Share

05. Sakit Hati

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ya itu adalah suamiku bersama seorang wanita. Aku tidak menyangka Mas Ariel telah menduakan aku dengan wanita itu.

Segera kututup wajah ini dengan masker.

"Pak Alex, ada Mas Ariel di sana!" ucapku dengan suara bergetar.

Beliau menoleh, dan benar saja mereka dengan asyik bersenda gurau sedangkan aku meratapi nasibku di ujung tanduk.

"Apakah itu yang namanya Lira, Pak? mantan kekasihnya Mas Ariel ?" tanyaku yang penasaran.

"Sepertinya bukan, Lira tidak memakai pakaian seperti itu, bahkan cenderung terbuka, aneh siapa dia?" tanya balik Pak Alex.

Wanita itu sangat feminim, dengan gamis berwarna senada dengan Mas Ariel ditambah khimar yang panjang, bahkan aku tidak mempunyai pakaian seindah itu.

Selama menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga ini Mas Ariel jarang membelikan aku pakaian baru, mungkin masih bisa dihitung dengan jari, alasannya selalu katanya harus menghemat untuk masa depan anak kami ketika lahir, karena aku percaya dengan Mas Ariel, tidak lagi meminta sesuatu yang memang tidak diperlukan. 

Selang beberapa menit datang Ibu mertua dan Mbak Sukma dengan menggandeng seorang anak kecil yang sangat tampan, dan wajahnya sekilas mirip dengan Mas Ariel, siapa dia, apa hubungannya, apakah itu istri dan anaknya?" gumanku dalam hati.

"Tenang Arum, tarik napas dalam-dalam, santai jangan terpancing, aku harus selidiki semuanya," pikirku.

"Begini saja Nak Arum, lebih baik kita cari tahu dulu, soalnya Bapak belum bisa memastikan apakah itu Lira atau bukan, siapa tahu dia berubah penampilan," jawabnya yang masih ragu.

"Kalau begitu saya pamit dulu, oh ya lebih baik ponsel mu jangan memakai nama asli saya dan jangan sampai ponsel Nak Arum ada di tangan mereka, atau lebih baik memakai sandi, hanya untuk berjaga-jaga," nasehat Pak Alex dan segera keluar dari caffe.

"Iya Pak, terima kasih telah membantu saya untuk masalah ini," jawabku.

Setelah kepergian Pak Alex, aku masih duduk memandangi mereka yang sangat bahagia layaknya sebuah keluarga utuh yang sempurna.

Bahkan aku masih bisa mendengar samar-samar tertawa mereka, terlihat wanita itu sangat anggun, kulitnya putih dan bersih di tambah wajah yang cantik sedangkan aku jauh diatas rata-rata.

Sungguh malang nasibku. Aku pikir seiring waktu Mas Ariel akan mencintaiku seutuhnya, ternyata aku salah.

Aku hanya menjadi pembantu di rumah ku sendiri. Tidak menyadari semua ini, mereka menutupinya dengan sangat baik.

"Baiklah Mas Ariel, kamu bermain cantik selama 5 tahun ini sampai-sampai aku mempercayai semua kebusukan mu, kita lihat saja jika kamu tidak menangis darah jangan panggil aku Arumbi Lestari," batinku.

Aku pun meninggalkan kafe itu setelah mengabadikan kemesraan mereka di ponsel, dengan berbagai gaya dari berpegangan tangan, merangkul, memeluk sampai mencium kedua pipi wanita itu dengan tertawa lepas.

Ingin rasanya kumenangis, tapi apalah daya untuk beli tisu saja masih mikir, ngelap ingus di baju jadi kotor, lebih baik tunggu di rumah saja, toh yang aku tangisi lagi berbahagia.

Uang di dompet tinggal dua puluh ribu, mengapa sampai lupa untuk meminta uang kepada Mas Ariel. 

"Bodohnya aku ini, sampai-sampai uang pun harus mengemis dulu baru di kasih, secara aku adalah istri pemilik perusahaan terkenal, tapi hidup bagaikan di penjara," gerutuku dalam hati.

Hanya bermodalkan uang seadanya, aku langsung mencari angkot, walaupun dengan aroma yang bercampur aduk, sudah tidak dipedulikan, bagiku lebih nyengat bau pengkhianatan suami ketimbang bau badan orang.

Kutermenung sesaat ketika masih dalam balutan kasih sayang dan cintanya kepadaku, setiap kata yang terucap dari bibirnya membuatku selalu merasa akulah wanita satu-satunya, tetapi kenyataannya tidak semanis yang ku harapkan.

Bahkan setiap sholat berjamaah Mas Ariel selalu memberikan nasehat yang begitu menyentuh hatiku, tetapi itu semua bohong tidak sesuai dengan perilakunya kepadaku.

Sampai di rumah ibu langsung menghujani berbagai macam pertanyaan walau aku pun sendiri masih mencari jawabannya.

"Assalamualaikum!"

"Walaikumsalam ... gimana apa kata Pak Alex, jadi betulan suamimu punya selingkuh, terus sekarang apa yang akan kamu lakukan bercerai atau bertahan, tanya Ibu yang sedang bermain dengan Riana.

"Ya gitulah Bu, sulit di jelaskan dari mana, yang penting aku harus menemukan sesuatu yang bisa membuat mereka bungkam tidak berkutik di depanku, kalau perlu penjara langkah terakhir ku," terangku.

Sengaja aku tidak memberitahukan Ibu, kalau aku tadi bertemu dengan mereka. Rasa sakit ini belum hilang juga.

"Bu titip Riana dulu ya, setelah sholat Arum mau tidur sebentar, kepala Arum tiba-tiba pusing," jawabku.

"Iya, sana pergi aja, istirahat dulu , tapi kalau lapar tinggal ambil sendiri di dapur ya," ucap ibu.

"Iya bu, makasih."

Untung Riana tidak rewel, anak sekecil itu tidak menyusahkan setiap di asuh oleh neneknya atau denganku, walaupun Riana bukanlah anak kandungku sendiri dan bukan cucu beliau tetapi tetap menyayanginya.

Mata ini tidak mau terpejam, suara canda tawa mereka masih terekam di otak ini. Entah apa yang akan dilakukan, aku masih bingung, tetapi karena untuk membuka semua rahasianya aku harus bertindak cepat sebelum surat perceraian itu datang kepadaku.

Aku mulai dengan mengganti kata sandi di ponselku dan nama kontak Pak Alex.

"Bagusnya di namai apa ya mungkin bersifat kewanitaan kali ya, tadi aja bertemu beliau menyamar menjadi wanita feminin ... hihihi...pikirku dalam hati.

"Andini, ya Andini nama yang bagus untuk Pak Alex. Segera ku ganti nama Pak Alex dengan nama Andini.

Masih belum bisa tidur, entah kenapa hati ini menyuruh untuk membuka media sosial, untuk menghilangkan kepenatan, tanda logo berwarna biru kutekan siapa tahu ada tips-tips masalah seputar rumah tangga atau berita lainnya.

Tanganku dengan lincah berselancar, dan tanpa sebab aku terhenti di salah satu akun temanku Shakira, dia adalah teman sekolahku dulu. Kulihat di berandanya banyak foto-foto pernikahan sepupunya. Sebenarnya aku diundang tetapi karena di luar kota aku tidak bisa ke sana.

Aku memberikan komentar di kolom itu dan menuliskan Selamat menempuh hidup baru buat sepupumu ya, maaf banget nggak bisa ke sana, cuma doa yang bisa aku kasih, hadiahnya menyusul ya kalau sudah datang kesini, tak lupa kuberi tanda emotion permintaan maaf dan hati, klik terkirim

Tak lama balasannya dikirim.

"Ya elah nggak apa-apa say, cukup dengan doa mu saja aku udah senang, btw kita ngobrol di WA aja ya, inbox ya say ...

"Ok lah ...

 Saat ingin memberikan tanda jempol ini lama-lama kuperhatikan di sekitar tamu undangan itu sepertinya aku kenal dengan baju batik yang pria itu pakai dan disamping menggandeng mesra tangan seorang wanita, tetapi bagian tubuh dan wajahnya terpotong, 

Mungkin hanya kebetulan saja sama persis, tetapi tidak dengan postur tubuhnya yang tinggi dan besar.

Kubuka lagi foto-foto berikutnya scroll ke bawah dan bawah hanya penampakan tubuhnya saja, eh tetapi aku tertuju lagi dengan pergelangan tangannya yang memakai arloji hampir sama dengan yang aku beri ketika Mas Ariel berulang tahun, setahun yang lalu.

"Ah mungkin perasaan aku saja, 'kan bukan dia saja yang mempunyai aroji mahal seperti itu," gumanku dalam hati.

Namun hati ini masih penasaran iseng-iseng ku bukan akun milik Mas Ariel, tidak ada yang aneh, ah pikirku sudah ke mana-mana.

Segera ku WA temanku tadi.

{"Assalamualaikum, Ra ini aku Arum lama ya kita nggak ke temuan, gimana kabarnya?" }

Ternyata Shakira temanku cepat sekali menanggapinya langsung terconteng dua garis biru.

{"Walaikumsalam, Rum. Alhamdulillah baik, jadi kangen, nantilah kalau aku cuti aku mampir ke rumahmu, sekarang aku lagi ada di Solo say, biasa aku buka cabang yang baru di Solo."}

{ Alhamdulillah, tambah besar aja butikmu say, selamat ya, aku doain semoga berkah dan tambah laris, diberikan rezeki yang berlimpah, Aamiin}

{Makasih loh doanya, doa yang sama untuk kamu juga ya say}

{ Berapa hari kamu di Solo say?}

{ Nggak tau juga sih mungkin sekitar 6 bulanan, soalnya baru di resmikan minggu lalu say jadi harus dikontrol dulu, kalau udah bisa di tinggal baru aku balik ke sana}

{ Oh gitu, btw gimana kabar pernikahan kalian, masih rukun 'kan?}

{ Iya Alhamdulillah}

{Kirimi dong foto-foto kalian, pasti seru cuma aku saja ya yang nggak datang}

{Iya nih, nggak asyik tau, secara teman-teman kita datang semua, cuma kamu saja yang nggak hadir, semuanya tanya in kamu loh termasuk itu.}

{ Itu siapa sih nggak jelas deh, ngomong yang lain aja, say}

{ Kenapa, masih ada hati ya sama dia, dia masih jomblo katanya tunggu kamu menjanda hahaha....}

{Hus, ngomong sembarangan, udah dulu ya say, aku mau mandi dulu, nanti kita sambung lagi ceritanya, tapi jangan lupa kirimkan dulu foto-fotonya.}

{ Iya say, dah}

"Hufh ... Shakira kenapa kamu ingatkan tentang si dia sih, tapi apakah betul apa yang dikatakannya? 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
Arumbi Lestari... ternyata bener2 oon ya. 5 thn gitu lho dibegoin sama kelg suami, dihina2 sama kk ipar kok ya nerima ajaaa. Gak peka, gak mikir atau gmn siiih... mauuuu aja diperlakukan sbg art plus baby sitter
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
katanya dikasih uang bulanan ngepres, tapi kok bisa ksh kado jam mahal buat suami ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Pernikahan Palsu    06. Rencana Yang Disusun

    Tok! tok!Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunanku sesaat."Masuk aja Bu, nggak di kunci kok!" teriakku dari dalam.Ternyata Ibu menggendong Riana yang tertidur pulas di pangkuan Ibu sedari tadi, lalu di taruhnya ke tempat tidurku."Lucu banget Riana ya Bu, kalau lagi sedang tidur gemesin," ucapku sambil kucium pipinya yang gembul.""Seandainya ya Bu, Raina anak Arum, pasti Arum sangat menyayanginya sepenuh hati jiwa dan raga, tapi tetap sayang cuma agak beda sih Bu, jawabku sambil tertunduk lesu."Ibu nggak marah kan, kalau Arum nggak bisa kasih cucu kandung buat Ibu, apakah Arum termasuk wanita yang tidak sempurna ya, Bu? sebab kata orang jika belum melahirkan seorang anak dikatakan tidak sempurna menjadi Ibu," jawabku dengan mata yang sudah berkaca-kaca."Apa Ibu pernah marah ke kamu, apa pernah ibu ngungkit masalah anak selama kamu nikah dengan dia, nggak kan, lantas mengapa kamu ragukan kasih sayang ibu,Nak?" tanya ibu balik.Ibu mengulas senyuman di bibirnya, walaupun bany

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak Pernikahan Palsu    07. Foto Mesra Suamiku

    "Tuh lihat suamimu katanya lulusan S1 tapi kelakuannya kaya nggak pernah sekolah saja.""Memang suamimu itu mau ngajak perang kayanya sama kita, belum tahu dia siapa kita," ucap Ibu dengan emosi."Gimana sih Bu, tadi katanya Arum harus santai nggak boleh terbawa emosi, tapi malah Ibu yang marah-marah," gerutuku."Gimana ndak emosi lihat foto suamimu lagi bermesraan dengan wanita lain, dan posenya itu loh, malah di tempat umum gitu, memang perlu di ajari lagi sopan santunnya ini," terang Ibu."Sabar Bu, banyak jalan menuju Roma, bentar lagi dia nggak bisa begituan, mana ada wanita yang mau dengan laki-laki yang kantongnya bolong alias kantong kempes." Suamiku mas Ariel terlihat jelas dia bergandeng tangan bersama wanita lain, ternyata betul adanya jika tadi yang kulihat di F******k hanya tangannya, sedangkan yang di kirim melalui temanku terlihat mesra bahkan sempat berfoto dengan pengantinnya.Ada tiga foto terakhir yang membuatku emosi, dengan fose yang begitu sensasional menurutku,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak Pernikahan Palsu    08. Pengakuan Raina

    "Raina sayang kok ngomongnya gitu, memang Raina kenal dengan tante ini ?" tanyaku dengan hati-hati."Iya Mah, ini mamah Yaina katanya papah gitu,""Lah, terus mamahnya Raina "kan mamah Sukma, masa semua dipanggil mamah sih?" tanyaku dengan manja."Mamah Sukma bukan mamah kandung Yaina, jawabnya.Aku diam, dan terduduk lemas, namun kepalaku tiba-tiba pusing dan entah apa yang terjadi sehingga pandanganku menjadi gelap."Rum, Arum bangun nak.""Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Nak.""Kenapa Arum, Bu?""Kamu tadi pingsan, gimana masih pusing?" tanya Ibu."Iya Bu, Arum nggak apa-apa kok."Aku mencoba duduk kembali walaupun kepala masih sedikit pusing."Mana Raina, Bu?" tanyaku sambil memcari-cari keberadaan Raina gadis kecilku."Mamah Ayum cayi Yaina ya,Yaina cayang Mamah Ayum. Mamah Liya nggak cuka cama Yaina, nggak cayang, jangan tinggalin Yaina ya Mah?" celoteh Raina yang menggemaskan."Sayang, Mamah Arum juga sayang sama Raina, pokoknya sampai kapan pun Raina tetap menjadi anak kesaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak Pernikahan Palsu    09. Memasang CCTV

    Rum, memang sih kalau di lihat-lihat mukanya Raina memang mirip sih dengan wanita itu, coba kamu perhatikan deh, lihat senyuman punya lesung pipit pula, garis alis hidung dan bibirnya juga," ucap Ibu."Ah, Ibu kagetin aja," jawabku."Makanya jangan melamun."Itu loh Ibu bilang Raina itu memang mirip dengan wanita yang ada di foto itu.""Mau mirip kek, nggak kek, yang penting bagi Arum dia tetap anak kesayangan Arum, dari umur satu bulan Arum yang mengasuhnya.""Yang Arum masih bingung kok, bisa dikatakan anaknya Mba Sukma, sedangkan waktu itu dia hamil juga loh,Bu," ucapku."Berarti banyak teka teki yang harus dipecahkan ini," sahut Ibu."Kamu tenang aja Rum, Ibu juga sudah menyuruh anak buah Ibu mencari asal usul wanita itu, yang penting kamu bersikap seperti biasanya jangan sampai ada kesalahan kalau kamu sudah tau semuanya tinggal kita cari bukti otentik untuk memperkuat argumen kita.""Mereka pikir kita ini orang kampungan yang tidak berpendidikan, nol besar dia mah," jelas Ibu la

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak Pernikahan Palsu    10. Pulang Ke Rumah

    Setelah sampai di rumah ibu, kurebahkan tubuh ini yang lelah, tapi jangan tanya bagaimana dengan hati, terlalu sakit untuk di tata kembali seperti cermin yang hancur tidak bisa kembali utuh.Tidur sambil menatap Raina yang tertidur pulas di sampingku, merasa diri ini tenang sejenak sebagai pelipur lara.Aku bangun seperti biasa, setelah solat subuh, bergegas pergi ke dapur."Lagi buat apa, Bu?""Oh ini ada pesanan kue bolu pisang dari Bu Widya katanya pengen buat cemilan sore. Kalau mau makan sudah Ibu siapkan tuh di meja makan," sahut ibu yang sedang sibuk menyusun bahan kue itu."Iya bu.""Jam berapa Rum, Suamimu jemput?""Nggak ngasih tau jamnya, paling jam sembilan nan."Selesai makan, aku pergi ke kamar dan ternyata Raina pun sudah bangun, segera kumandikan dengan air hangat, dan makan. Tampak sekali keceriaan Raina gadis cilik itu terpancar dari wajahnya."Mah Ayum, Yaina udah cantik belum?" tanyanya dengan polos."Udah cantik dong Sayang, udah wangi lagi kan udah mandi, udah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak Pernikahan Palsu    11. Salah Sasaran

    "Bu, Arum pulang dulu, Assalamualaikum!"Walaikumsalam, hati-hati di jalan ya...."Iya, Bu."Kami pun pergi meninggalkan rumah ibu, dan tiba-tiba Lira ingin duduk di depan bersama Mas Ariel di dalam mobil itu."Arum, kamu duduk di belakang ya, biar aku duduk di depan sama Mas Ariel," ucap Lira dengan menyunggingkan senyuman sinisnya."Minggir, eh dengar ya situ cuma sepupu, saya loh istrinya jadi yang duduk di depan otomatis ya saya toh!" sahutku nggak kalah sinisnya."Aughh, sakit tahu kurang ajar banget sih nginjak kaki ku, nggak lihat apa kamu?" tanyanya dengan emosi."Enggak lihat maaf, makanya jadi orang tau diri dong," sahutku sambil menaruh bokongku duduk di depan bersama Raina tentu saja di samping Mas Ariel."Mas, tuh lihat Arum kata kamu dia lemah lembut mana, kaya bar-bar gitu orangnya?" ucapnya dengan manja.Lalu Mas Ariel menatapku dengan dingin. "Kamu tuh kenapa sih Rum, nggak baik berantem gitu, biar Lira duduk di depan saja," bentak suamiku dengan nada tinggi."Oh git

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak Pernikahan Palsu    12. Bermain Kucing-Kucingan

    Berhubung hari ini hari Minggu, aku pun bersantai ria, segera ku aktifkan HP -ku yang terhubung langsung dengan CCTV. Aku tertawa geli melihat wajah mereka yangg sok menasehati orang lain tetapi tidak diterapkan pada dirinya sendiri.Karena belum puas dengan jawabanku, akhirnya Mas Ariel datang menemuiku di dalam kamar."Apa-apaan kamu Dek, kenapa kamuu menjadi seperti ini?" tanyanya dengan penasaran."Apa maksudnya, Mas?""Iya kamu, kok sekarang kamu susah di kasih tahu, apa salahnya sih tinggal pindah aja, toh di rumah ini banyak kamar, kamu tinggal pilih saja, nggak ribet 'kan?" tanyanya tanpa rasa bersalah."Nah itu tahu banyak kamar, ya tinggal pilih saja, nggak ribet 'kan?" aku balik bertanya."Sekarang kamu berani menjawab, sejak kapan kayak gini, hah?""Sejak kapan juga Mas, menjadi seperti ini, ngapain juga Arum harus pindah kamar, ini bukan masalah kamarnya Mas, tetapi etikanya, adabnya, apa salah Arum mempertahankan kamar ini yang selamai 5 tahun Arum tempati sekarang deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak Pernikahan Palsu    13. Kena Batunya Sendiri

    Aku segera menghubungi Ibu di sana, dan dengan cepat beliau merespons panggilanku.{Ada apa, Rum?}{Betul kata Ibu, ternyata mereka memberikan sesuatu di minuman Arum Bu, pantas saja Arum selalu menurut apa kata mereka.}{Apa Ibu bilang toh Nduk? keluargamu itu ada yang tidak beres, Ibu juga sudah lama mencurigainya, tetapi kamu nggak percaya sama Ibu.}{Ya sudah itu suruhan Ibu sudah ke sana toh, mereka akan membantu kamu di sana, dan sekalian mencari informasi walaupun sudah ada CCTV tetap kita waspada Nduk.}{Besok Ibu akan ke rumahmu dan beberapa hari tinggal di sana, tapi kamu jangan bilang kalau ibu ke sana ya?}{Beres Bu, Assalamualaikum!}{Walaikumsalam.}Setelah selesai menelpon Ibu, hatiku sedikit tenang karena Ibu akan datang besok.Tiba saatnya beraksi kembali, aku harus menyiapkan makan malam seperti biasanya, karena bagaimanapun agar rencanaku berjalan dengan mulus harus perlahan-lahan agar tidak ketahuan kalau aku sudah tahu semuanya.Kusiapkan bahan masakan yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan Palsu    73. POV. Fahri dan Cinta Terakhir Arum

    Hari ini aku sangat bahagia karena. Aku sudah menemukan tambatan hati yang aku mau. Ya namaku Devan Fahrizi Sanjaya. Aku seorang pengusaha dan aku cukup di kenal banyak orang. Pengalaman hidup bersama ibuku yang miskin dan dicemooh oleh orang lain telah mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan.Namanya Arumbi Lestari, kami bertemu di sebuah masjid saat aku menjadi marbot di sana, ya karena dari menjadi tukang marbot lah aku bisa sukses seperti sekarang ini.Pandangan pertama aku sudah mulai suka dengannya, cantik, sederhana dan jutek dan itu yang aku suka dengannya. Aku pikir dia akan terpesona dengan ketampananku yang paripurna ini nyatanya tidak dia sangat acuh tetapi itu membuatku menjadi lebih penasaran dengannya.Biasanya wanita yang melihatku langsung meminta perkenalan dan langsung bermain itu, tetapi aku bukan pria seperti ya ... “Aku diajarkan oleh orang tua yang aku panggil mama itu untuk tidak menyakiti seorang wanita dan aku juga tidak mau berhubungan lebih jika

  • Terjebak Pernikahan Palsu    72. Kebenaran Dari Lira

    Aku menemukan Lira dan Raina. Ibu dan anak itu akhirnya selamat. Lira memelukku dengan hangat, dia menangis bahagia akhirnya bisa terlepas dari jeratan Lingga.Selama ini ternyata Mas Lingga sudah menjual Lira ke tempat hiburan menjijikkan ini, jika melawan maka Raina akan menjadi tumbalnya. Raina memelukku dengan hangat, dia sangat takut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia masih menangis dan belum bisa menenangkan pikirannya.Anak seumur Lina tahun itu mengalami trauma dia harus segera di sembuhkan.“Maafkan Mama Sayang, maafkan Mama.”“Sekarang semua sudah berakhir tidak ada yang akan menyakiti Raina lagi, mereka sudah di tangkap,” ucapku berusaha menenangkan Raina.Raina tetap menangis tetapi tetap memelukku dengan erat. Aku tahu Lira sangat ingin memeluk Raina karena dia ibu kandungnya sendiri.“Mama jangan tinggalkan Raina lagi ya, Raina takut kehilangan Mama, hanya Mama yang Lira punya,” ucapnya dengan penuh haru.Iya Sayang, Mama akan selalu ada buat Rainya,

  • Terjebak Pernikahan Palsu    71. Penangkapan Mas Lingga

    “Apa maksud semua ini Arum? Kamu tahu kan aku menjabat sebagai wakil direktur tetapi kenapa bukan aku yang menggantikan posisi kamu?” tanyanya dengan emosi.Aku masih bersikap tenang menghadapi orang itu untuk menghilangkan rasa takutku. Lalu aku mengambil semua berkas dan bukti tentang kecurangan yang dia lakukan di perusahaan.“Apa ini Arum?”“Apakah aku harus menjelaskan semuanya sat-satu Mas Lingga, masih syukur aku tidak membeberkan masalah ini ke rapat tadi, karena aku masih mempunyai hati untuk tidak mempermalukan kamu di hadapan mereka. Wajahnya kembali pucat ketika semua bukti yang dikumpulkan memang dia pelakunya, selama ini mencuri uang perusahaan.“Aku tidak menyangka Mas Lingga bisa melakukan hal ini denganku?” “Jangan katakan kamu khilaf ya Mas, aku sudah muak dengan kepintaranmu bersilat lidah. Aku selalu mengikuti arahan kamu tetapi apa yang kamu perbuat, kamu sengaja melakukannya kan?” “Apa yang ada di pikiranmu, aku tidak tahu semua ini, aku bodoh begitu?”“Ma

  • Terjebak Pernikahan Palsu    70. Rapat Besar

    Semua pria sama saja nggak peka, ya pastilah cemburu, apalagi kami mau menikah dan dia tergoda dengan wanita lain, tentu saja aku tidak akan membiarkannya.Aku meninggalkan Mas Fahri dan tetap di tempat itu dan aku segera ingin menemuinya. Aku mau lihat bagaimana ekspresi nya saat bertemu denganku dengan gaya sok alimnya.Aku melangkah dengan penuh percaya diri untuk menghampirinya yang masih sibuk mencari gaun pengantin itu.“Halo, Kiran, apa kabar, masih ingat denganku?” tanyaku dengan tegas.Tampak wajahnya menegang, kedua matanya melotot kearah, dia terdiam terpaku melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba menghampirinya. Mungkinkah aku sepeti hantu baginya?“Kenapa Kiran, kenapa kamu terkejut, apakah kamu melihat hantu di sini?” Aku menatap tajam ke arahnya, berani sekali dia membohongi ibu dan berputar -pura teraniaya padahal dia sendiri ikut andil dalam rencana busuk Mas Lingga. “A—Arum, kamu di sini?” “Syukurlah kamu masih mengingatku Kiran dan apa ini? Kamu sekejap me

  • Terjebak Pernikahan Palsu    69. Bertemu Dengan Kiran

    Aku masih tidak percaya di dalam hidupku akan terjadi pernikahan yang kedua kalinya. Ada rasa bahagia sekaligus rasa takut.Entah kenapa aku merasa di lema, tetapi aku tidak mau menikah dengan Mas Lingga, orang yang pernah aku cintai ternyata hanya memanfaatkan aku sebenarnya. Dia masih berpikir kalau aku tidak mengetahui semuanya, tinggal menunggu waktu dan semuanya akan selesai.Aku juga belum bisa menemukan Lira, entah di mana dia sekarang. Nomor ponselnya sudah tidak aktif, apakah aku harus bertanya dengan Mas Lingga atau Shakira, kedua orang itu pasti tahu di mana Lira sekarang. Sudah seminggu ini semua berjalan dengan lancar, semua persiapan memang Mas Fahri yang melakukan bersama Ibu dan mam Yuni. Karena kami sudah bekerja sama, sehingga ada beberapa orang kepercayaan Mas Fahri ada di kantor ini untuk memastikan kalau Mas Lingga tidak melakukan apa-apa kepadaku.Mas Lingga juga tampak acuh kepadaku, tetapi sikapnya ini membuatku menjadi penasaran, apakah dia merencanakan ses

  • Terjebak Pernikahan Palsu    68. Kejutan Besar

    Aku sangat terkejut dan terdiam sesaat, mataku melotot untung saja tidak keluar. Pria tampan itu lalu menjentikkan jarinya agar aku tersadar.“Ma-Mas Fahri, kok ada di sini, jangan bercanda Mas, aku harus memberi sambutan kepada klien kami dari Kanada,” ucapku ragu tetapi kenapa penampilan Mas Fahri sangat berbeda dengan tampilan seperti orang kaya pada umumnya.“Hei kamu, ngapain lagi kamu di sini siapa yang menyuruhnya masuk ke ruangan ini, kamu itu orang luar Fahri, mau seperti orang kaya makanya kamu berpenampilan seperti ini hah?” hardiknya dengan nada mengejek.“Mas Lingga jaga ucapan kamu, jika kalau mau mengundurkan diri sekarang itu lebih baik dari pada kamu menghina orang lain.”“Ya bela saja tukang marbot itu dasar mental miskin!”“Pak Lingga begini cara kamu menyambut kami untuk menjalin kerja sama?” “Dengarkan baik-baik Pak Lingga. Orang yang kamu rendahkan ini adalah Tuan Devan dari Kanada,” sahutnya dengan meyakinkan. “A-apa maksud Pak Aldi, Anda pasti bercandak

  • Terjebak Pernikahan Palsu    67. Bertemu Klien Penting

    Mas Lingga mengikuti kami pergi makan, aku semakin jengah dibuatnya, entah apa yang ada di pikirannya sekarang.“Aku ingin segera mengakhiri sandiwara ini yang pura-pura tidak mengetahui siapa Mas Lingga sebenarnya.Aku semakin takut dengan kehadiran Mas Lingga atau mencelakai Mas Fahri melalui anak buahnya mungkin saja kan, dia bertindak nekat? “Ada apa Arum, kenapa kamu begitu tegang?” tanyanya yang cukup beralasan.“Mas, itu Mas Lingga masih mengikuti kita bagaimana ini?” “Kamu maunya bagaimana?” “Kok malah bertanya denganku sih, yang kumau dia tidak mengikuti kita makan, bete tahu,” aku merajuk sedikit.“Biaklah, sesuai keinginanmu ,” jawabnya santai. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Mas Fahri saat ini, yang jelas dia berusaha menghilangkan ketakutanku kepada Mas Lingga. Aku menatap wajah Mas Fahri agar terus menerus membuat hatiku tenang.“Sudah Rum, jangan melihat saya seperti itu terus apakah saya seperti cokelat yang siap kamu makan?” “Iya nggak salah lagi,” jawa

  • Terjebak Pernikahan Palsu    66. Rindu Mas Fahri

    Aku beranjak dari tempat dudukku dan menjauh dari tatapan Mas Lingga yang mengiba.“Maaf Mas untuk sekarang aku tidak bisa menjawabnya, karena sekarang kita berada di kantor, bukannya kamu tidak ingin masalah pribadi di campuradukkan di kantor untuk di bahas?”“Hari ini kita fokus tentang proyek kita bersama investor dari Kanada itu bukan?” tanyaku dibalikkan ke dia.“Dan ini apa maksud dari ini?’ kenapa kamu mengambil uang sebanyak ini tanpa persetujuan dariku, dan mulai hati ini Surat Kuasa itu sudah tidak bisa di gunakan lagi.”“Katakan untuk apa uang sebanyak itu?” “Kamu tidak percaya denganku, Rum?” “Kamu tinggal memberikan perincian untuk laporannya, apakah itu sulit?”Mas Lingga kembali menatapku, seolah-olah aku telah menekannya, dia lalu keluar dari ruanganku.Tak lama kemudian dia kembali datang dengan membawa sebuah mam dan melemparkannya di meja kerjaku.“Itu yang kamu mau kan, baiklah.”“Sepertinya aku tidak dibutuhkan lagi di sini, kamu ingin mengambil keputusan send

  • Terjebak Pernikahan Palsu    65. Kecurangan

    “Maaf Ibu tidak apa-apa?” Yola langsung memberikan tisu untuk membersihkan mulutku.“Kenapa kamu tidak memberitahukan saya?” “Maaf Bu, ponsel Ibu tidak aktif.”“Oh ya kamu benar, saya lupa memberikan nomor ponsel saya yang baru.”“Sebentar, mumpung saya ingat.” Aku langsung mengeluarkan ponsel milikku tepatnya punya Mas Fahri seketika kulihat wajah Yola sedikit bingung dengan ponsel yang aku pegang.“Kenapa wajahmu, kok begitu?” “Maaf Bu, itu ponsel lama Ibu?” “Iya kenapa, ada yang salah dengan bentuknya?” “Tidak Bu, siapa pun yang memberikan ponsel itu ke Ibu berarti orang itu sayang dan mencintai Ibu sepenuh hati.”“Kok kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari orang lain?”“Sepertinya itu bukan dari Pak Lingga kan Bu?” “Kamu tuh ya dok tahu, tetapi kamu sudah siapkan semuanya kan tidak ada yang ketinggalan?” “Ibu tenang saja semua sudah saya siapkan sampai makanan camilan, tidak perlu khawatir.”“Dan ini semua proposal yang Ibu minta dan itu sesuai dengan Pak Lingga minta

DMCA.com Protection Status