Sampai di ruangan Mas Ariel aku segera membukanya dan duduk di kursi kehormatan.Nuansa warna putih gading yang begitu indah masih sama sewaktu aku dulu pertama kali menginjakan kaki di kantor ini."Pak Wahyu saya minta data keuangan, sekarang, apakah ada masalah selama 5 tahun ke depan setelah Pak Ariel yang memegang kendali?""Maaf Bu, se ... sebenarnya setahun belakangan ini perusahaan sedikit mengalami masalah, bahkan hampir di nyatakan gulung tikar.""Banyak penanam modal sudah enggan berinvestasi di perusahaan kita lantaran Pak Ariel tidak menepati janjinya dan bila ada keuntungannya tidak di bagikan ke mereka sesuai perjanjian kerjasamanya," terang Pak Wahyu"Terus mengapa tidak di laporkan polisi saja dengan tuduhan penggelapan uang," tanyaku balik pada Pak Wahyu."Waktu itu hampir mau di laporkan polisi, tetapi Pak Ariel dan Bu Sukma memohon agar tidak di jebloskan ke penjara dan berjanji akan mengganti semua kerugian perusahaan.""Mengapa saya tidak di beri tahu masalah di
Pak Wahyu memberikan sebuah amplop putih panjang kepada MbaK Sukma."Apa ini Arum?""Buka saja, Mbak jangan malu-malu."Mbak Sukma membukanya dan seketika sangat murka setelah membaca isi surat itu yang menyatakan bahwa Mbak Sukma mendapat Surat Peringatan ke 3 yang artinya jika ketahuan telat lagi maka akan di pecat."Kamu sekarang berani sama saya, ada apa Arum, kenapa kamu ini?""Saya ini bukan karyawan biasa yang seenaknya kamu pecat begitu saja, saya juga berhak atas perusahaan ini, Arum," jawabnya dengan emosi."Memang Mbak Sukma juga ada saham di sini tetapi hanya 10%, Mas Ariel 20%, sedangkan saya di beri hak sebesar 70% untuk mengelola perusahaan, jadi saya berhak memutuskan siapa yang pantas atau tidak bekerja di sini."Jika tidak suka silahkan kalian ke luar dari sini tetapi jika ingin maju bersama dan memulihkan nama baik perusahaan ayo kita bersama-sama membangunnya kembali," jawabku dengan semangat.Para staf devisi karyawan yang hadir di ruang meeting itu saling berpand
Setelah selesai sholat Mr.L mengajakku makan siang, dia pun bertanya kepadaku."Kamu mau makan apa?""Maaf, aku sudah makan!""Kapan kamu makan?""Tadi aku buat acara syukuran di kantor sebagai hari pertamaku kerja di sana.""Terus apa yang kamu lakukan?""Bukankah kamu sudah lihat semuanya, kenapa bertanya lagi?" Sungutku."Darimana kamu tahu saya sudah melihatnya sendiri?""Karena kamu sudah memasang CCTV di kantor dan menghubungkannya lewat HP mu.""Bagus, ternyata kamu cukup pintar."Aku mendengkus kesal, padahal aku hanya asal ngomong ternyata itu benar adanya.Baiklah kita warung pinggir jalan saja, di perempatan jalan itu ada warung kecil, kata orang mie pangsitnya sangat enak.""Emmmh."Sampai di warung kecil, di sana cukup ramai sampai banyak orang mengantri untuk duduk."Aduh si Bapak sudah banyak pelanggan coba tempatnya si gedein gitu, kasihan mereka yang berdempet-dempet, nggak jelas banget, terus mau makan kaya apa tuh lihat masih antri, keburu nih?""Coba kamu lihat beg
"Semua sudah ada buktinya Bu, tinggal Arum memberikan bukti ini kepada Pak Alex," ucapku dengan suara bergetar."Bukannya Pak Alex ada di Singapura, kalau Ibu kasih saran lebih baik kasih tau nak Lingga saja, bagaimana menurutmu?"Euuh ... malas banget sebenarnya dengan dia, ujung-ujungnya kasih pelajaran lagi buatku, tetapi itu satu-satunya cara agar aku cepat terlepas dari jebakan cinta palsu ini."Mmm...coba Arum telpon sekarang ya Bu, mudahan saja dia belum sampai di rumah.Tut! Tut! Tut!{Assalamualaikum}{Wa ... walaikumsalam}{Hhhmh ... ada apa}{Begini ... aku dan Ibu ada di caffe Melati, Mas ... Mas Lingga bisa datang nggak ke sini, t ...tapi kalau sudah sampai di rumah atau sibuk nggak apa-apa besok saja kita ketemuan}{Oke}Tut! Tut! Tut!Huff dasar ... belum selesai sudah main putus saja," gumamku."Gimana Rum, Nak Lingga mau ke sini atau nggak?""Iya,""Kok kamu manyun gitu?""Gimana nggak manyun Bu, jawabannya singkat oke, terus dimatiin telponnya.""Mungkin dia lagi ny
Tangan Mas Ariel hampir mengenai pipiku tetapi langsung aku pegang."Apa Mas, kamu mau menamparku iya.""Jangan harap kamu bisa menyentuhku lagi tanpa seizin dariku," jawabku dengan tatapan nyalang."Oh ... kamu mulai berani sama suamimu sendiri, mana sopan santunmu selama ini Arum?" tanya Mamah menimpali."Ariel, apa-apaan ini, kenapa kamu mau menampar istrimu malah di depan saya lagi!" tanya Pak RT yang geram."Iniloh Pak RT dia tega sama saya, masa saya mau di pecat di perusahaan saya sendiri, saya salah apa coba, setiap kebutuhannya saya penuhi, eh hanya masalah kecil dia mau saya mengundurkan diri di perusahaan saya sendiri, aneh kan?" ucap Mas Ariel dengan kepercayaan diri yang tinggi."Cuiih, kebutuhan selalu kamu penuhi hey sejak kapan Mas, jika nggak minta kamu nggak ngasih, memang kamu pernah keluar uang untuk beli pakaian mahal, pernah kamu belikan aku emas atau perhiasan, pernah kamu belikan akau skincare, atau sekedar jalan-jalan nggak pernah Mas, itupun kalau ke rumah Ib
"Arum minta cerai Mas, ini adalah keputusanku," jawabku dengan tegas."Ya ceraikan saja dia Mas, 'kan masih ada aku ngapain kamu bergantung sama dia," ucap Lira dengan tatapan sinisnya."Kenapa Mas, kamu takut tidak kebagian harta, hanya karena warisan saja kamu mempermainkan aku dan keluargaku," ucapku dengan suara sedikit bergrtar."Hutang-hutang di Bank akan dianggap lunas jika Mbak Sukma mau menjual sahamnya kepada Arum, jadi pikirkan baik-baik.""Arum nggak mau hidup menderita hanya karena kalian yang sudah merusak kepercayaan Arum.""Maaf saya menyela pembicaraan kalian, yang di katakan Arum tidaklah salah jika dia ingin pisah denganmu kabulkanlah, kita tidak boleh menyakiti perasaan orang lain terutama seorang istri, di sini sudah jelas kalian yang salah, banyak sekali kesalahan yang kalian tutupi sehingga satu-persatu terkuak dan menjadi bumerang pada diri kalian sendiri.""Apalagi dengan banyaknya bukti ini, sudah pasti akan di kabulkan oleh pengadilan dengan cepat.""Pokonya
"Wah pagi-pagi dapat kejutan, dari siapa sih tau aja sama keluarga kita suka kejutan di pagi hari," ucap Mamah dengan sumringah."Tuh lihat Rum, keluarga itu terpandang ada saja yang ngasih bingkisan gini, sering-sering saja lumayan dapat gratisan," timpa Mbak Sukma.Ibu dan aku hanya cengar-cengir kaya kuda melihat tingkah laku mereka kaya anak kecil nggak tau ya kalau aku yang kirim itu bingkisan," batinku."Cepat buka Mas, nggak sabar nih, siapa tau isinya tas branded lumayan kan?"Mas Ariel pun membukanya dengan tersenyum, dengan telaten dia membukanya bagaimana tidak aku membungkusnya berkali-kali kotak dengan sampul kado beraneka ragam."Duh siapa sih yang buat gini kaya anak kecil saja, belum selesai juga," gerutu Mas Ariel.Tinggal kotak terakhir yang berukuran sedang setelah di buka hanya sebuah CD."Uuhuh ... dikiraan apa, cuma CD," gerutu Lira."Coba nyalain punya siapa sih, nggak penting banget ngasih beginian, tapi penasaran juga sih," timpa Mbak Sukma.Kami pun pergi ker
"Sudah lama kerja di sini?""Hampir 3 tahun, Bu!""Maaf saya antar sampai keruangan Bu Arum!""Oh nggak usah nggak apa-apa kok, kamu duluan saja.""Ya sudah saya duluan Bu Arum, permisi!""Iya."Aku masuk ke dalam ruangan Mas Ariel dan segera memanggil Indri.Indri adalah sekretarisnya Mas Ariel, selama ini ternyata Mas Ariel jarang ke kantor, dia banyak menghabiskan waktunya di luar kantor, tetapi tidak tahu dia pergi ke mana."Indri, sudah di siapkan semua untuk meeting hari ini?""Sudah Bu, bahkan para staf pegawai sudah datang semua dan langsung menuju ruang meeting kecuali Pak Ariel dan Ibu Sukma yang belum datang.""Huf ... lagi-lagi mereka, maunya apa sih selalu kakak beradik ini kompak banget, heran!" "Ya sudah coba kamu telpon mereka!""Sudah Bu, tetapi baik Pak Ariel maupun Ibu Sukma tersambung telponnya tetapi tidak diangkat.""Coba lagi kamu telpon saya mau dengar apalagi alasannya.""Baik Bu!"Tut! Tut! Tut!"Kenapa lagi sih Ndri?""Maaf Pak, Bapak dan Ibu sudah di mana
Hari ini aku sangat bahagia karena. Aku sudah menemukan tambatan hati yang aku mau. Ya namaku Devan Fahrizi Sanjaya. Aku seorang pengusaha dan aku cukup di kenal banyak orang. Pengalaman hidup bersama ibuku yang miskin dan dicemooh oleh orang lain telah mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan.Namanya Arumbi Lestari, kami bertemu di sebuah masjid saat aku menjadi marbot di sana, ya karena dari menjadi tukang marbot lah aku bisa sukses seperti sekarang ini.Pandangan pertama aku sudah mulai suka dengannya, cantik, sederhana dan jutek dan itu yang aku suka dengannya. Aku pikir dia akan terpesona dengan ketampananku yang paripurna ini nyatanya tidak dia sangat acuh tetapi itu membuatku menjadi lebih penasaran dengannya.Biasanya wanita yang melihatku langsung meminta perkenalan dan langsung bermain itu, tetapi aku bukan pria seperti ya ... “Aku diajarkan oleh orang tua yang aku panggil mama itu untuk tidak menyakiti seorang wanita dan aku juga tidak mau berhubungan lebih jika
Aku menemukan Lira dan Raina. Ibu dan anak itu akhirnya selamat. Lira memelukku dengan hangat, dia menangis bahagia akhirnya bisa terlepas dari jeratan Lingga.Selama ini ternyata Mas Lingga sudah menjual Lira ke tempat hiburan menjijikkan ini, jika melawan maka Raina akan menjadi tumbalnya. Raina memelukku dengan hangat, dia sangat takut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia masih menangis dan belum bisa menenangkan pikirannya.Anak seumur Lina tahun itu mengalami trauma dia harus segera di sembuhkan.“Maafkan Mama Sayang, maafkan Mama.”“Sekarang semua sudah berakhir tidak ada yang akan menyakiti Raina lagi, mereka sudah di tangkap,” ucapku berusaha menenangkan Raina.Raina tetap menangis tetapi tetap memelukku dengan erat. Aku tahu Lira sangat ingin memeluk Raina karena dia ibu kandungnya sendiri.“Mama jangan tinggalkan Raina lagi ya, Raina takut kehilangan Mama, hanya Mama yang Lira punya,” ucapnya dengan penuh haru.Iya Sayang, Mama akan selalu ada buat Rainya,
“Apa maksud semua ini Arum? Kamu tahu kan aku menjabat sebagai wakil direktur tetapi kenapa bukan aku yang menggantikan posisi kamu?” tanyanya dengan emosi.Aku masih bersikap tenang menghadapi orang itu untuk menghilangkan rasa takutku. Lalu aku mengambil semua berkas dan bukti tentang kecurangan yang dia lakukan di perusahaan.“Apa ini Arum?”“Apakah aku harus menjelaskan semuanya sat-satu Mas Lingga, masih syukur aku tidak membeberkan masalah ini ke rapat tadi, karena aku masih mempunyai hati untuk tidak mempermalukan kamu di hadapan mereka. Wajahnya kembali pucat ketika semua bukti yang dikumpulkan memang dia pelakunya, selama ini mencuri uang perusahaan.“Aku tidak menyangka Mas Lingga bisa melakukan hal ini denganku?” “Jangan katakan kamu khilaf ya Mas, aku sudah muak dengan kepintaranmu bersilat lidah. Aku selalu mengikuti arahan kamu tetapi apa yang kamu perbuat, kamu sengaja melakukannya kan?” “Apa yang ada di pikiranmu, aku tidak tahu semua ini, aku bodoh begitu?”“Ma
Semua pria sama saja nggak peka, ya pastilah cemburu, apalagi kami mau menikah dan dia tergoda dengan wanita lain, tentu saja aku tidak akan membiarkannya.Aku meninggalkan Mas Fahri dan tetap di tempat itu dan aku segera ingin menemuinya. Aku mau lihat bagaimana ekspresi nya saat bertemu denganku dengan gaya sok alimnya.Aku melangkah dengan penuh percaya diri untuk menghampirinya yang masih sibuk mencari gaun pengantin itu.“Halo, Kiran, apa kabar, masih ingat denganku?” tanyaku dengan tegas.Tampak wajahnya menegang, kedua matanya melotot kearah, dia terdiam terpaku melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba menghampirinya. Mungkinkah aku sepeti hantu baginya?“Kenapa Kiran, kenapa kamu terkejut, apakah kamu melihat hantu di sini?” Aku menatap tajam ke arahnya, berani sekali dia membohongi ibu dan berputar -pura teraniaya padahal dia sendiri ikut andil dalam rencana busuk Mas Lingga. “A—Arum, kamu di sini?” “Syukurlah kamu masih mengingatku Kiran dan apa ini? Kamu sekejap me
Aku masih tidak percaya di dalam hidupku akan terjadi pernikahan yang kedua kalinya. Ada rasa bahagia sekaligus rasa takut.Entah kenapa aku merasa di lema, tetapi aku tidak mau menikah dengan Mas Lingga, orang yang pernah aku cintai ternyata hanya memanfaatkan aku sebenarnya. Dia masih berpikir kalau aku tidak mengetahui semuanya, tinggal menunggu waktu dan semuanya akan selesai.Aku juga belum bisa menemukan Lira, entah di mana dia sekarang. Nomor ponselnya sudah tidak aktif, apakah aku harus bertanya dengan Mas Lingga atau Shakira, kedua orang itu pasti tahu di mana Lira sekarang. Sudah seminggu ini semua berjalan dengan lancar, semua persiapan memang Mas Fahri yang melakukan bersama Ibu dan mam Yuni. Karena kami sudah bekerja sama, sehingga ada beberapa orang kepercayaan Mas Fahri ada di kantor ini untuk memastikan kalau Mas Lingga tidak melakukan apa-apa kepadaku.Mas Lingga juga tampak acuh kepadaku, tetapi sikapnya ini membuatku menjadi penasaran, apakah dia merencanakan ses
Aku sangat terkejut dan terdiam sesaat, mataku melotot untung saja tidak keluar. Pria tampan itu lalu menjentikkan jarinya agar aku tersadar.“Ma-Mas Fahri, kok ada di sini, jangan bercanda Mas, aku harus memberi sambutan kepada klien kami dari Kanada,” ucapku ragu tetapi kenapa penampilan Mas Fahri sangat berbeda dengan tampilan seperti orang kaya pada umumnya.“Hei kamu, ngapain lagi kamu di sini siapa yang menyuruhnya masuk ke ruangan ini, kamu itu orang luar Fahri, mau seperti orang kaya makanya kamu berpenampilan seperti ini hah?” hardiknya dengan nada mengejek.“Mas Lingga jaga ucapan kamu, jika kalau mau mengundurkan diri sekarang itu lebih baik dari pada kamu menghina orang lain.”“Ya bela saja tukang marbot itu dasar mental miskin!”“Pak Lingga begini cara kamu menyambut kami untuk menjalin kerja sama?” “Dengarkan baik-baik Pak Lingga. Orang yang kamu rendahkan ini adalah Tuan Devan dari Kanada,” sahutnya dengan meyakinkan. “A-apa maksud Pak Aldi, Anda pasti bercandak
Mas Lingga mengikuti kami pergi makan, aku semakin jengah dibuatnya, entah apa yang ada di pikirannya sekarang.“Aku ingin segera mengakhiri sandiwara ini yang pura-pura tidak mengetahui siapa Mas Lingga sebenarnya.Aku semakin takut dengan kehadiran Mas Lingga atau mencelakai Mas Fahri melalui anak buahnya mungkin saja kan, dia bertindak nekat? “Ada apa Arum, kenapa kamu begitu tegang?” tanyanya yang cukup beralasan.“Mas, itu Mas Lingga masih mengikuti kita bagaimana ini?” “Kamu maunya bagaimana?” “Kok malah bertanya denganku sih, yang kumau dia tidak mengikuti kita makan, bete tahu,” aku merajuk sedikit.“Biaklah, sesuai keinginanmu ,” jawabnya santai. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Mas Fahri saat ini, yang jelas dia berusaha menghilangkan ketakutanku kepada Mas Lingga. Aku menatap wajah Mas Fahri agar terus menerus membuat hatiku tenang.“Sudah Rum, jangan melihat saya seperti itu terus apakah saya seperti cokelat yang siap kamu makan?” “Iya nggak salah lagi,” jawa
Aku beranjak dari tempat dudukku dan menjauh dari tatapan Mas Lingga yang mengiba.“Maaf Mas untuk sekarang aku tidak bisa menjawabnya, karena sekarang kita berada di kantor, bukannya kamu tidak ingin masalah pribadi di campuradukkan di kantor untuk di bahas?”“Hari ini kita fokus tentang proyek kita bersama investor dari Kanada itu bukan?” tanyaku dibalikkan ke dia.“Dan ini apa maksud dari ini?’ kenapa kamu mengambil uang sebanyak ini tanpa persetujuan dariku, dan mulai hati ini Surat Kuasa itu sudah tidak bisa di gunakan lagi.”“Katakan untuk apa uang sebanyak itu?” “Kamu tidak percaya denganku, Rum?” “Kamu tinggal memberikan perincian untuk laporannya, apakah itu sulit?”Mas Lingga kembali menatapku, seolah-olah aku telah menekannya, dia lalu keluar dari ruanganku.Tak lama kemudian dia kembali datang dengan membawa sebuah mam dan melemparkannya di meja kerjaku.“Itu yang kamu mau kan, baiklah.”“Sepertinya aku tidak dibutuhkan lagi di sini, kamu ingin mengambil keputusan send
“Maaf Ibu tidak apa-apa?” Yola langsung memberikan tisu untuk membersihkan mulutku.“Kenapa kamu tidak memberitahukan saya?” “Maaf Bu, ponsel Ibu tidak aktif.”“Oh ya kamu benar, saya lupa memberikan nomor ponsel saya yang baru.”“Sebentar, mumpung saya ingat.” Aku langsung mengeluarkan ponsel milikku tepatnya punya Mas Fahri seketika kulihat wajah Yola sedikit bingung dengan ponsel yang aku pegang.“Kenapa wajahmu, kok begitu?” “Maaf Bu, itu ponsel lama Ibu?” “Iya kenapa, ada yang salah dengan bentuknya?” “Tidak Bu, siapa pun yang memberikan ponsel itu ke Ibu berarti orang itu sayang dan mencintai Ibu sepenuh hati.”“Kok kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari orang lain?”“Sepertinya itu bukan dari Pak Lingga kan Bu?” “Kamu tuh ya dok tahu, tetapi kamu sudah siapkan semuanya kan tidak ada yang ketinggalan?” “Ibu tenang saja semua sudah saya siapkan sampai makanan camilan, tidak perlu khawatir.”“Dan ini semua proposal yang Ibu minta dan itu sesuai dengan Pak Lingga minta