Aku menutup mulutku dan langsung pergi ke kamarku lagi.
Aku masih tidak percaya tentang apa yang mereka bicarakan. Suami yang selama 5 tahun bersamaku ternyata membohongiku, semua kasih sayang dan cinta yang ia berikan hanya kepalsuan, mengapa aku sebodoh ini, mengapa aku tak menyadarinya?""Aku terlanjur mencintaimu mas, begitu besar luka yang kau berikan, hatiku sakit dan hancur seperti debu yang terbawa angin entah ke mana.""Tenang Arum ... tenang ... jangan bertindak gegabah, kamu harus rileks Arum," batinku menyemangati diri sendiri."Aku harus mencari bukti, karena tidak ada tanda-tandanya kalau Mas Ariel selingkuh, aku tak mau disebut pelakor karena aku tak tahu kalau dia sudah mempunyai istri. Ya Allah apa yang harus kulakukan, aku bingung mulai dari mana.""Inikah hadiah kejutan darimu Mas Ariel, hadiah untuk ulang tahun pernikahan kita, mengapa aku harus mendengarkannya, apakah ini petunjuk- Mu ya Allah, Allahu Akbar ..."Kamu harus kuat Arum ... harus kuat, kalian pikir orang kampung ini tidak bisa berbuat nekat, kamu tahu mas jika ternyata aku bukan istri satu-satunya dalam hidupmu, jangan panggil aku Arum kalau aku tidak bisa membalasnya, tunggu saja Mas, akan kucari buktinya sebelum kamu duluan menceraikanku," batinku mengatakan dengan senyuman sinis.Aku berpikir keras, sepertinya mas Ariel masih didalam kamar ibu. Lebih baik aku tidur kembali sebelum dia memergoki aku yang seperti ini. Kutarik selimut menutupi seluruh badanku, dan berusaha untuk tidur agar aku bisa berpikir jernih apa yang akan aku lakukan besok.Selang beberapa menit terdengar suara langkah kaki, pasti itu Mas Ariel. Dia membuka pintu lalu masuk dan langsung merebahkan tubuhnya disampingku.Namun tidak ada tanda-tanda mas Ariel yang selalu membisikkan kata-kata cinta di telingaku, atau dia sudah melupakannya, mengapa mas?"Air mataku hampir saja membasahi pipi ini, tapi berusaha tidak jatuh.Tiba-tiba tangan kekarnya melingkari di pinggangku, ingin sekali kutepis tangan itu, tapi kuurungkan niat ini, karena jika kulakukan pasti membuat mas Ariel curiga. Mata ini tidak mau terpejam, kulirik jam menunjukkan jam 3 dini hari. Pelan-pelan aku menggeser tangan mas Ariel, akhirnya aku terlepas darinya. Ku pergi ke kamar mandi berniat mengambil air wudu dan melaksanakan sholat Tahajud. Kebetulan di rumah ini dibuatkan ruangan khusus untuk sholat dan letaknya persis di samping kamarku.Dengan khusyuk meminta, memohon, kepada Yang Maha Kuasa agar aku bisa menjalani ini semua, sampai aku membuka Al Quran sebagai pedoman hidupku. Ku lantunkan ayat-ayat suci Alquran sampai menitikkan air mata sendiri.Ku peluk Al Quran itu karena buku itu adalah saksi bisu sewaktu mengikrarkan janji suci tali pernikahan kami. Warna putih keemasan menjadi pilihanku sewaktu memilih sampul kitab suci Al Quran ku.Tiba-tiba kepalaku mendadak pusing dan akhirnya tak sadarkan diri.Saat terdengar suara azan, kuterbangun dan melihat jam sudah menunjukkan jam 5 subuh.Sangat indah suaranya, mendayu-dayu hampir mirip suara azan di Saudi Arabia. Ya itu suara mas Ariel setiap subuh dia akan mengumandangkan azan. Aku terhanyut dalam suaranya yang begitu indah tapi air mata ini kembali jatuh."Duh cengeng amat kamu Rum kamu harus semangat ...batinku.Segera kutunaikan sholat Subuh. Setelah selesai aku kembali ke kamarku untuk mencari bukti perselingkuhan mas Ariel.Aku harus menemukannya sebelum dia datang dari masjid. Ku buka laci tadi malam yang menyita perhatianku. "Ah, sial ternyata struk-struk pembelian itu sudah tidak ada disana, mengapa baru ingat sekarang," gerutuku.Hilang sudah harapanku untuk mencari bukti, sebentar lagi mas Ariel datang, aku akan cari lagi, lebih baik aku ke dapur dulu untuk memasak takut jika tidak ada hidangan diatas meja makan mereka akan curiga, lebih baik bersikap seperti biasanya.Ku bergegas ke dapur seperti biasa memasak dengan cepat, karena memang hobiku memasak jadi setiap hari menunya selalu berbeda, mereka kumanjakan lidahnya lewat masakanku yang mereka bilang sangat enak."Wah, wangi banget masakanmu, Rum ...masak apa sih wanginya sampai ke kamar, tuh lihat si Raina sampai bangun cari in kamu," ucap mbak Sukma yang sambil menggendong Riana."Eh, mbak Sukma, ini lagi coba menu baru lihat di geogle pengen nyoba, maaf ya mbak jadi ke bangun," jawabku."Nggak apa-apa, tapi mbak bisa minta tolong nggak jagain Raina sebentar, soalnya mba mau mandi dulu ada meeting di kantor," ucap mbak Sukma tanpa basa basi langsung menaruhnya di ruang tengah, agar aku bisa menjaganya."Tapi mbak, lagi nanggung nih masaknya," jawabku tanpa menoleh lagi kearahnya."Duh, sebentar aja, dimatiin aja dulu kompornya, lagian kalau kamu mau masak itu mbok ya pagi-pagi bangunnya, jangan kesiangan gini jadikan aku bisa tolong kekamu, ya udah aku tinggal bentar aja kok mandinya cuma 1 jam ndak lama kan?" terangnya lagi dan pergi ke kamarnya."What 1 jam dibilang sebentar, aku aja mandi paling cepat 5 menit kata orang mandi bebek, kebiasaan mbak Sukma kalau nyuruh, kenapa nggak sekalian mandi dari tadi sebelum dibawa Raina keluar, jangan-jangan Raina belum dimandiin juga," gerutuku."Ini, nggak bisa dibiarkan memang aku baby siternya apa, kasihan Raina sudah nggak ada bapaknya sekarang ibunya nggak peduli, semua kebutuhan Raina aku siapkan, tetapi jika keluarga besar mas Ariel berkunjung seolah-olah dia yang mengurus segala keperluan Raina.Untung sudah selesai tinggal ditata di meja makan, lengkap dengan nasi panas yang masih mengepul, buah-buahan, tak lupa dengan air putih, dan dua teko sedang satu untuk susu dan yang satu berisikan jus jeruk, mereka tinggal menikmatinya, sungguh baikkan aku?"Akhirnya aku ambil alih juga Raina, sudah hampir satu jam mbak Sukma belum muncul batang hidungnya masih ngendap di kamar."Assalamualaikum.""Walaikumsalam, mas udah pulang kok lama, padahal masjid kan dekat rumah mas?" selidikku."I ...iya, tadi di ajak ngobrol-ngobrol dulu sama Pak Ustaz, nggak enak 'kan langsung pulang."Selamat hari pernikahan sayang, I love you," kata mas Ariel dengan mengecup keningku."Tumben baru sekarang, biasanya jam 12 malam," sahutku dengan kesal."Maaf ya sayang, tadi malam mas lihat kamu tidur nyenyak, mungkin kecapean berbenah rumah, jadi nggak enak ngebangunin," kilah suamiku.Eh, Dek tau nggak apa yang diomongin Pak Ustaz tadi, sejuk banget kalau beliau bicara, tapi bentar ya mas mau ganti baju dulu," terangnya dan langsung menuju ke kamar.Selang beberapa menit, mas Ariel sudah berpakaian rapi dengan kemeja lengan pendek berwarna biru pastel di padupadankan dengan celana levis berwarna biru tua, terlihat sangat cocok dipakai mas Ariel dan kelihatan lebih tampan."Loh mas, bukannya kata mas kemarin libur, kok ini dandanannya rapi mau ke kantor? ucapku dengan heran."Tadi bilang mbak Sukma ada meeting dadakan, soalnya klien dari Singapura mau datang, tidak jadi hari Senin, terpaksa harus ke kantor," jawabnya."Tadi mas lupakan, sampai dimana tadi, oh ya Pak Ustaz bilang kalau suami boleh menikah lebih dari satu orang istri, yang penting bisa bersikap adil terhadap kedua istrinya, menurut Adek gimana?" tanya suamiku berlagak polos."Mas-mas, kamu sok lugu, polos padahal kamu sudah melalukannya, tinggal cari bukti apakah aku ini istri pertama atau istri keduamu, tamat riwayatmu mas?" gerutuku dalam hati."Maksudnya gimana apanya mas?" balik aku bertanya dengan polos juga."Kok balik tanya sih, maksud mas Adek setuju nggak seandainya mas nikah lagi," jawabnya enteng.Aku yang mendengarkan itu, hampir limbung tapi aku tetap mempertahankan tubuhku agar tidak melayang."Memang Pak ustaz nggak ngomong kalau yang mau dinikahi itu para janda tua renta, bukan janda cantik bahenol atau gadis muda yang seksi, nah kalau yang begituan berarti itu namanya nafsu sesaat atau memang doyan kawin, dan kalau itu terjadi sama kamu terserah kamu mas pilih dia atau aku," jawabku sekenanya."Uhuhhuuk ... uhuuk... "Kenapa mas, batuk-batuk minum air dulu mas," sahutku."Kamu dek, nggak kira-kira ngomongnya 'kan seandainya, mas ini cinta mati sama kamu nggak pindah kelain hati," ucapnya serasa ingin muntah."Akhirnya keluar juga lama banget mandinya mbak, katanya sebentar," gerutuku."Iya, sorry biasalah namanya juga wanita, banyak perawatannya bukan kaya kamu di kampung yang mandi di kali ... hahaha.....Aku sudah biasa diperlakukan seperti itu pertama disanjung lalu dihempaskan."Ini kamu semua yang masak Rum, wah menu baru langsung pas bumbunya, enak Rum, bisa gagal aku diet nih," ucapnya yang nyeleneh."Mbak, Arum mau ke kamar dulu, mau ngambil cucian kotornya mas Ariel.""Iya sana, sekalian ya Rum punyaku dan Raina, kamu 'kan tau aku sibuk banget ngurus perusahaan papah, jadi nggak ada waktu dan kuku juga baru dicat nanti rusak, maaf ya Rum," titahnya dengan enteng.Aku berlalu meninggalkan mereka di meja makan dan pergi ke kamarku.Saat ingin mengambil pakaian kotor suamiku, tiba-tiba HP- ku berbunyi dan kulihat nama dilayar ponsel itu Pak Alex."Ada apa Pak Alex menghubungi pagi-pagi? ""Halo, Assalamualaikum, Bu Arum?""Walaikumsalam Pak Alex, tumben Bapak telepon saya, biasanya langsung ke Mas Ariel, ada apa ya Pak?" tanyaku penasaran."Maaf sebelumnya Bu, saya sering telpon ke kantor tetapi selalu dialihkan ke Pak Ariel, katanya Bu Arum sudah memberikan wewenang untuk mengurus perusahaan milik Almarhum Pak Ali," terangnya."Saya mau telepon ke ponsel ibu, selalu dilarang katanya sudah dipercayakan sama Pak Ariel, dan Alhamdulillah akhirnya yang mengangkat ibu sendiri," terangnya lagi."Memang Pak Alex, soalnya mas Ariel yang memintanya karena beralasan saya memang tidak mengerti masalah di perusahaan itu," jawabku."Atau begini saja bu Arum, bisa tidak Bu kita ke temuan jam 10 pagi ini di Cafe melati saja, tapi ingat Bu jangan sampai orang rumah tau apalagi dengan Pak Ariel, ini penting Bu Arum," ucap Pak Alex."Baiklah Pak, saya akan ke sana," jawabku."Apa maksudnya ini, mengapa Pak Alex tiba-tiba ingin bertemu," selidikku.Sebaiknya aku telepon ibu dulu, kalau
Ibu sangat marah, geram dengan tingkah laku keluarga mas Ariel.Dengan bantuan ibu, aku pun menyusun rencana yang matang untuk membalas sakit hatiku ini."Tunggu saja Mas apa yang bisa dilakukan oleh seorang si Lugu Arum ini," gumanku.Rencana pertama ku mulai dengan bertemu dengan Pak Alex, seorang pengacara keluarga yang sudah dipercaya selama bertahun-tahun sampai papah mertua meninggal dunia 4 tahun yang lalu.Beliau adalah pengacara yang handal dan anti suap, itulah yang membuat papah sangat mempercayai Pak Alex. Bagiku beliau adalah papah ke tiga ku setelah ayah kandung dan papah mertua meninggal. Namun selama 4 tahun ini beliau jarang bertemu mungkin karena hasutan Mas Ariel dan keluarganya, tetapi entahlah tiba-tiba beliau menelepon ku sepertinya sangat serius.Aku berpamitan dengan ibu menemui Pak Alex, ku titipkan terlebih dahulu Riana yang masih tidur di pangkuan ibu."Bu, Arum pergi dulu ya, titip Raina, tapi kalau mas Ariel atau lainnya telepon bilang aja Arum lagi ke pas
Ya itu adalah suamiku bersama seorang wanita. Aku tidak menyangka Mas Ariel telah menduakan aku dengan wanita itu.Segera kututup wajah ini dengan masker."Pak Alex, ada Mas Ariel di sana!" ucapku dengan suara bergetar.Beliau menoleh, dan benar saja mereka dengan asyik bersenda gurau sedangkan aku meratapi nasibku di ujung tanduk."Apakah itu yang namanya Lira, Pak? mantan kekasihnya Mas Ariel ?" tanyaku yang penasaran."Sepertinya bukan, Lira tidak memakai pakaian seperti itu, bahkan cenderung terbuka, aneh siapa dia?" tanya balik Pak Alex.Wanita itu sangat feminim, dengan gamis berwarna senada dengan Mas Ariel ditambah khimar yang panjang, bahkan aku tidak mempunyai pakaian seindah itu.Selama menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga ini Mas Ariel jarang membelikan aku pakaian baru, mungkin masih bisa dihitung dengan jari, alasannya selalu katanya harus menghemat untuk masa depan anak kami ketika lahir, karena aku percaya dengan Mas Ariel, tidak lagi meminta sesuatu yang memang
Tok! tok!Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunanku sesaat."Masuk aja Bu, nggak di kunci kok!" teriakku dari dalam.Ternyata Ibu menggendong Riana yang tertidur pulas di pangkuan Ibu sedari tadi, lalu di taruhnya ke tempat tidurku."Lucu banget Riana ya Bu, kalau lagi sedang tidur gemesin," ucapku sambil kucium pipinya yang gembul.""Seandainya ya Bu, Raina anak Arum, pasti Arum sangat menyayanginya sepenuh hati jiwa dan raga, tapi tetap sayang cuma agak beda sih Bu, jawabku sambil tertunduk lesu."Ibu nggak marah kan, kalau Arum nggak bisa kasih cucu kandung buat Ibu, apakah Arum termasuk wanita yang tidak sempurna ya, Bu? sebab kata orang jika belum melahirkan seorang anak dikatakan tidak sempurna menjadi Ibu," jawabku dengan mata yang sudah berkaca-kaca."Apa Ibu pernah marah ke kamu, apa pernah ibu ngungkit masalah anak selama kamu nikah dengan dia, nggak kan, lantas mengapa kamu ragukan kasih sayang ibu,Nak?" tanya ibu balik.Ibu mengulas senyuman di bibirnya, walaupun bany
"Tuh lihat suamimu katanya lulusan S1 tapi kelakuannya kaya nggak pernah sekolah saja.""Memang suamimu itu mau ngajak perang kayanya sama kita, belum tahu dia siapa kita," ucap Ibu dengan emosi."Gimana sih Bu, tadi katanya Arum harus santai nggak boleh terbawa emosi, tapi malah Ibu yang marah-marah," gerutuku."Gimana ndak emosi lihat foto suamimu lagi bermesraan dengan wanita lain, dan posenya itu loh, malah di tempat umum gitu, memang perlu di ajari lagi sopan santunnya ini," terang Ibu."Sabar Bu, banyak jalan menuju Roma, bentar lagi dia nggak bisa begituan, mana ada wanita yang mau dengan laki-laki yang kantongnya bolong alias kantong kempes." Suamiku mas Ariel terlihat jelas dia bergandeng tangan bersama wanita lain, ternyata betul adanya jika tadi yang kulihat di F******k hanya tangannya, sedangkan yang di kirim melalui temanku terlihat mesra bahkan sempat berfoto dengan pengantinnya.Ada tiga foto terakhir yang membuatku emosi, dengan fose yang begitu sensasional menurutku,
"Raina sayang kok ngomongnya gitu, memang Raina kenal dengan tante ini ?" tanyaku dengan hati-hati."Iya Mah, ini mamah Yaina katanya papah gitu,""Lah, terus mamahnya Raina "kan mamah Sukma, masa semua dipanggil mamah sih?" tanyaku dengan manja."Mamah Sukma bukan mamah kandung Yaina, jawabnya.Aku diam, dan terduduk lemas, namun kepalaku tiba-tiba pusing dan entah apa yang terjadi sehingga pandanganku menjadi gelap."Rum, Arum bangun nak.""Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Nak.""Kenapa Arum, Bu?""Kamu tadi pingsan, gimana masih pusing?" tanya Ibu."Iya Bu, Arum nggak apa-apa kok."Aku mencoba duduk kembali walaupun kepala masih sedikit pusing."Mana Raina, Bu?" tanyaku sambil memcari-cari keberadaan Raina gadis kecilku."Mamah Ayum cayi Yaina ya,Yaina cayang Mamah Ayum. Mamah Liya nggak cuka cama Yaina, nggak cayang, jangan tinggalin Yaina ya Mah?" celoteh Raina yang menggemaskan."Sayang, Mamah Arum juga sayang sama Raina, pokoknya sampai kapan pun Raina tetap menjadi anak kesaya
Rum, memang sih kalau di lihat-lihat mukanya Raina memang mirip sih dengan wanita itu, coba kamu perhatikan deh, lihat senyuman punya lesung pipit pula, garis alis hidung dan bibirnya juga," ucap Ibu."Ah, Ibu kagetin aja," jawabku."Makanya jangan melamun."Itu loh Ibu bilang Raina itu memang mirip dengan wanita yang ada di foto itu.""Mau mirip kek, nggak kek, yang penting bagi Arum dia tetap anak kesayangan Arum, dari umur satu bulan Arum yang mengasuhnya.""Yang Arum masih bingung kok, bisa dikatakan anaknya Mba Sukma, sedangkan waktu itu dia hamil juga loh,Bu," ucapku."Berarti banyak teka teki yang harus dipecahkan ini," sahut Ibu."Kamu tenang aja Rum, Ibu juga sudah menyuruh anak buah Ibu mencari asal usul wanita itu, yang penting kamu bersikap seperti biasanya jangan sampai ada kesalahan kalau kamu sudah tau semuanya tinggal kita cari bukti otentik untuk memperkuat argumen kita.""Mereka pikir kita ini orang kampungan yang tidak berpendidikan, nol besar dia mah," jelas Ibu la
Setelah sampai di rumah ibu, kurebahkan tubuh ini yang lelah, tapi jangan tanya bagaimana dengan hati, terlalu sakit untuk di tata kembali seperti cermin yang hancur tidak bisa kembali utuh.Tidur sambil menatap Raina yang tertidur pulas di sampingku, merasa diri ini tenang sejenak sebagai pelipur lara.Aku bangun seperti biasa, setelah solat subuh, bergegas pergi ke dapur."Lagi buat apa, Bu?""Oh ini ada pesanan kue bolu pisang dari Bu Widya katanya pengen buat cemilan sore. Kalau mau makan sudah Ibu siapkan tuh di meja makan," sahut ibu yang sedang sibuk menyusun bahan kue itu."Iya bu.""Jam berapa Rum, Suamimu jemput?""Nggak ngasih tau jamnya, paling jam sembilan nan."Selesai makan, aku pergi ke kamar dan ternyata Raina pun sudah bangun, segera kumandikan dengan air hangat, dan makan. Tampak sekali keceriaan Raina gadis cilik itu terpancar dari wajahnya."Mah Ayum, Yaina udah cantik belum?" tanyanya dengan polos."Udah cantik dong Sayang, udah wangi lagi kan udah mandi, udah sa
Hari ini aku sangat bahagia karena. Aku sudah menemukan tambatan hati yang aku mau. Ya namaku Devan Fahrizi Sanjaya. Aku seorang pengusaha dan aku cukup di kenal banyak orang. Pengalaman hidup bersama ibuku yang miskin dan dicemooh oleh orang lain telah mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan.Namanya Arumbi Lestari, kami bertemu di sebuah masjid saat aku menjadi marbot di sana, ya karena dari menjadi tukang marbot lah aku bisa sukses seperti sekarang ini.Pandangan pertama aku sudah mulai suka dengannya, cantik, sederhana dan jutek dan itu yang aku suka dengannya. Aku pikir dia akan terpesona dengan ketampananku yang paripurna ini nyatanya tidak dia sangat acuh tetapi itu membuatku menjadi lebih penasaran dengannya.Biasanya wanita yang melihatku langsung meminta perkenalan dan langsung bermain itu, tetapi aku bukan pria seperti ya ... “Aku diajarkan oleh orang tua yang aku panggil mama itu untuk tidak menyakiti seorang wanita dan aku juga tidak mau berhubungan lebih jika
Aku menemukan Lira dan Raina. Ibu dan anak itu akhirnya selamat. Lira memelukku dengan hangat, dia menangis bahagia akhirnya bisa terlepas dari jeratan Lingga.Selama ini ternyata Mas Lingga sudah menjual Lira ke tempat hiburan menjijikkan ini, jika melawan maka Raina akan menjadi tumbalnya. Raina memelukku dengan hangat, dia sangat takut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia masih menangis dan belum bisa menenangkan pikirannya.Anak seumur Lina tahun itu mengalami trauma dia harus segera di sembuhkan.“Maafkan Mama Sayang, maafkan Mama.”“Sekarang semua sudah berakhir tidak ada yang akan menyakiti Raina lagi, mereka sudah di tangkap,” ucapku berusaha menenangkan Raina.Raina tetap menangis tetapi tetap memelukku dengan erat. Aku tahu Lira sangat ingin memeluk Raina karena dia ibu kandungnya sendiri.“Mama jangan tinggalkan Raina lagi ya, Raina takut kehilangan Mama, hanya Mama yang Lira punya,” ucapnya dengan penuh haru.Iya Sayang, Mama akan selalu ada buat Rainya,
“Apa maksud semua ini Arum? Kamu tahu kan aku menjabat sebagai wakil direktur tetapi kenapa bukan aku yang menggantikan posisi kamu?” tanyanya dengan emosi.Aku masih bersikap tenang menghadapi orang itu untuk menghilangkan rasa takutku. Lalu aku mengambil semua berkas dan bukti tentang kecurangan yang dia lakukan di perusahaan.“Apa ini Arum?”“Apakah aku harus menjelaskan semuanya sat-satu Mas Lingga, masih syukur aku tidak membeberkan masalah ini ke rapat tadi, karena aku masih mempunyai hati untuk tidak mempermalukan kamu di hadapan mereka. Wajahnya kembali pucat ketika semua bukti yang dikumpulkan memang dia pelakunya, selama ini mencuri uang perusahaan.“Aku tidak menyangka Mas Lingga bisa melakukan hal ini denganku?” “Jangan katakan kamu khilaf ya Mas, aku sudah muak dengan kepintaranmu bersilat lidah. Aku selalu mengikuti arahan kamu tetapi apa yang kamu perbuat, kamu sengaja melakukannya kan?” “Apa yang ada di pikiranmu, aku tidak tahu semua ini, aku bodoh begitu?”“Ma
Semua pria sama saja nggak peka, ya pastilah cemburu, apalagi kami mau menikah dan dia tergoda dengan wanita lain, tentu saja aku tidak akan membiarkannya.Aku meninggalkan Mas Fahri dan tetap di tempat itu dan aku segera ingin menemuinya. Aku mau lihat bagaimana ekspresi nya saat bertemu denganku dengan gaya sok alimnya.Aku melangkah dengan penuh percaya diri untuk menghampirinya yang masih sibuk mencari gaun pengantin itu.“Halo, Kiran, apa kabar, masih ingat denganku?” tanyaku dengan tegas.Tampak wajahnya menegang, kedua matanya melotot kearah, dia terdiam terpaku melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba menghampirinya. Mungkinkah aku sepeti hantu baginya?“Kenapa Kiran, kenapa kamu terkejut, apakah kamu melihat hantu di sini?” Aku menatap tajam ke arahnya, berani sekali dia membohongi ibu dan berputar -pura teraniaya padahal dia sendiri ikut andil dalam rencana busuk Mas Lingga. “A—Arum, kamu di sini?” “Syukurlah kamu masih mengingatku Kiran dan apa ini? Kamu sekejap me
Aku masih tidak percaya di dalam hidupku akan terjadi pernikahan yang kedua kalinya. Ada rasa bahagia sekaligus rasa takut.Entah kenapa aku merasa di lema, tetapi aku tidak mau menikah dengan Mas Lingga, orang yang pernah aku cintai ternyata hanya memanfaatkan aku sebenarnya. Dia masih berpikir kalau aku tidak mengetahui semuanya, tinggal menunggu waktu dan semuanya akan selesai.Aku juga belum bisa menemukan Lira, entah di mana dia sekarang. Nomor ponselnya sudah tidak aktif, apakah aku harus bertanya dengan Mas Lingga atau Shakira, kedua orang itu pasti tahu di mana Lira sekarang. Sudah seminggu ini semua berjalan dengan lancar, semua persiapan memang Mas Fahri yang melakukan bersama Ibu dan mam Yuni. Karena kami sudah bekerja sama, sehingga ada beberapa orang kepercayaan Mas Fahri ada di kantor ini untuk memastikan kalau Mas Lingga tidak melakukan apa-apa kepadaku.Mas Lingga juga tampak acuh kepadaku, tetapi sikapnya ini membuatku menjadi penasaran, apakah dia merencanakan ses
Aku sangat terkejut dan terdiam sesaat, mataku melotot untung saja tidak keluar. Pria tampan itu lalu menjentikkan jarinya agar aku tersadar.“Ma-Mas Fahri, kok ada di sini, jangan bercanda Mas, aku harus memberi sambutan kepada klien kami dari Kanada,” ucapku ragu tetapi kenapa penampilan Mas Fahri sangat berbeda dengan tampilan seperti orang kaya pada umumnya.“Hei kamu, ngapain lagi kamu di sini siapa yang menyuruhnya masuk ke ruangan ini, kamu itu orang luar Fahri, mau seperti orang kaya makanya kamu berpenampilan seperti ini hah?” hardiknya dengan nada mengejek.“Mas Lingga jaga ucapan kamu, jika kalau mau mengundurkan diri sekarang itu lebih baik dari pada kamu menghina orang lain.”“Ya bela saja tukang marbot itu dasar mental miskin!”“Pak Lingga begini cara kamu menyambut kami untuk menjalin kerja sama?” “Dengarkan baik-baik Pak Lingga. Orang yang kamu rendahkan ini adalah Tuan Devan dari Kanada,” sahutnya dengan meyakinkan. “A-apa maksud Pak Aldi, Anda pasti bercandak
Mas Lingga mengikuti kami pergi makan, aku semakin jengah dibuatnya, entah apa yang ada di pikirannya sekarang.“Aku ingin segera mengakhiri sandiwara ini yang pura-pura tidak mengetahui siapa Mas Lingga sebenarnya.Aku semakin takut dengan kehadiran Mas Lingga atau mencelakai Mas Fahri melalui anak buahnya mungkin saja kan, dia bertindak nekat? “Ada apa Arum, kenapa kamu begitu tegang?” tanyanya yang cukup beralasan.“Mas, itu Mas Lingga masih mengikuti kita bagaimana ini?” “Kamu maunya bagaimana?” “Kok malah bertanya denganku sih, yang kumau dia tidak mengikuti kita makan, bete tahu,” aku merajuk sedikit.“Biaklah, sesuai keinginanmu ,” jawabnya santai. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Mas Fahri saat ini, yang jelas dia berusaha menghilangkan ketakutanku kepada Mas Lingga. Aku menatap wajah Mas Fahri agar terus menerus membuat hatiku tenang.“Sudah Rum, jangan melihat saya seperti itu terus apakah saya seperti cokelat yang siap kamu makan?” “Iya nggak salah lagi,” jawa
Aku beranjak dari tempat dudukku dan menjauh dari tatapan Mas Lingga yang mengiba.“Maaf Mas untuk sekarang aku tidak bisa menjawabnya, karena sekarang kita berada di kantor, bukannya kamu tidak ingin masalah pribadi di campuradukkan di kantor untuk di bahas?”“Hari ini kita fokus tentang proyek kita bersama investor dari Kanada itu bukan?” tanyaku dibalikkan ke dia.“Dan ini apa maksud dari ini?’ kenapa kamu mengambil uang sebanyak ini tanpa persetujuan dariku, dan mulai hati ini Surat Kuasa itu sudah tidak bisa di gunakan lagi.”“Katakan untuk apa uang sebanyak itu?” “Kamu tidak percaya denganku, Rum?” “Kamu tinggal memberikan perincian untuk laporannya, apakah itu sulit?”Mas Lingga kembali menatapku, seolah-olah aku telah menekannya, dia lalu keluar dari ruanganku.Tak lama kemudian dia kembali datang dengan membawa sebuah mam dan melemparkannya di meja kerjaku.“Itu yang kamu mau kan, baiklah.”“Sepertinya aku tidak dibutuhkan lagi di sini, kamu ingin mengambil keputusan send
“Maaf Ibu tidak apa-apa?” Yola langsung memberikan tisu untuk membersihkan mulutku.“Kenapa kamu tidak memberitahukan saya?” “Maaf Bu, ponsel Ibu tidak aktif.”“Oh ya kamu benar, saya lupa memberikan nomor ponsel saya yang baru.”“Sebentar, mumpung saya ingat.” Aku langsung mengeluarkan ponsel milikku tepatnya punya Mas Fahri seketika kulihat wajah Yola sedikit bingung dengan ponsel yang aku pegang.“Kenapa wajahmu, kok begitu?” “Maaf Bu, itu ponsel lama Ibu?” “Iya kenapa, ada yang salah dengan bentuknya?” “Tidak Bu, siapa pun yang memberikan ponsel itu ke Ibu berarti orang itu sayang dan mencintai Ibu sepenuh hati.”“Kok kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari orang lain?”“Sepertinya itu bukan dari Pak Lingga kan Bu?” “Kamu tuh ya dok tahu, tetapi kamu sudah siapkan semuanya kan tidak ada yang ketinggalan?” “Ibu tenang saja semua sudah saya siapkan sampai makanan camilan, tidak perlu khawatir.”“Dan ini semua proposal yang Ibu minta dan itu sesuai dengan Pak Lingga minta