Tika begitu geram ketika mengetahui mamanya meninggal karena serangan jantung. Hal ini dikarenakan mamanya ingin memberikan kejutan di hari ulang tahun pernikahan dengan papanya. Tak disangka, ia malah memergoki suaminya sedang berhubungan intim dengan gadis yang seumuran anaknya. Gina-Mamanya Tika-- akhirnya meninggal karena syok tak kuat melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain yang tak lain adalah teman sekelas putrinya sendiri. Ditambah Gina sedang hamil anak kedua. Riko--suami Gina-- terlihat tidak menyesal dengan kematian istrinya. Ia malah semakin asyik dengan Feni--si pelakor. Tentu saja Tika tidak bisa tinggal diam. Saat ini ia berusaha membalas dendamnya dengan sang pelakor.
View MoreRiko terkekeh mendengar kata-kata Feni. Ia merasa yakin kalau istrinya tidak bakal tau tentang perselingkuhannya dengan Feni. Apalagi Gina juga tipe istri yang polos. Tidak seperti istri lain yang garang. Gina tipe istri rumahan, sederhana, dan tidak terlalu banyak protes. "Ah, enggak usah kamu pikirin. Dijamin aman. Istri Mas enggak akan tau sepak terjang kita. Asalkan kita main cantik dan rapih," jawab Riko dengan santai. "Beneran lho, Mas? Aku enggak mau kalau sampai dilabrak. Oke, aku janji enggak akan lagi berhubungan dengan lelaki lain. Asal Mas pun juga bisa setia sama aku," sahut Feni cepat. "Siap. Bisa diatur." Mobil yang mereka tumpangi akhirnya tiba di sebuah hotel bintang empat. Riko sudah memesan meja untuk dua orang. Candle light dinner acara spesial yang akan ia nikmati bersama Feni. Riko pun memarkirkan mobilnya. Mereka berdua terlihat berjalan melewati lobi hotel dan menuju restoran. Riko juga sudah memesan sebuah kamar untuk mereka berdua 'beristirahat.'Restoran
Riko yang saat itu begitu muak dengan Gina. Ia berusaha menyimpan apa saja yang ia tidak suka dengan perubahan tubuh istrinya yang sedang mengandung anak mereka. Dengan dalih demikian, Riko mencari penyegaran di luar. "Mas, mau kemana malam-malam begini?" tanya Gina yang melihat suaminya bergegas mengambil jaket kulitnya. Riko sudah berpenampilan necis dengan kaos berwarna hitam dan celana jeans warna biru dongker. Riko kemudian berjalan mematut dirinya di depan cermin meja rias. Ia memastikan kalau rambutnya sudah tertata dengan rapi. Kemudian ia mengambil sebotol parfum aroma maskulin. Wangi segar parfum khas pria menguar ke seisi kamar mereka. Gina agak sedikit mual mencium aroma parfum tersebut. Memasuki usia kehamilan keempat memang rasa mual dan muntah yang ia rasakan mulai berkurang. "Mau ada meeting sama rekan bisnis di kafe. Kamu jangan terlalu kepo begitu, ah," jawab Riko seadanya. Ia sebenarnya sebal ditanya-tanya terus oleh wanita yang sudah menemaninya hidup selama bel
Begitulah awal mula petaka yang terjadi. Hingga beberapa rentetan peristiwa yang masih segar dalam ingatan Riko sampai saat ini. Andai saja ia tidak tergoda dengan Feni, mungkin dia tidak akan berada di tempat ini. Mungkin juga mendiang Gina sampai saat ini masih hidup. Andai saja semua itu terjadi, mungkin Riko, Tika, dan mendiang Gina akan menjadi keluarga bahagia. Calon ak lelaki yang sebenarnya sangat Riko harapkan pun akan lahir ke dunia ini. Walau terpaut jarak usia enam belas tahun, Tika dengan senang hati menerima kehadiran adik lelakinya itu. * *Tertegun Tika kini berada di depan pusara wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya itu. Di dalam sana terbaring Gina dan calon buah hatinya yang belum sempat ia lahirnya ke dunia ini. Tika mencium batu nisan Mamanya. Air matanya yang tak bisa ia bendung lagi itu tumpah. Sebuah buket bunga mawar berwarna merah kesukaan Gina, Tika letakkan dia atas tanah makam Mamanya. Ia begitu menyesali kejadian itu. Andai saja waktu itu ti
Riko kini hidup dalam penyesalan, ia berada di panti jompo pasca pemulihan luka operasi di perutnya. Akibat ditvsvk olehFeni. Hari-hari yang dilalui Riko terasa sepi. Padahal banyak teman seusianya di sini. Tetapi ia lebih memilih menyendiri meratapi nasibnya. "Gina, Gina..." kata Riko mengigau dalam tidurnya pada suatu malam. Tak dapat dipungkiri. Laki-laki yang sebenarnya terbilang masih belum bisa dikatakan lansia itu masih merindukan istrinya yang sudah meninggal. Rasa bersalah menghantui pikirannya di setiap waktu. Andaikan waktu bisa diputar kembali. Mungkin dia tidak akan menjadi pesakitan seperti ini. Hal yang paling disesali Riko adalah berselingkuh dengan Feni. Seorang gadis remaja yang seumuran dengan Tika--putrinya. Pesona gadis itu memang memabukkan Riko. Semua memang berawal dari coba-coba. Hingga akhirnya dicoba terus dan ketagihan. --Flashback OnWaktu itu Riko menjemput putrinya ke sekolah karena sepeda motor yang digunakan Tika masuk bengkel dan harus diservis s
PoV Author Riko di temukan oleh Tika dan petugas bank yang akan menyita rumah KPR Feni. Sedangkan Feni dan Erik--ayahnya Riko-- melarikan diri ke sebuah hotel untuk bersembunyi sebelum akhirnya di tangkap oleh pihak kepolisian. Keadaan rumah ini tentu saja berantakan.Riko langsung di lakukan ke UGD karena kondisi perutnya yang sobek karena luka tusuk yang lumayan dalam. Darah pun mengalir, untungnya petugas medis dengan cepat mengambil tindakan untuk menolong Riko."Pa, bertahan ya, Pa. Tika ada di samping Papa," kata Tika dengan air mata yang mengalir menenangkan sang Papa. Padahal ia membenci tindakan Papanya yang menikah lagi dengan sang pelakor. Namun sebagai seorang anak satu-satunya, ia tetap tidak tega dengan kondisi Papanya yang sedang menahan kesakitan seperti ini.Riko yang sayup-sayup mendengar suara Tika yang menyemangati dirinya, dia sudah pasrah dengan keadaan. Walaupun tak sadarkan diri, dia dapat dengan jelas mendengar suara putrinya itu.Dokter dan para perawat yang
Aku sudah muak sekali dengan Mas Riko! Sudahnya nggak punya uang dan miskin tapi belagunya minta ampun! Aku kesal sekali ketika dia memergokiku berjalan dengan temanku. Huh itu baru temanku aja loh. Teman tapi mesra. Hihihi. Sebenarnya Mas Riko nggak tahu kalau aku sudah jadi simpanan om-om yang lain. Yaa, aku tahu kalau aku sudah menikah. Tapi nggak ada salahnya kan mencari om-om yang lebih kaya sebagai cadangan. Aku mengambil pisau lipat di saku celana jeansku dan tanpa sengaja aku sudah menusuk Mas Riko sebanyak dua tusukan. Astaga aku khilaf, bagaimana ini? Sebenarnya tadi aku nggak berniat untuk menusuk Mas Riko. Tapi dia ngomel terus. Bikin panas telingaku saja. Bergegas aku menelepon om kesayanganku. Om Erik, kalian tahu siapa Om Erik itu kan? Hehehe.Sementara menunggu kedatangan Om Erik. Aku segera mengemasi baju-baju dan juga barang-barangku. Aku takut nanti polisi datang dan mencidukku.Tak lama kemudian Om Erik yang sudah berumur tujuh puluhan itu datang dan membantu aku
Kurang ajar sekali Feni berani benar berjalan dengan pria yang jauh lebih muda dariku! Keterlaluan sekali dia! Padahal aku sudah bermodal besar untuk menikahinya sampai berani berhutang segala! Duh sekarang aku bingung bagaimana cara melunasi utang-utangku. Mana Bapak sudah memecatku dan mengambil alih kepemilikan butik lagi. Bahkan jualan baju di pasar pun tidak jadi Bapak berikan untukku karena Bapak sudah terlanjur tahu dan marah kalau aku penyebab putrinya meninggal. Ya ampun kenapa nasibku makin apes begini sih??Feni rupanya mengunci diri di kamarnya setelah kupergoki jalan dengan seorang laki-laki bau kencur. Berani sekali jalan-jalan dengan laki-laki padahal dia sudah menikah! Lupa apa kalau aku sudah mencukupi dan juga mengabulkan apa pun yang dia minta. Tapi apa yang kudapat? Balasannya sungguh sangat menyakitkanku. Sekarang saat aku jatuh miskin dia malah berbalik ingin menjauhiku.Feni mengunci diri di kamar sedari tadi. Aku juga malas menegur dia. Biarkan saja dia di dala
"Maaf anda bertiga ada perlu apa ke rumah kami?" tanya Bapak malah menimpali."Perkenalkan Saya Andi, kepala cabang Bank XXX dan ini kedua anak buah saya Rizki dan Azmi. Kami kemari ingin berbicara dengan Pak Riko mengenai tunggakan cicilan di bank selama tiga bulan," kata orang yang berdasi itu.Bagai di sambar petir di siang bolong. Aku tak menyangka tiga orang ini adalah orang bank yang berniat membicarakan tunggakanku yang tidak kubayarkan selama tiga bulan!Bapak melirikku tajam. Aku langsung berkeringat dingin, tubuhku gemetar. "Baik. Kalau begitu kenalkan saya Pak Sugito, mertua Pak Riko. Berapa jumlah uang yang di pinjam Pak Riko di bank dan apa jaminannya?" tanya Bapak sambil menahan amarah."Pak Riko meminjam uang sebanyak lima ratus juta rupiah lima bulan yang lalu dan menjaminkan sertifikat rumah ini," jawab Azmi dengan tenang."Betul begitu, Riko?" tanya Bapak kepadaku, seolah ingin menghakimiku."I, iya Pak," balasku lirih."Untuk apa uang itu?""Be, beli rumah dan perh
PoV RikoSeperti biasa rutinitas setiap hari aku ingin pergi ke butik. Persetan dengan Bapak yang melarangku untuk bekerja di butik."Pak, maaf! Bapak tidak boleh masuk lagi ke butik ini!" kata Erza sambil menahan tubuhku."Loh, kenapa? Memangnya kamu ini siapa? Aku ini bos kamu. Ingat bos kamu! Atasan kamu! Kenapa aku tidak boleh masuk ke kantorku sendiri?" Emosiku mulai naik."Maaf, Pak Riko. Ini perintah dari Pak Sugito. Anda tidak boleh lagi bekerja di kantor ini," jawab Erza dengan tegas."Apa Pak Sugito yang menyuruh kamu? Aku tidak percaya!" bentakku kesal."Silakan kalau Bapak tidak percaya. Bapak bisa tanyakan sendiri pada beliau.""Ah, sial*n.""Maaf, Bapak sudah bukan atasan di butik ini dan tidak berhak lagi atas butik ini," sambung Mirna yang tiba-tiba muncul di depan pintu butik."Kamu juga! Kenapa kamu jadi ikut-ikutan, Mir!" Aku semakin kesal."Saya bukan ikut-ikutan, Pak. Saya hanya menjalankan tugas sebagai karyawan," jawab Mirna kalem."Kalau tidak ada kepentingan l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments