Tak lama Lira masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Heh, apa-apaan kamu, kenapa semua barang-barangmu di keluarkan lagi, sudah jelaskan aku sudah siapkan di koper tinggal angkat tuh barangmu pindah ke kamar lain, masih bagus tidak aku berantakin," tanya Lira dengan ketus."Ini orang nggak tau diri ya, ini kamar siapa, dan suruh siapa pindahin barang-barangku tanpa seizin yang punya, nggak sopan jadi orang ya," jawabku tak kalah ketusnya juga."Ini yang suruh Mas Ariel kok, kalau nggak percaya tanya aja sama dia," terangnya lagi."Ada apa sih Rum, nggak apalah dia di kamar ini toh masih banyak kamar yang lain, orang baik itu selalu mengalah saja," timpal Mamah mertua yang sok menasehati."Iya Rum, cuma perkara kamar aja sampe ribut begini, ngalah aja kenapa sih susah amat?" ujar Mbak Sukma yang tambah bikin aku jadi darah tinggi.Mas Ariel pun menghampiriku yang masih berisi tegang dengan mereka. Bukan menasehati mereka malah aku yang terkena kemarahan Mas Ariel
"Tuh si ulat keket manggil kamu lagi, samperin sana, Arum bising dengan suaranya yang cempreng melingking pula" pintaku."Iya ...."Dengan langkah gontai Mas Ariel beranjak meninggalkanku yang tengah sibuk mengatur perlengkapan untuk ke Bali."Bali, bukankah sama dengan ...?"Segera aku mengambil ponsel dan mengirim pesan ke Ibu melewati aplikasi yang berlogo warna hijau.{Bu, Mas Ariel mau ke Bali besok jam 10 pagi, katanya hari Sabtu pagi baru dia balik.}{Wah, bagus itu, pokoknya besok ibu kesana setelah suamimu memang betul-betul berangkat, jadi ibu ada waktu untuk menyusun rencana kembali}{Oke, cuma kenapa ya Bu, pikiran Arum selalu ke Kiran pegawai Ibu yang baru, terus bukannya dia dan anaknya juga liburan ke Bali}{Apa kamu curiga sama Kiran, apakah dia wanita ke tiga suami yang kamu lihat di cafe kemarin}{Nggak tau juga sih Bu, cuma terlintas aja di pikiran Arum}{Kalau menurut Ibu, gimana}{Sebenarnya dari dulu Ibu memang agak kurang suka dengan Kiran tetapi melihat anaknya
"Sama dong, ada kamu di sini nanti ketularan penyakit darah tinggi juga," jawabku dengan ketus."Mah, aku ke kantor dulu ya, Rum jagain Raina aku sibuk mungkin aku pulang malam soalnya mau ketemu teman-temaku dulu di caffe.""Iya, Mbak biasa juga gitu.""Oh ya Mbak, kata Mamah itu obatnya sudah habis minta belikan lagi.""Obat apa Mah?" tanya Mbak Sukma yang bingung.Kulihat mereka bermain mata dan memberi kode satu sama lain."Oh ... itu ya Mah, nanti aku beliin lagi obatnya," jawabnya sedikit gugup."Memang obat apa sih Mah?" tanyaku pura-pura tidak tahu.Namun belum sempat menjawab Mbok Tini datang dari arah dapur dan membawakan sebuah botol kecil berwarna merah itu."Maaf Bu, tadi pas Mbok bersih-bersih di dapur saya menemukan botol ini, mungkin Ibu ada ke dapur mau minum obat ini tapi lupa bawa ke kamar," jelas Mbok Tini."Oh ya ini sudah yang Mamah cari, terima kasih ya Mbok, berarti nggak usah belikan obat ini lagi," sahut beliau dengan gembira."Obat apa sih itu, Bu?" tanya Ib
Gimana anakku Ran, sudah selesai atau belum soalnya aku ada janji mau ketemu orang jam 2 an.""Sudah beres dari setengah jam yan lalu, cuma katanya dia masih grogi nggak percaya gitu atas penampilan barunya, coba deh kamu bujuk dia keluar.""Oke.""Rum .... Arum, cepatan keluar toh nduk, ngapain ngeram kaya telur di sana, piye toh?""Katanya mau berubah, mau menunjukkan sama suamimu yang brekele itu kalau kamu itu juga cantik, pintar, ayo dong nanti bentar lagi mau ketemu Pak Alex 'kan, harus PD dong, masa calon pimpinan perusahaan katrok, nggak lucu'kan?""Duh, Ibu apaan sih, Arum jadi tambah grogi toh Bu.""Makanya, jangan di rumah terus, nggak terbuka tuh pikiran, sekarang kamu harus buktikan bahwa kamu mampu juga membesarkan perusahaan almarhum papah mertuamu toh, Nduk."Perasaanku bercampur aduk antara rasa bahagia, sedih, gugup, grogi, dan dendam atas perlakuan Mas Ariel terhadapku.Hanya karena harta warisan mereka memberikan cinta dan kasih sayang yang palsu, kini aku terjebak
Tatapan yang tajam itu mengingatkanku kepada seseorang yang pernah singgah di hatiku dulu."Baiklah kita fokus ke masalahnya."Saya salut dengan perubahan Nak Arum, iya kan Bu Sekar?""Iya Pak, saya juga sudah mendengar masalah ini, ternyata sampai seperti," jawab Ibu."Jujur saya masih bingung dengan masalah ini, apalagi selama 5 tahun ini tidak ada keretakkan sampai separah begini.""Saya pikir karena Arum setiap di tanya katanya nggak ada masalah, kalau dia ke rumah nggak pernah cerita walaupun dalam hati saya bahwa ada yang tidak beres dengan dia.""Ternyata mereka membuat Arum selalu menuruti keinginan mereka melalui ramuan yang di berikan oleh dukun.""Untungnya setiap mau tanda tangan peralihan harta ke tangan suaminya selalu tidak jadi, katanya ada saja masalah, heran juga saya Pak," terang Ibu kepada Pak Alex."Ini ada bukti dari rekaman suara dari mamahnya Ariel dan Lira.""Lira ... mantan kekasih Ariel?""Iya, Bapak kenal?" tanya Ibu."Maksudnya Lira Anggraini?" Pak Alex m
Aku masuk kembali di caffe itu, sengaja aku memakai kacamata hitam dan memakai masker agar penyamaranku tidak terbongkar, lalu kumencari tempat yang pas untuk mendengar pembicaraan mereka di samping.Tak lupa juga aku merekam semuanya dengan detail. Nasib baik memang sedang berpihak kepadaku.Sekitar setengah jam mereka mengakhiri percakapan yang begitu intens.Lira tak segan-segan memeluk mesra pria itu di depan umum."Apakah dia berselingkuh dengan pria lain?" gumamku."Kasihan kamu Mas Ariel, istrimu yang sexy itu telah berselingkuh dengan pria lain."Setelah mereka pergi dan hilang dari pandanganku, segera aku memesan ojek online.Kurang dari 10 menit ojek yang aku pesan telah datang.Sampai di rumah, kurebahkan tubuh ini yang seharian lelah mencari bukti. Untung saja mereka tidak ada di rumah, sehingga tidak ada yang tahu kalau penampilanku sudah berubah.Ibu datang menghampiriku di kamar dan bertanya kepadaku perihal apa yang kudapat dari mengikuti Lira."Bagaimana Rum, ada bukt
Sampai di ruangan Mas Ariel aku segera membukanya dan duduk di kursi kehormatan.Nuansa warna putih gading yang begitu indah masih sama sewaktu aku dulu pertama kali menginjakan kaki di kantor ini."Pak Wahyu saya minta data keuangan, sekarang, apakah ada masalah selama 5 tahun ke depan setelah Pak Ariel yang memegang kendali?""Maaf Bu, se ... sebenarnya setahun belakangan ini perusahaan sedikit mengalami masalah, bahkan hampir di nyatakan gulung tikar.""Banyak penanam modal sudah enggan berinvestasi di perusahaan kita lantaran Pak Ariel tidak menepati janjinya dan bila ada keuntungannya tidak di bagikan ke mereka sesuai perjanjian kerjasamanya," terang Pak Wahyu"Terus mengapa tidak di laporkan polisi saja dengan tuduhan penggelapan uang," tanyaku balik pada Pak Wahyu."Waktu itu hampir mau di laporkan polisi, tetapi Pak Ariel dan Bu Sukma memohon agar tidak di jebloskan ke penjara dan berjanji akan mengganti semua kerugian perusahaan.""Mengapa saya tidak di beri tahu masalah di
Pak Wahyu memberikan sebuah amplop putih panjang kepada MbaK Sukma."Apa ini Arum?""Buka saja, Mbak jangan malu-malu."Mbak Sukma membukanya dan seketika sangat murka setelah membaca isi surat itu yang menyatakan bahwa Mbak Sukma mendapat Surat Peringatan ke 3 yang artinya jika ketahuan telat lagi maka akan di pecat."Kamu sekarang berani sama saya, ada apa Arum, kenapa kamu ini?""Saya ini bukan karyawan biasa yang seenaknya kamu pecat begitu saja, saya juga berhak atas perusahaan ini, Arum," jawabnya dengan emosi."Memang Mbak Sukma juga ada saham di sini tetapi hanya 10%, Mas Ariel 20%, sedangkan saya di beri hak sebesar 70% untuk mengelola perusahaan, jadi saya berhak memutuskan siapa yang pantas atau tidak bekerja di sini."Jika tidak suka silahkan kalian ke luar dari sini tetapi jika ingin maju bersama dan memulihkan nama baik perusahaan ayo kita bersama-sama membangunnya kembali," jawabku dengan semangat.Para staf devisi karyawan yang hadir di ruang meeting itu saling berpand
Hari ini aku sangat bahagia karena. Aku sudah menemukan tambatan hati yang aku mau. Ya namaku Devan Fahrizi Sanjaya. Aku seorang pengusaha dan aku cukup di kenal banyak orang. Pengalaman hidup bersama ibuku yang miskin dan dicemooh oleh orang lain telah mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan.Namanya Arumbi Lestari, kami bertemu di sebuah masjid saat aku menjadi marbot di sana, ya karena dari menjadi tukang marbot lah aku bisa sukses seperti sekarang ini.Pandangan pertama aku sudah mulai suka dengannya, cantik, sederhana dan jutek dan itu yang aku suka dengannya. Aku pikir dia akan terpesona dengan ketampananku yang paripurna ini nyatanya tidak dia sangat acuh tetapi itu membuatku menjadi lebih penasaran dengannya.Biasanya wanita yang melihatku langsung meminta perkenalan dan langsung bermain itu, tetapi aku bukan pria seperti ya ... “Aku diajarkan oleh orang tua yang aku panggil mama itu untuk tidak menyakiti seorang wanita dan aku juga tidak mau berhubungan lebih jika
Aku menemukan Lira dan Raina. Ibu dan anak itu akhirnya selamat. Lira memelukku dengan hangat, dia menangis bahagia akhirnya bisa terlepas dari jeratan Lingga.Selama ini ternyata Mas Lingga sudah menjual Lira ke tempat hiburan menjijikkan ini, jika melawan maka Raina akan menjadi tumbalnya. Raina memelukku dengan hangat, dia sangat takut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia masih menangis dan belum bisa menenangkan pikirannya.Anak seumur Lina tahun itu mengalami trauma dia harus segera di sembuhkan.“Maafkan Mama Sayang, maafkan Mama.”“Sekarang semua sudah berakhir tidak ada yang akan menyakiti Raina lagi, mereka sudah di tangkap,” ucapku berusaha menenangkan Raina.Raina tetap menangis tetapi tetap memelukku dengan erat. Aku tahu Lira sangat ingin memeluk Raina karena dia ibu kandungnya sendiri.“Mama jangan tinggalkan Raina lagi ya, Raina takut kehilangan Mama, hanya Mama yang Lira punya,” ucapnya dengan penuh haru.Iya Sayang, Mama akan selalu ada buat Rainya,
“Apa maksud semua ini Arum? Kamu tahu kan aku menjabat sebagai wakil direktur tetapi kenapa bukan aku yang menggantikan posisi kamu?” tanyanya dengan emosi.Aku masih bersikap tenang menghadapi orang itu untuk menghilangkan rasa takutku. Lalu aku mengambil semua berkas dan bukti tentang kecurangan yang dia lakukan di perusahaan.“Apa ini Arum?”“Apakah aku harus menjelaskan semuanya sat-satu Mas Lingga, masih syukur aku tidak membeberkan masalah ini ke rapat tadi, karena aku masih mempunyai hati untuk tidak mempermalukan kamu di hadapan mereka. Wajahnya kembali pucat ketika semua bukti yang dikumpulkan memang dia pelakunya, selama ini mencuri uang perusahaan.“Aku tidak menyangka Mas Lingga bisa melakukan hal ini denganku?” “Jangan katakan kamu khilaf ya Mas, aku sudah muak dengan kepintaranmu bersilat lidah. Aku selalu mengikuti arahan kamu tetapi apa yang kamu perbuat, kamu sengaja melakukannya kan?” “Apa yang ada di pikiranmu, aku tidak tahu semua ini, aku bodoh begitu?”“Ma
Semua pria sama saja nggak peka, ya pastilah cemburu, apalagi kami mau menikah dan dia tergoda dengan wanita lain, tentu saja aku tidak akan membiarkannya.Aku meninggalkan Mas Fahri dan tetap di tempat itu dan aku segera ingin menemuinya. Aku mau lihat bagaimana ekspresi nya saat bertemu denganku dengan gaya sok alimnya.Aku melangkah dengan penuh percaya diri untuk menghampirinya yang masih sibuk mencari gaun pengantin itu.“Halo, Kiran, apa kabar, masih ingat denganku?” tanyaku dengan tegas.Tampak wajahnya menegang, kedua matanya melotot kearah, dia terdiam terpaku melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba menghampirinya. Mungkinkah aku sepeti hantu baginya?“Kenapa Kiran, kenapa kamu terkejut, apakah kamu melihat hantu di sini?” Aku menatap tajam ke arahnya, berani sekali dia membohongi ibu dan berputar -pura teraniaya padahal dia sendiri ikut andil dalam rencana busuk Mas Lingga. “A—Arum, kamu di sini?” “Syukurlah kamu masih mengingatku Kiran dan apa ini? Kamu sekejap me
Aku masih tidak percaya di dalam hidupku akan terjadi pernikahan yang kedua kalinya. Ada rasa bahagia sekaligus rasa takut.Entah kenapa aku merasa di lema, tetapi aku tidak mau menikah dengan Mas Lingga, orang yang pernah aku cintai ternyata hanya memanfaatkan aku sebenarnya. Dia masih berpikir kalau aku tidak mengetahui semuanya, tinggal menunggu waktu dan semuanya akan selesai.Aku juga belum bisa menemukan Lira, entah di mana dia sekarang. Nomor ponselnya sudah tidak aktif, apakah aku harus bertanya dengan Mas Lingga atau Shakira, kedua orang itu pasti tahu di mana Lira sekarang. Sudah seminggu ini semua berjalan dengan lancar, semua persiapan memang Mas Fahri yang melakukan bersama Ibu dan mam Yuni. Karena kami sudah bekerja sama, sehingga ada beberapa orang kepercayaan Mas Fahri ada di kantor ini untuk memastikan kalau Mas Lingga tidak melakukan apa-apa kepadaku.Mas Lingga juga tampak acuh kepadaku, tetapi sikapnya ini membuatku menjadi penasaran, apakah dia merencanakan ses
Aku sangat terkejut dan terdiam sesaat, mataku melotot untung saja tidak keluar. Pria tampan itu lalu menjentikkan jarinya agar aku tersadar.“Ma-Mas Fahri, kok ada di sini, jangan bercanda Mas, aku harus memberi sambutan kepada klien kami dari Kanada,” ucapku ragu tetapi kenapa penampilan Mas Fahri sangat berbeda dengan tampilan seperti orang kaya pada umumnya.“Hei kamu, ngapain lagi kamu di sini siapa yang menyuruhnya masuk ke ruangan ini, kamu itu orang luar Fahri, mau seperti orang kaya makanya kamu berpenampilan seperti ini hah?” hardiknya dengan nada mengejek.“Mas Lingga jaga ucapan kamu, jika kalau mau mengundurkan diri sekarang itu lebih baik dari pada kamu menghina orang lain.”“Ya bela saja tukang marbot itu dasar mental miskin!”“Pak Lingga begini cara kamu menyambut kami untuk menjalin kerja sama?” “Dengarkan baik-baik Pak Lingga. Orang yang kamu rendahkan ini adalah Tuan Devan dari Kanada,” sahutnya dengan meyakinkan. “A-apa maksud Pak Aldi, Anda pasti bercandak
Mas Lingga mengikuti kami pergi makan, aku semakin jengah dibuatnya, entah apa yang ada di pikirannya sekarang.“Aku ingin segera mengakhiri sandiwara ini yang pura-pura tidak mengetahui siapa Mas Lingga sebenarnya.Aku semakin takut dengan kehadiran Mas Lingga atau mencelakai Mas Fahri melalui anak buahnya mungkin saja kan, dia bertindak nekat? “Ada apa Arum, kenapa kamu begitu tegang?” tanyanya yang cukup beralasan.“Mas, itu Mas Lingga masih mengikuti kita bagaimana ini?” “Kamu maunya bagaimana?” “Kok malah bertanya denganku sih, yang kumau dia tidak mengikuti kita makan, bete tahu,” aku merajuk sedikit.“Biaklah, sesuai keinginanmu ,” jawabnya santai. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Mas Fahri saat ini, yang jelas dia berusaha menghilangkan ketakutanku kepada Mas Lingga. Aku menatap wajah Mas Fahri agar terus menerus membuat hatiku tenang.“Sudah Rum, jangan melihat saya seperti itu terus apakah saya seperti cokelat yang siap kamu makan?” “Iya nggak salah lagi,” jawa
Aku beranjak dari tempat dudukku dan menjauh dari tatapan Mas Lingga yang mengiba.“Maaf Mas untuk sekarang aku tidak bisa menjawabnya, karena sekarang kita berada di kantor, bukannya kamu tidak ingin masalah pribadi di campuradukkan di kantor untuk di bahas?”“Hari ini kita fokus tentang proyek kita bersama investor dari Kanada itu bukan?” tanyaku dibalikkan ke dia.“Dan ini apa maksud dari ini?’ kenapa kamu mengambil uang sebanyak ini tanpa persetujuan dariku, dan mulai hati ini Surat Kuasa itu sudah tidak bisa di gunakan lagi.”“Katakan untuk apa uang sebanyak itu?” “Kamu tidak percaya denganku, Rum?” “Kamu tinggal memberikan perincian untuk laporannya, apakah itu sulit?”Mas Lingga kembali menatapku, seolah-olah aku telah menekannya, dia lalu keluar dari ruanganku.Tak lama kemudian dia kembali datang dengan membawa sebuah mam dan melemparkannya di meja kerjaku.“Itu yang kamu mau kan, baiklah.”“Sepertinya aku tidak dibutuhkan lagi di sini, kamu ingin mengambil keputusan send
“Maaf Ibu tidak apa-apa?” Yola langsung memberikan tisu untuk membersihkan mulutku.“Kenapa kamu tidak memberitahukan saya?” “Maaf Bu, ponsel Ibu tidak aktif.”“Oh ya kamu benar, saya lupa memberikan nomor ponsel saya yang baru.”“Sebentar, mumpung saya ingat.” Aku langsung mengeluarkan ponsel milikku tepatnya punya Mas Fahri seketika kulihat wajah Yola sedikit bingung dengan ponsel yang aku pegang.“Kenapa wajahmu, kok begitu?” “Maaf Bu, itu ponsel lama Ibu?” “Iya kenapa, ada yang salah dengan bentuknya?” “Tidak Bu, siapa pun yang memberikan ponsel itu ke Ibu berarti orang itu sayang dan mencintai Ibu sepenuh hati.”“Kok kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari orang lain?”“Sepertinya itu bukan dari Pak Lingga kan Bu?” “Kamu tuh ya dok tahu, tetapi kamu sudah siapkan semuanya kan tidak ada yang ketinggalan?” “Ibu tenang saja semua sudah saya siapkan sampai makanan camilan, tidak perlu khawatir.”“Dan ini semua proposal yang Ibu minta dan itu sesuai dengan Pak Lingga minta