Share

ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH
ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH
Author: anggikartika93

Ketahuan

Malam ini, aku dan Feni akan bertemu untuk memadu kasih bersama. Wanita yang sudah lama menjadi selingkuhanku ini mempunyai pesona yang begitu memikat. Pada mulanya hubungan aku dengan Feni hanya iseng dan sebagai selingan saja, karena aku mulai bosan dengan istriku yang sedang hamil anak kedua dan mulai menua, terlihat gurat dan garis keriput di wajahnya. Istriku selalu sibuk dengan pekerjaan rumah. Padahal anak tunggal kami, Tika, sudah berusia lima belas tahun. Harusnya dia santai dan memikirkan untuk melakukan perawatan diri saja. Tetapi dia tidak pernah melakukan itu semua, apalagi dia kini hamil, semakin bertambah melar saja badannya.

Mumpung istriku, Gina tidak ada di rumah. Dia menginap di rumah orang tuanya, beberapa hari yang lalu dia meminta izin padaku untuk mengantarkannya ke sana. Katanya dia mulai capek karena sudah hamil delapan bulan dan perlu rehat sejenak. Jarak rumah kami dengan rumah mertuaku hanya setengah jam saja dari rumah kami jika di tempuh dengan mengendarai mobil. Tentu saja, Tika sangat senang karena menginap di rumah kakek neneknya.

Yes, batinku gembira. Daripada uangnya digunakan untuk menyewa hotel lebih baik kami bermesraan di rumahku saja. Kan lebih hemat. Lagipula aku dan Feni sudah sering melakukannya di hotel. Tidak apa-apa sesekali melakukan selingan di rumah.

Setengah jam kemudian, Feni datang dan aku langsung mengajaknya ke kamarku untuk melepaskan rindu yang sudah lama terpendam.

Ketika kami berdua sedang asyik masyuk. Pintu kamar terbuka, kami tidak langsung menyadarinya.

"Happy Anniversarry, Pa," pekik suara wanita yang sangat kukenal.

"Ma, Mama? Kenapa Mama bisa ada di sini?" tanyaku dengan gugup dan panik. Aku langsung menyambar selimut untuk menutupi tubuhku. Sedangkan Feni juga tak kalah panik, dia mengambil apa saja untuk menutupi tubuh seksinya.

Kulihat Gina, Tika, dan ibu mertuaku membawa kue, balon, dan beberapa hadiah. Astaga! Aku baru ingat kalau hari ini adalah ulang tahun pernikahan dengan Gina yang ke enam belas. Tetapi aku malah lupa sama sekali. Aku malah terbuai dengan pesona Feni.

"Apa yang Papa lakukan, hah?" teriak Tika putri kami sambil melempar kue tart ke wajahku. Dan naas, kue itu memang mengenai wajahku. Sehingga krim kue itu belepotan mengenai wajahku.

"Percayalah, Tik. Ini tak seperti yang kamu lihat," jawabku meyakinkan Tika sambil menyeka wajahku yang belepotan karena krim kue tart. Saking tebal krimnya sampai menutupi mata dan hidungnya.

"Dasar menantu biadab!" Ibu mertua melempar kotak-kotak yang kuduga berisi hadiah ke wajah Feni. Sejurus kemudian melayangkan pukulan ke wajahku. Sakit. Iyalah, sakit sekali rasanya.

Dengan berang, Tika menampar wajah Feni dan menjambak rambutnya.

"Dasar pelac** kamu, Fen. Beraninya kamu rebut Papaku," kata Tika dengan kalap memukuli Feni.

Apa? Tika kenal dengan Feni? Kok bisa? Aku menepuk jidat. Aku baru ingat kalau Feni, itu seumuran dengan anakku.

Ibu mertua menyerang sementara Tika juga dengan brutal menyerang Feni. Tanpa di sangka, Gina memegangi dadanya dan jatuh pingsan.

Tika yang lebih dulu menyadari keadaan Mamanya langsung menyudahi aksinya menyerang Feni, dengan panik Tika dan Ibu berusaha membopong tubuh Gina. Tetapi sia-sia. Dengan berlari cepat, Tika memanggil satpam komplek untuk membantu mengangkat Gina. Sementara aku hanya diam mematung menyaksikan kejadian ini.

Dengan cepat mereka menaikkan Gina ke dalam mobil.

"Tik, biar Papa saja yang menyetir mobilnya!" pintaku pada putriku.

"Cih! Tak kan kubiarkan manusia macam Papa menyentuh Mamaku!" Tika mendengus dengan kesal.

Tika mengendarai mobil dengan cepat. Padahal Tika belum memiliki surat izin mengemudi mobil, tapi dia sudah bisa menyetir mobil sejak di bangku SMP. Sementara Ibu menemani Gina yang kesakitan di bangku belakang. Ketika Gina di bopong ke dalam mobil, Gina yang nafasnya sudah terengah-engah menatapku dengan pandangan yang penuh kebencian.

Aku meremas rambutku dengan kuat. Bagaimana bisa aku kecolongan? Kok bisa sih Gina pulang ke rumah? Padahal sebelum menyuruh Feni ke sini, aku sudah memastikan dengan menelepon Gina kalau dia akan seminggu lagi pulang. Uh betapa bodohnya aku!

Aku bergegas mengambil kunci mobil di kamar. Tetapi Feni berusaha menahanku.

"Mau kemana, Mas?" Feni memegang tanganku dengan manja.

"Mau ke rumah sakit lah menengok keadaan istriku!" ucapku dengan kesal.

"Tapi, masa kamu tega sih meninggalkanku di sini sendiri?"

Aku tidak tega melihat tatapan Feni yang begitu mengiba. Permainan kami belum selesai, toh ada Tika dan Ibu yang menemani Gina di sana. Akhirnya kami melanjutkan permainan kami yang sempat tertunda.

Lima belas menit kemudian, ponselku berdering. Dengan cepat aku mengambilnya di atas nakas. Dari Mamaku rupanya.

[Halo, Ma. Ada apa?] tanyaku tanpa berbasa-basi.

[Riko kamu dimana? Gina meninggal karena serangan jantung] jawab Mamaku dengan panik.

Ponselku terlepas dari genggamanku. Apa? Gina meninggal? Gina sudah tiada? Nggak mungkin? Mamaku hanya bercanda kan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status