Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya

Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya

By:  sugi ria  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
76Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nadine, terpaksa menerima nasib buruk terjadi dalam hidupnya. Satu kejadian panas, membuat dunianya berubah. Sang tunangan memutuskannya begitu saja tanpa mendengar penjelasan Nadine. Lebih tragis lagi dia harus menikah dengan pria yang terlibat one night stand dengannya. Pria dekil dengan label pengangguran melekat pada diri lelaki tersebut. Rafael, pria yang mau menikahi Nadine, tampilan pria itu memang akan membuat tiap orang mencibir dan menghina padanya. Tak ada yang tahu, kalau Rafael punya identitas lain, yang akan membuat orang lain tercengang, termasuk Nadine. "Siapa kamu sebenarnya?" "Aku? Aku hanya orang biasa. Bukan siapa-siapa." Bagaimana keduanya menjalani biduk rumah tangga di tengah konflik yang datang silih berganti? Ditambah ancaman datang banyak sisi, termasuk mantan tunangan Nadine.

View More
Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Suci Mas'Ulah
cerita nya bagus. lanjut terus kak , semangat ...
2024-06-26 06:16:11
2
76 Chapters
BAB SATU
"Nadine! Kenapa kamu bisa melakukan hal memalukan itu!"Suara penuh kekecewaan itu membuat sosok bernama Nadine membeku."Aku tidak melakukan apapun, Bu! Sungguh!"Heni, ibu Nadine, menatap nanar putrinya, "Tapi Dave sendiri yang memergoki yang kalian lakukan berdua di kamar itu!"Sebelumnya, Nadine tertangkap basah tengah tidur dengan pria tak dikenal, yang saat ini ada di sampingnya, menatapnya tanpa ekspresi.Saat itu, ketika Nadine terbangun, hal yang pertama kali ia lihat adalah ekspresi kekecewaan Dave yang melihatnya dengan pria asing, tanpa sehelai benang pun."Bu, dengarkan aku dulu. Aku datang ke sana setelah mendapatkan pesan kalau Dave katanya pingsan di kamar hotel.” Nadine menarik nafas lalu melanjutkan, "dan saat aku sampai di sana, tiba-tiba seseorang memukulku sampai aku tak sadarkan diri.”"Cukup bualanmu, Nadine. Aku tak menyangka kamu bisa melakukan hal menjijikkan seperti ini dan masih membela dirimu!"Nadine tersentak dan menatap calon tunangannya itu tak
Read more
BAB DUA
Nadine sejak tadi mondar mandir di kamarnya. Rafael baru saja pamit setelah bicara dengan sang ayah. Kepalanya masih terngiang percakapan Rafael tadi. "Bisnis? Aset? Sepertinya tidak mungkin kalau dia punya bisnis, apalagi aset," gumam Nadine.Kalau Rafael punya dua hal tersebut, mustahil pria itu akan hidup miskin. Baju lusuh, motor butut, juga tampilannya pasti akan lebih bersih. Setidaknya hidup Rafael akan terlihat lebih baik.Nadine melemparkan tubuhnya ke kasur. Menatap hampa langit-langit kamarnya. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Membayangkan apa yang akan terjadi padanya besok. Nadine tiba-tiba tertawa miris untuk sesaat.Perempuan itu pada akhirnya melupakan pembicaraan Rafael tadi. Menepis kemungkinan kalau Rafael bisa saja orang kaya. Nadine memilih pasrah dengan hidup yang dia jalani.Hingga kemudian helaan napas kasar terdengar. "Sudahlah, sepertinya aku tidak punya pilihan selain menerima dia jadi suamiku. Mungkin sudah takdir dan nasibku begini."Namun, dalam benakny
Read more
BAB TIGA
Nadine mengayunkan langkah ingin masuk ke dalam rumah. Satu paper bag kecil berada di tangannya. Hadiah dari Rafael. "Eh, lihat anak pak Hermawan. Katanya minggu depan mau nikah ya.""Kabarnya sih begitu. Yang saya dengar mereka sudah anu duluan. Mana sama kurir pengganti lagi. Gak jelas banget, padahal dia sudah punya tunangan lo. Tidak tahu diri sekali. Maklum anak muda zaman sekarang. Suka gak tahan."Nadine memejamkan mata, sudah dua minggu ini kalimat itu sering dia dengar. Baik yang bisik-bisik maupun yang terang-terangan. Perempuan itu sejatinya lelah. Tidak di kantor, tidak di rumah. Semua menggosipkannya.Di kantor bahkan lebih parah. Kariernya yang cemerlang tenggelam oleh berita yang hasil akhirnya jadi tidak sesuai cerita pakem. "Aku lelah, ya Tuhan." Nadine kembali menangis. Hidupnya berubah drastis karena kejadian ini.Senyum ceria itu kini berganti muram. Tak ada lagi bahagia dalam hidup Nadine. Semua sirna bersama kejadian malam itu.Tunggu dulu, ada yang memukulnya sa
Read more
BAB EMPAT
SAH!"Setelah ijab kabul selesai dilakukan, suasana haru menyelimuti ruang tamu sederhana yang dihiasi bunga-bunga segar.Akad nikah diadakan di rumah mempelai wanita dengan nuansa sederhana penuh kepedihan. Hanya dihadiri keluarga dekat, dan beberapa teman Nadine. Senyum terpaksa menghiasi wajah-wajah yang hadir, sementara hati mereka mengasihani Nadine dalam diam, mengiringi doa-doa penuh harap yang diselimuti kesedihan mendalam."Selamat, Nad. Jangan menangis, aku yakin bahagia sedang menunggumu," bisik Tia yang datang menyaksikan pernikahan sang sahabat.Gadis itu sempat melihat suami Nadine, memang dekil. Meski pakaiannya tampak rapi."Cincinnya yang kemarin," bisik Rafael. Nadine mendengus geram, segera mengambil cincin dari kamarnya. Dari pada dia sendiri malu, karena tak ada cincin pernikahan. Lebih baik ada meski palsu. Toh tidak ada yang tahu.Acara sangat sederhana, hanya jamuan makan seadanya. Padahal Nadine punya gaji jika ingin sekedar pesta yang lebih layak, tapi sang
Read more
BAB LIMA
Bertempat di sebuah ruangan privat di satu restoran. Beberapa orang tengah bertemu, pembicaraan serius sepertinya sedang terjadi."Pastikan semua aman, aku ingin semua berjalan lancar macam biasa." Seorang pria bertitah dengan lelaki lain membungkuk mengiyakan perintah atasannya."Dia pandai sekali menyembunyikan diri.""Berandalan itu, sangat tidak bertanggung jawab, tapi Kakek malah mewariskan semua padanya. Kita harus bisa menyingkirkannya."Dua orang itu saling pandang untuk kemudian kompak mengangguk. "Stempel itu, kita harus mendapatkannya, sebelum anak itu menikah. Syaratnya akan terpenuhi jika dia sudah menikah, kedudukannya tidak akan bisa kita singkirkan dengan mudah jika sudah begitu.""Jangan lupa. Dia masih harus melawan ayahnya, jika membangkang.""Bukankah dia sudah menunjukkannya saat ini. Tenang saja, andai dia kembali, kita sudah punya alat untuk menjeratnya."Dua pria tersebut tersenyum bersamaan. Senyum itu makin lebar ketika satu lelaki masuk sembari mengatakan pe
Read more
BAB ENAM
Nadine hanya bisa bengong sepanjang sisa hari. Dia sama sekali tak bisa fokus. Otaknya dipenuhi oleh adegan saat Eva mendesah nikmat sembari membuka lebar dua kakinya di atas meja, sementara seorang pria tengah menghentaknya."Dasar brengsek!" Baru kemarin dia menikah, dan kini dia dihadapkan pada kenyataan pahit kalau dirinya sudah dikhianati oleh sahabat dan tunangannya sendiri.Iya, pria yang sudah membuat Eva memberikan akses penuh pada area pribadinya adalah David, pria yang selama ini dia anggap baik.Karena berpikir demikian maka Nadine tidak banyak membantah ketika David memutuskan pertunangan mereka. Dia pikir David terlalu baik untuk dirinya yang kini hanya seonggok sampah.Namun sekarang, Nadine berpikir kalau David dan dirinya lebih kurang sama. Sama kotornya. Bedanya Nadine dipaksa sedang David dengan senang hati melakukannya. Lebih sakit lagi ketika tahu perempuan itu adalah Eva, sahabatnya sendiri."Ahh, sialan!" Maki Nadine kemudian. Hatinya tak henti mengumpat perbuat
