Rumah tangga yang seharusnya tentram, damai dan sejuk itu hanya kepalsuan. Semua cinta dan kasih sayang selama 5 tahun usia pernikahanku semua adalah palsu hanya demi sebuah surat wasiat dari ayah mertuaku. Akankah aku bertahan atau menyerah?
Lihat lebih banyak“Bagaimana dok, apa yang terjadi dengan istri saya, apakah ada yang perlu dikhawatirkan?" tanya suamiku dengan cemas. "Sebentar saya lihat dulu hasil laporannya." jawab dokter itu dengan ramah.Dokter wanita itu membuka lembaran hasil laporan pemeriksaan kesehatanku."Maaf Pak, dilihat dari laporannya memang ada masalah dengan rahim istri Bapak ..."Mandul kan, itu yang dokter mau sampaikan!""Maaf Pak, tenang saya jelaskan dulu, silahkan duduk kembali Pak," ucap dokter itu."Nggak usah, saya permisi ... ucap suamiku yang nampak sekali diwajahnya terlihat beringas dengan penuh emosi."Sudah Mas bilang, nggak usah ke dokter lagi, sudah berapa dokter yang kita datangi semua hasilnya sama, ayo kita pulang aja," ucap suamiku yang masih emosi.Kami pun pulang dengan perasaan yang kacau, marah dan tentu saja sedih.Diusia pernikahanku menginjak tahun kelima, aku juga belum diberi kepercayaan untuk memiliki seorang anak.Padahal semua segala upaya sudah dilakukan, namun hasilnya semua zonk alias tidak ada.Di dalam mobil pun Mas Ariel diam seribu bahasa, hanya keheningan yang melanda diriku ataupun Mas Ariel. Aku tak berani menatap wajahnya."Bagaimana hasilnya?" tanya ibu mertua dengan ramah ketika kami telah sampai di rumah."Ya sama bu kaya yang sudah-sudah hasil zonk melulu, jawab suamiku dengan ketus."Bu, Ariel keluar dulu ada janji sama klien di cafe, dan kamu Rum di rumah aja nggak usah keluyuran ke tempat mamah, besok aja kita kesananya, lagian sudah siang besok Mas libur, nggak apa-apa kan?" tanya Mas Ariel dengan mencium pucuk keningku dengan lembut."Iya nggak apa-apa Mas, besok aja."Kucium dengan takjim imamku itu, Mas Ariel yang sholeh tak ada cacat di mataku, hanya kadang kalau tidak menuruti perintahnya emosinya memuncak tetapi hanya pada saat itu saja setelah itu sikapnya normal kembali dengan penuh kelembutan dan penyayang."Nggak apa-apa jangan sedih, berarti belum dikasih aja. Daripada kamu nggak ada kerjaan lebih baik ngurusin keponakanmu aja Raina ya hitung-hitung belajar dari sekaranglah, jika Allah berkehendak maka terjadilah, maka dari itu yang sabar, selalu berdoa dan ikhtiar," ucap ibu mertua yang ramah.Aku sangat beruntung mempunyai ibu mertua yang sangat sayang dan perhatian, jika ada kesalahan yang aku perbuat ibu selalu menasehatiku dengan kasih sayang dan kelembutan tak pernah selama aku tinggal di rumah ini melihatnya marah atau kesal."Iya bu, kalau begitu Arum mau ke kamar dulu ganti baju," ucapku."Iya sana buruan ya."Entah mengapa selama pernikahanku semua keluarga mas Ariel sangat menyayangiku bahkan ayah mertuaku. Kami memang dijodohkan sedari kecil, ayah mas Ariel adalah seorang pengusaha sukses yang berteman baik dengan bapak sebagai karyawan biasa. Mereka adalah sahabat dari kecil. Beliau bernazar jika nanti mempunyai anak laki-laki dan perempuan maka akan dinikahkan.Dan akhirnya kami dipersatukan dalam ikatan suci perkawinan yang sakral dan sah dimata agama dan hukum.Dari sejak menikah, kami sudah tinggal satu atap dengan mertua dan saudara ipar yaitu kakaknya mas Ariel, mbak Sukma.Hidup kami sangat tenteram berdampingan dengan mertua, apalagi dengan kakak ipar yang mempunyai anak bernama Raina. Gadis kecil itu diusianya baru 2 tahun sangat lincah dan menggemaskan sehingga naluri keibuanku pun muncul, sejak lahir sampai sekarang aku yang merawat dan menjaganya."Rum, tolong jaga Raina sebentar, aku mau bertemu teman arisanku di cafe, biasalah namanya juga sosialita nggak enak kalau nggak datang nanti di kira sombong," ucapnya dengan tersenyum."Kenapa nggak dibawa aja Raina, mbak, kasihan nanti nangis lagi nyariin mbak," jawabku."Ya elah Arum, kamu itu orang desa mana ngerti yang beginian, ribet Rum lebih kamu aja yang jaga ya?" sahutnya denga tersenyum yang sudah rapi dan berdandan sangat cantik."Rum, ibu mau pergi sebentar ada teman ibu yang masuk rumah sakit nggak enak dong istri seorang pengusaha terkenal diajak jenguk teman nggak datang nanti dikira pilih kasih lagi, dan tolong ya Rum kamu hari masak yang enak soalnya habis dari rumah sakit teman ibu mau kesini, tuh daftar makanannya," terang ibu mertua yang ramah."Baik bu, Arum akan selesaikan semuanya, ibu jangan khawatir, sebelum ibu datang semuanya pasti sudah beres," jawabku dengan antusias."Kamu memang menantu ibu yang pengertian dan baik, untung kami bisa mendapatkan kamu pantas saja almarhum papahnya Ariel sangat menyukaimu," terangnya yang membuat aku tersipu malu.Begitulah setiap harinya, mereka selalu beralasan pergi keluar dan hanya aku yang tinggal bersama Raina di rumah yang besar dan megah ini. Ibu tidak mau memperkerjakan asisten rumah tangga karena tidak percaya sama orang lain dan pemborosan.Suami mbak Sukma sudah meninggal setahun yang lalu akibat penyakit jantung yang dideritanya, tetapi meninggalnya pun mendadak tanpa ada orang lain yang tahu dan pihak keluarga tidak mau diautopsi, entahlah aku sendiri tidak paham.Aku yang berkutat di dapur seharian menyelesaikan semua pekerjaan, untungnya Raina setelah ku beri makan, dia tertidur pulas jadi dengan cekatan aku segera memasak hidangan makanan yang diminta ibu.Setelah selesai semua, tepat jam 14.00 siang, ibu beserta temannya telah datang ke rumah."Wah bersihnya rumahmu jeng, emmmh ... wangi lagi, pembantumu hebat banget ya bisa sebersih dan serapi ini, nemu dimana mau juga dong aku satu buat di rumah," ucapnya."Jleeeeb!" Aku yang mendengar itu hampir saja menitikkan air mata, tapi segera ibu memperkenalkan aku dengan teman-temannya."Oh, dia bukan pembantuku tapi dia ini menantuku namanya Arum, dia yang mengerjakan semuanya, kalian tahu sendirikan aku tidak percaya sama orang lain," sahut ibu mertua yang membuatku terharu dan tambah sayang aku padanya."Upps maaf ya Arum, Tante kira kamu pembantu disini, habis dandanan kamu kaya pembantu sih!" hahahaha ... ledeknya diikuti tertawa renyah teman ibu yang lain.Dan aku hanya memberikan senyuman. "Maaf ya Rum, teman-teman ibu ini suka guyon," terang ibu sambil tersenyum padaku.Lagi-lagi aku terbuai dengan kasih sayangnya seperti ibu peri di negeri dongeng."Bu, Arum ke kamar dulu mau lihat Raina, takutnya dia sudah bangun.""Ya sudah sana pergi jagain Raina!"Aku pergi menuju kamarku, sengaja Raina kutidurkan disana. Ternyata gadis kecil itu masih terlelap dalam tidur, kupandangi wajahnya yang imut dan lucu."Ah, andaikan dia darah dagingku sendiri, betapa bahagianya hati ini. Ku ambil gawaiku dan menyalakan video bermaksud merekam Raina yang menggemaskan sedang tidur, namun tiba-tiba aku tertuju pada meja kecil berwarna hitam, mengapa lacinya bagian bawahnya terbuka.Aku berhenti merekam dan menuju laci itu, mungkin mas Ariel buru-buru mengambil sesuatu disana entalah.Saat hendak kututup, ada sesuatu yang mencurigakan. Karena penasaran ku laci itu dengan lebar, disana terlihat beberapa struk belanja, bahkan yang tanggal kemarin pun masih ada."Untuk siapa ini, bahkan barang-barang yang tertera disitu bukan punyaku," batinku."Kubuka semuanya ternyata struk pembelian tas, pakaian, skincare dan pernak pernik lainnya dengan jumlah nominal yang fantastis, dan yang paling menyita perhatianku ada kuitansi pembelian satu set perhiasan emas dengan harga 500 juta dengan tanggal kemarin.Aku masih berpikir positif mungkin struk itu membeli keperluan ibu dan mbak Sukma, dan kuitansi ini untuk diriku, karena besok adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang kelima, mungkin nanti malam tepat jam 12.00 malam seperti tahun lalu mas Ariel selalu memberiku hadiah.Ku kembalikan struk itu kelaci dan menutupnya. Tak sabar menunggu nanti malam, kini aku sudah mengetahui hadiah kejutannya."Aku bahagia sekali menjadi istrimu, aku sangat mencintaimu mas, kau suamiku imamku untuk dunia dan akhirat," lirihku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul delapan malam, tetapi mas Ariel belum juga pulang. Bolak balik kumelihat dibalik jendela kamarku tetapi mas Ariel tidak ada.Rasa kantuk mulai menjalar ke mataku, namun belum ada tandanya sampai kutertidur dengan lelap.Ada suara yang membangunkanku, namun tidak kutemukan mas Ariel disampingku.Aku pergi keluar untuk mencari sumber suara itu. Ku berjalan perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara, dan akhirnya kutemukan suara itu ya suara mas Ariel di kamar ibu."Apa yang mereka bicarakan tengah malam begini?" gumanku dalam hati."Ku buka sedikit pintu itu, ternyata mas Ariel sedang menelepon seseorang. { Tinggal selangkah lagi kita bisa menghirup udara segar sayang, sudah aku katakan buah kesabaran akan indah pada waktunya }{ Dia memang wanita polos dan lugu, sangat mudah kita bohongi ... hahahaha...}{ Aku akan mengatur perceraian dengannya, jangan khawatir sayang, kamu tinggal terima beres aja, I love you my wife }Aku terenyak, syok, kaget bercampur emosi dan marah mendengar semua perkataannya.Apakah hanya mimpi, untuk siapa ia mengatakan itu semua, apakah aku yang dimaksud, apakah aku istri pertamanya atau kedua?
Hari ini aku sangat bahagia karena. Aku sudah menemukan tambatan hati yang aku mau. Ya namaku Devan Fahrizi Sanjaya. Aku seorang pengusaha dan aku cukup di kenal banyak orang. Pengalaman hidup bersama ibuku yang miskin dan dicemooh oleh orang lain telah mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan.Namanya Arumbi Lestari, kami bertemu di sebuah masjid saat aku menjadi marbot di sana, ya karena dari menjadi tukang marbot lah aku bisa sukses seperti sekarang ini.Pandangan pertama aku sudah mulai suka dengannya, cantik, sederhana dan jutek dan itu yang aku suka dengannya. Aku pikir dia akan terpesona dengan ketampananku yang paripurna ini nyatanya tidak dia sangat acuh tetapi itu membuatku menjadi lebih penasaran dengannya.Biasanya wanita yang melihatku langsung meminta perkenalan dan langsung bermain itu, tetapi aku bukan pria seperti ya ... “Aku diajarkan oleh orang tua yang aku panggil mama itu untuk tidak menyakiti seorang wanita dan aku juga tidak mau berhubungan lebih jika
Aku menemukan Lira dan Raina. Ibu dan anak itu akhirnya selamat. Lira memelukku dengan hangat, dia menangis bahagia akhirnya bisa terlepas dari jeratan Lingga.Selama ini ternyata Mas Lingga sudah menjual Lira ke tempat hiburan menjijikkan ini, jika melawan maka Raina akan menjadi tumbalnya. Raina memelukku dengan hangat, dia sangat takut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia masih menangis dan belum bisa menenangkan pikirannya.Anak seumur Lina tahun itu mengalami trauma dia harus segera di sembuhkan.“Maafkan Mama Sayang, maafkan Mama.”“Sekarang semua sudah berakhir tidak ada yang akan menyakiti Raina lagi, mereka sudah di tangkap,” ucapku berusaha menenangkan Raina.Raina tetap menangis tetapi tetap memelukku dengan erat. Aku tahu Lira sangat ingin memeluk Raina karena dia ibu kandungnya sendiri.“Mama jangan tinggalkan Raina lagi ya, Raina takut kehilangan Mama, hanya Mama yang Lira punya,” ucapnya dengan penuh haru.Iya Sayang, Mama akan selalu ada buat Rainya,
“Apa maksud semua ini Arum? Kamu tahu kan aku menjabat sebagai wakil direktur tetapi kenapa bukan aku yang menggantikan posisi kamu?” tanyanya dengan emosi.Aku masih bersikap tenang menghadapi orang itu untuk menghilangkan rasa takutku. Lalu aku mengambil semua berkas dan bukti tentang kecurangan yang dia lakukan di perusahaan.“Apa ini Arum?”“Apakah aku harus menjelaskan semuanya sat-satu Mas Lingga, masih syukur aku tidak membeberkan masalah ini ke rapat tadi, karena aku masih mempunyai hati untuk tidak mempermalukan kamu di hadapan mereka. Wajahnya kembali pucat ketika semua bukti yang dikumpulkan memang dia pelakunya, selama ini mencuri uang perusahaan.“Aku tidak menyangka Mas Lingga bisa melakukan hal ini denganku?” “Jangan katakan kamu khilaf ya Mas, aku sudah muak dengan kepintaranmu bersilat lidah. Aku selalu mengikuti arahan kamu tetapi apa yang kamu perbuat, kamu sengaja melakukannya kan?” “Apa yang ada di pikiranmu, aku tidak tahu semua ini, aku bodoh begitu?”“Ma
Semua pria sama saja nggak peka, ya pastilah cemburu, apalagi kami mau menikah dan dia tergoda dengan wanita lain, tentu saja aku tidak akan membiarkannya.Aku meninggalkan Mas Fahri dan tetap di tempat itu dan aku segera ingin menemuinya. Aku mau lihat bagaimana ekspresi nya saat bertemu denganku dengan gaya sok alimnya.Aku melangkah dengan penuh percaya diri untuk menghampirinya yang masih sibuk mencari gaun pengantin itu.“Halo, Kiran, apa kabar, masih ingat denganku?” tanyaku dengan tegas.Tampak wajahnya menegang, kedua matanya melotot kearah, dia terdiam terpaku melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba menghampirinya. Mungkinkah aku sepeti hantu baginya?“Kenapa Kiran, kenapa kamu terkejut, apakah kamu melihat hantu di sini?” Aku menatap tajam ke arahnya, berani sekali dia membohongi ibu dan berputar -pura teraniaya padahal dia sendiri ikut andil dalam rencana busuk Mas Lingga. “A—Arum, kamu di sini?” “Syukurlah kamu masih mengingatku Kiran dan apa ini? Kamu sekejap me
Aku masih tidak percaya di dalam hidupku akan terjadi pernikahan yang kedua kalinya. Ada rasa bahagia sekaligus rasa takut.Entah kenapa aku merasa di lema, tetapi aku tidak mau menikah dengan Mas Lingga, orang yang pernah aku cintai ternyata hanya memanfaatkan aku sebenarnya. Dia masih berpikir kalau aku tidak mengetahui semuanya, tinggal menunggu waktu dan semuanya akan selesai.Aku juga belum bisa menemukan Lira, entah di mana dia sekarang. Nomor ponselnya sudah tidak aktif, apakah aku harus bertanya dengan Mas Lingga atau Shakira, kedua orang itu pasti tahu di mana Lira sekarang. Sudah seminggu ini semua berjalan dengan lancar, semua persiapan memang Mas Fahri yang melakukan bersama Ibu dan mam Yuni. Karena kami sudah bekerja sama, sehingga ada beberapa orang kepercayaan Mas Fahri ada di kantor ini untuk memastikan kalau Mas Lingga tidak melakukan apa-apa kepadaku.Mas Lingga juga tampak acuh kepadaku, tetapi sikapnya ini membuatku menjadi penasaran, apakah dia merencanakan ses
Aku sangat terkejut dan terdiam sesaat, mataku melotot untung saja tidak keluar. Pria tampan itu lalu menjentikkan jarinya agar aku tersadar.“Ma-Mas Fahri, kok ada di sini, jangan bercanda Mas, aku harus memberi sambutan kepada klien kami dari Kanada,” ucapku ragu tetapi kenapa penampilan Mas Fahri sangat berbeda dengan tampilan seperti orang kaya pada umumnya.“Hei kamu, ngapain lagi kamu di sini siapa yang menyuruhnya masuk ke ruangan ini, kamu itu orang luar Fahri, mau seperti orang kaya makanya kamu berpenampilan seperti ini hah?” hardiknya dengan nada mengejek.“Mas Lingga jaga ucapan kamu, jika kalau mau mengundurkan diri sekarang itu lebih baik dari pada kamu menghina orang lain.”“Ya bela saja tukang marbot itu dasar mental miskin!”“Pak Lingga begini cara kamu menyambut kami untuk menjalin kerja sama?” “Dengarkan baik-baik Pak Lingga. Orang yang kamu rendahkan ini adalah Tuan Devan dari Kanada,” sahutnya dengan meyakinkan. “A-apa maksud Pak Aldi, Anda pasti bercandak
Mas Lingga mengikuti kami pergi makan, aku semakin jengah dibuatnya, entah apa yang ada di pikirannya sekarang.“Aku ingin segera mengakhiri sandiwara ini yang pura-pura tidak mengetahui siapa Mas Lingga sebenarnya.Aku semakin takut dengan kehadiran Mas Lingga atau mencelakai Mas Fahri melalui anak buahnya mungkin saja kan, dia bertindak nekat? “Ada apa Arum, kenapa kamu begitu tegang?” tanyanya yang cukup beralasan.“Mas, itu Mas Lingga masih mengikuti kita bagaimana ini?” “Kamu maunya bagaimana?” “Kok malah bertanya denganku sih, yang kumau dia tidak mengikuti kita makan, bete tahu,” aku merajuk sedikit.“Biaklah, sesuai keinginanmu ,” jawabnya santai. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Mas Fahri saat ini, yang jelas dia berusaha menghilangkan ketakutanku kepada Mas Lingga. Aku menatap wajah Mas Fahri agar terus menerus membuat hatiku tenang.“Sudah Rum, jangan melihat saya seperti itu terus apakah saya seperti cokelat yang siap kamu makan?” “Iya nggak salah lagi,” jawa
Aku beranjak dari tempat dudukku dan menjauh dari tatapan Mas Lingga yang mengiba.“Maaf Mas untuk sekarang aku tidak bisa menjawabnya, karena sekarang kita berada di kantor, bukannya kamu tidak ingin masalah pribadi di campuradukkan di kantor untuk di bahas?”“Hari ini kita fokus tentang proyek kita bersama investor dari Kanada itu bukan?” tanyaku dibalikkan ke dia.“Dan ini apa maksud dari ini?’ kenapa kamu mengambil uang sebanyak ini tanpa persetujuan dariku, dan mulai hati ini Surat Kuasa itu sudah tidak bisa di gunakan lagi.”“Katakan untuk apa uang sebanyak itu?” “Kamu tidak percaya denganku, Rum?” “Kamu tinggal memberikan perincian untuk laporannya, apakah itu sulit?”Mas Lingga kembali menatapku, seolah-olah aku telah menekannya, dia lalu keluar dari ruanganku.Tak lama kemudian dia kembali datang dengan membawa sebuah mam dan melemparkannya di meja kerjaku.“Itu yang kamu mau kan, baiklah.”“Sepertinya aku tidak dibutuhkan lagi di sini, kamu ingin mengambil keputusan send
“Maaf Ibu tidak apa-apa?” Yola langsung memberikan tisu untuk membersihkan mulutku.“Kenapa kamu tidak memberitahukan saya?” “Maaf Bu, ponsel Ibu tidak aktif.”“Oh ya kamu benar, saya lupa memberikan nomor ponsel saya yang baru.”“Sebentar, mumpung saya ingat.” Aku langsung mengeluarkan ponsel milikku tepatnya punya Mas Fahri seketika kulihat wajah Yola sedikit bingung dengan ponsel yang aku pegang.“Kenapa wajahmu, kok begitu?” “Maaf Bu, itu ponsel lama Ibu?” “Iya kenapa, ada yang salah dengan bentuknya?” “Tidak Bu, siapa pun yang memberikan ponsel itu ke Ibu berarti orang itu sayang dan mencintai Ibu sepenuh hati.”“Kok kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari orang lain?”“Sepertinya itu bukan dari Pak Lingga kan Bu?” “Kamu tuh ya dok tahu, tetapi kamu sudah siapkan semuanya kan tidak ada yang ketinggalan?” “Ibu tenang saja semua sudah saya siapkan sampai makanan camilan, tidak perlu khawatir.”“Dan ini semua proposal yang Ibu minta dan itu sesuai dengan Pak Lingga minta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen