal, seperti biasa, tampil rapi. Jas yang dikenakannya tampak sempurna tanpa satu pun lipatan, sementara jam tangan di pergelangan kirinya berkilauan samar di bawah cahaya lorong apartemen. Ada aura tenang dan percaya diri dalam sikapnya, membuat siapa pun yang melihatnya merasa bahwa kehadirannya selalu membawa kesan yang mendal

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 38

    Cahaya matahari pagi menyusup masuk melalui celah tirai yang sedikit terbuka. Sinarnya yang terasa hangat menerpa wajah cantik Ira yang duduk di meja makan, menatap cangkir kopinya yang masih mengepul asap tipis. Di seberangnya duduk seorang sahabat yang setia menemaninya untuk bertukar pikiran, Karin, yang memandangnya dengan perasaan cemas."Jadi, bagaimana pembicaraanmu dengan Rizal semalam?" tanya Karin sambil menyeruput kopinya.Ira menghela napas panjang. "Dia memberiku perspektif baru. Aku merasa sedikit lebih tenang, meski masalahku dengan Mas Rey masih menjadi beban berat."Karin mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kamu harus jujur pada dirimu sendiri, Ra. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apakah kamu masih mencintai suamimu?"Ira terdiam sejenak. Kata-kata Karin membuatnya teringat pada ucapan Rizal semalam. "Aku ... aku tidak tahu, Rin. Rasanya seperti ada tembok besar di antara kami sekarang. Dan Erica, dia seperti bayangan yang terus menghantui pernikahan kami.""Aku menge

  • Istri Baru untuk Suamiku    Bab 37

    Ruangan kantor Reyvaldo Anggara dipenuhi dengan dokumen yang berserakan di atas meja kerja, mencerminkan kekacauan yang sama dengan pikirannya saat ini. Lelaki berwajah rupawan itu memutuskan untuk tidak menunda lagi pemecahan masalah yang sedang dihadapinya. Hubungan dengan Ira, wanita yang sangat dicintainya harus segera diperbaiki, meskipun gugatan cerai dari istrinya sudah dilakukan, ditambah lagi dengan kehadiran Erica yang terus menjadi penghalang besar hubungan di antara mereka.Rey menatap ponselnya yang tergeletak di meja, diantara dokumen-dokumen yang terlihat masih berhamburan. Nama Ayang Alnaira masih ada di layar dari panggilan terakhirnya yang tidak terjawab. Kali ini, ia memutuskan untuk mencobanya lagi. Berusaha untuk menjelaskan pertemuan sebelumnya yang masih belum menemui titik terang.Setelah beberapa kali nada sambung terhubung, suara Ira terdengar di ujung sana. "Ada apa lagi, Mas?" tanyanya dengan nada dingin."Sayang, Mas perlu bicara lagi denganmu," kata Rey d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status