Read more
BAB TUJUH
"Aku tidak mau tahu!" Kalimat itu diiringi desisan penuh peringatan. Paras Rafael tampak menegang dengan ekspresi serius kentara di sana. Namun raut wajah itu berubah secepat detik bergulir, kala suara Nadine terdengar memanggil.Lelaki itu mencabut ear phone yang menempel di telinga, memasukkannya ke dalam saku celana pendek. "Raf, kamu ngapain?" Nadine berteriak heboh melihat Rafael berjongkok di area belakang rumah yang berumput tinggi. Ada tumpukan rumput di samping pria tersebut."Potong rumput.""Itu bukan potong rumput tapi cabut rumput. Ibu ini bagaimana sih? Keterlaluan sekali, masak disuruh cabut rumput." Nadine berbalik masuk rumah, ingin protes.Namun Rafael lebih dulu menarik sang istri, hingga perempuan itu berakhir duduk di samping Rafael. "Tidak perlu.""Raf, jangan pasrah-pasrah amat. Lawan dong sesekali." Nadine benci melihat diamnya Rafael saat dikerjai ibu dan adiknya. "Kan bukan kerjaan berat." Nadine mencebik kesal mendengar ucapan Rafael yang terkesan membiarka
Read more
BAB DELAPAN
"Serius?" Tia bertanya dengan mata membulat sempurna. "Ishh, jangan melotot begitu, serem." Tia buru-buru menormalkan netranya lagi. Mereka sedang berada di kantin, makan siang seperti biasa. Kali ini hanya ada mereka berdua. Sebab Eva lebih memilih bergabung dengan barisan manager yang makan di tempat itu."Dasar muna! Kemarin baik-baikin kamu itu sebab ada maunya ya." Nadine mengedikkan bahu, melihat ke arah Eva yang tersenyum sinis padanya. "Dasar murahan!" Batin Nadine kesal. Sungguh, perempuan itu seperti baru saja dihantam dengan kenyataan perih.Tunangannya direbut temannya, tunangannya juga tega menjebak dirinya, membuat dia dan Rafael harus menikah. Meski ya dalam pandangan Nadine, Rafael punya nilai plus lebih sedikit. Pria itu, entahlah Nadine bingung menjabarkan. Sangat dingin, datar, misterius, tapi ... Rafael seperti punya perhatian untuknya. "Maaf, boleh minta tolong. Kerjakan ini untuk meeting besok, harus sudah selesai hari ini."Nadine menggeram, ingin rasanya men
Read more
BAB SEMBILAN
"Ibu dari mana saja?" Hermawan bertanya pada Heni yang baru kembali entah dari mana. "Dari rumah bu Surti, biasa arisan. Bapak sudah pulang?" Hermawan mengangguk. Lelaki itu lantas melihat ke arah Rafael, lalu memanggilnya."Sudah, hentikan itu. Bapak tahu kamu baru balik kerja." Rafael mengangguk santun, berujar kalau sebentar lagi dia akan selesai. Hermawan masuk ke kamar diikuti Heni, biasanya perempuan itu akan memijit kaki Hermawan setelah kerja. Rafael pernah melihatnya.Setelah Hermawan dan Heni tak terlihat lagi, Rafael gegas meraih ponselnya. Dia bicara melalui benda kecil di telinga. Rafael tampak terlibat pembicaraan serius. Sembari duduk membelakangi teras belakang. Tangannya iseng bergerak, agar terlihat bekerja.Hampir lima belas menit Rafael berdebat melalui benda pipih miliknya. Sampai dia tiba-tiba berdiri, hanya memberi perintah "bereskan." Rafael masuk ke dalam rumah, mengganti pakaiannya lantas mengetuk kamar mertuanya. Meminta izin keluar. Tak ada jawaban, Rafae
Read more
BAB SEPULUH
Rafael keluar dari kamar mandi. Mereka baru sampai rumah naik motor, meninggalkan David begitu saja. Tentu setelah Nadine menghubungi bengkel langganannya untuk mengambil mobilnya. Nadine jelas senang sekali melihat Rafael datang tepat waktu. Hingga dia tidak perlu menghadapi mantan tunangan yang sedang tidak waras.Rafael melihat Nadine yang masih berkutat dengan laptopnya. "Kamu tahu adikmu punya pacar?" Dia ingat kejadian dua hari lalu.Nadine menoleh, melihat Rafael sedang mengeringkan rambut. "Sepertinya begitu. