Share

Istri Rahasia CEO Dingin
Istri Rahasia CEO Dingin
Penulis: ZeeHyung

Bab 1. Kesedihan Ayang

Suara benda jatuh dari dapur terdengar cukup keras, Ayang yang masih dikamar dan bersiap ingin pergi ke kantor terkejut dengan suara jatuh dari luar.

"Suara apa itu?" tanya Ayang pada dirinya sendiri.

Ayang segera keluar dari kamar dan berlari ke sumber suara. Saat tiba di tempat tersebut, Ayang terkejut melihat ibunya sudah terjatuh di lantai.

"Ibu, ya Tuhan. Ibu kenapa? Apa yang terjadi? Bangun, Bu!" Ayang terus membangunkan Ibunya tapi tidak ada reaksi sama sekali.

Ayang bergegas keluar meminta bantuan tetang sebelah. Dengan berurai air mata, Ayang teriak dengan kencang memanggil sang empunya rumah.

"Pak Noto, Bu Noto, tolong saya. Ibu saya pingsan, tolong Pak, Bu!" Ayang menjerit kencang memanggil kedua pasutri tersebut.

"Pak, itu suara Ayang. Kenapa dengan dia? Apa ibunya terkena serangan jantung lagi? Ayo, Pak kita keluar sekarang, siapa tau dia butuh bantuan kita!" ajak Isti Pak Noto bernama Marni.

"Ayo, Bu kita lihat," sahut Pak Noto yang bergegas keluar dari rumah untuk bertemu dengan Ayang. Kedua pasutri tersebut terkejut melihat Ayang sudah berlinang air mata.

"Ada apa, Nak? Kenapa kamu menangis?" tanya Bu Marni.

"Tolong Ibu saya, dia pingsan di dapur. Tolong bawa ke rumah sakit. Ayang, takut jika jantung ibu kumat lagi. Beberapa hari ini wajah ibu pucat, ditanya kenapa Ibu katakan hanya lelah, tolong bantu Ayang, Bu, Pak," jawab Ayang sambil mengusap air matanya.

"Oalah, ayo cepat kita pergi sekarang, kamu jangan takut ibumu baik-baik saja. Cepat kamu ke rumah, Bu bantu Ayang, Bapak mau keluarkan mobil dulu, ayo cepat," ucap Pak Noto meminta istrinya membantu Ayang.

"Baik, Pak," sahut Bu Marni.

Bu Marni ikut bersama Ayang untuk membantu mengangkat ibunya. Pak Noto bergegas mengeluarkan mobil dari garasi. Bu Marni terkejut melihat Ibu Ayang sudah tiduran di lantai.

"Kamu angkat tangannya, hati-hati ya, Ayang. Ibu angkat kakinya. Ayo, kita angkat dan bawa ke mobil." Ibu Marni memberikan intruksi kepada Ayang untuk mengangkat ibunya dengan posisi yang sudah dia beri tahukan. Pintu mobil terbuka, perlahan mereka membawa Ibu Ayang masuk.

"Ayo, kamu ikut masuk, tapi kunci dulu rumahmu, ayo cepat!" Pak Noto meminta Ayang ikut dengannya. Pikirannya Ayang kalut, dia takut jika ibunya meninggalkan dia.

Mobil melaju meninggalkan rumah, lima belas menit akhirnya mereka sampai. Ayang berteriak memanggil dokter juga suster.

"Dokter, Suster! Tolong, tolong saya!" teriak Ayang dengan kencang memanggil keduanya. Suster yang berada di IGD keluar dan membantu Ayang.

"Ayang, kamu sudah kasih tau temanmu kalau kamu tidak masuk kerja. Telpon dulu sana," pinta Bu Mirna.

"Benar itu, telpon lah dulu. Bapak yakin, bos kamu pasti kasih izin. Ayo nak, telpon dulu," ucap Pak Noto. Ayang menghubungi bosnya diberikan izin cuti satu hari.

"Bos mengizinkan saya untuk cuti hari ini," jawab Ayang yang di anggukkan oleh Pak Noto dan Bu Marni.

"Syukurlah, sekarang kamu tenang aja, ibu kamu akan segera baik dan tidak akan kenapa-napa. Ibu kamu kuat, berdoa ya," ucap Marni yang di anggukkan oleh Ayang. Dokter keluar menemui Ayang yang berdiri dan menatap ke arah Dokter. Ayang cemas apa yang terjadi dengan ibunya.

"Dok, bagaimana dengan ibu saya? Apa ibu saya, baik-baik saja? Dia punya riwayat sakit jantung sebelumnya. Apa jantungnya kumat lagi?" tanya Ayang dengan raut wajah cemas.

"Kita harus periksa kembali ibu Anda untuk memastikannya apakah sakitnya karena jantung atau tidak. Sekarang, suster sedang ambil sampel darah. Kita tunggu hasilnya keluar dan sekarang, ibu anda akan kami pindahkan. Kamu bisa urus administrasi untuk ruang inap ibu kamu ya," jawab Dokter. Tanpa menunggu lama Ayang segera pergi ke kasir untuk bayar administrasi ibunya.

Selesai membayar dan mendapatkan kamar untuk ibunya. Suster membawa Ibu Ayang ke ruang inap.

"Bu, Ayang yakin ibu kuat. Tolong bertahan Bu, jangan tinggalkan Ayang sendiri," ucap Ayang dengan linangan air mata. Sedari dulu, masa kecil Ayang dihabiskan dengan kerja dan membantu ibunya.

"Berdoa Ayang, kamu pasti kuat dan Ibu kamu juga. Jangan kamu sedih, kasihan Ibu kamu kalau kamu sedih Ibu kamu juga ikut sedih, jadi kamu kuat agar ibumu juga kuat sama seperti kamu," ucap Ibu Marni. Selesai memeriksa pasien, suster memandang ke arah Ayang.

"Kalau Ibu kamu sudah sadar panggil kami. Jika hasilnya keluar, dokter akan katakan kepada kamu, tunggu saja ya," ujar Suster yang di anggukkan Ayang.

Ayang mendekati ibunya dan menggenggam tangan ibunya yang kurus, tidak seperti dulu ibunya menyambut genggaman tangannya. Kini ibunya tidak merespon sama sekali.

"Ayang, sudah jangan sedih. Kamu ingat kata istri saya tadi. Kalau kamu sedih Ibu kamu juga ikutan sedih," ucap Pak Noto meminta Ayang untuk tidak sedih walaupun dia tau siapapun di posisi Ayang pasti sedih.

"Iya, Pak, terima kasih banyak. Maaf banyak merepotkan Bapak dan Ibu. Saya tidak tau bagaimana membalasnya," jawab Ayang.

"Sudah, kamu itu sudah Ibu dan Bapak anggap anak sendiri. Kalau begitu Bapak dan Ibu pulang dulu, nanti kami ke sini lagi. Bapak mau kerja, nggak enak sama teman Bapak kalau bolos, kamu hubungi Bapak dan Ibu saja nanti ya," ucap Pak Noto.

"Iya, terima kasih banyak ya, Pak Noto dan Ibu. Maaf nggak bisa kasih apa-apa," jawab Ayang.

"Tidak perlu, cukup jaga Ibu kamu. Ayo Pak, kita pergi sekarang. Ayang, kami pergi dulu, kabari kami kalau ada apa-apa ya," ucap Bu Mirna.

Ayang mengantar kepergian keduanya sampai pintu sambil melambaikan tangan ke arah keduanya.

Ayang kembali masuk kembali dan duduk di dekat ibunya. Ayang menatap wajah pucat ibunya. "Bu, bangun, jangan tidur. Ayang takut kalau Ibu seperti ini, Ayang mohon Bu, bangun," pinta Ayang yang menidurkan kepalanya ke tangan Ibunya.

Dokter dan suster masuk ke dalam kamar Ayang keduanya tersenyum melihat Ayang tertidur.

"Dokter, anaknya tidur," kata Suster tersebut.

"Ya sudah, nanti saja kita kasih tau," jawab Dokter. Dokter dan suster keluar dan saat bersamaan Ayang membuka matanya perlahan melihat dokter dan suster yang hendak keluar.

"Dokter, Suster, maafkan saya. Saya ketiduran, apa hasilnya sudah keluar?" tanya Ayang dengan cemas.

"Oh, maaf menganggu, kamu bisa ikut saya ke ruangan saya, ada yang mau saya katakan," jawab dokter dengan serius.

Ayang pun pergi mengikuti dokter dan Suster, dia meninggalkan ibunya sendiri di kamar yang masih tertidur. Ayang saat ini masih tanda tanya apa yang terjadi dengan ibunya.

Sampai di ruang dokter, Ayang duduk dan menatap Dokter yang sibuk membuka amplop coklat. Ayang masih terus memperhatikan dokter yang meletakkan di depannya.

"Dokter, ini apa?" tanya Ayang dengan raut wajah serius.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status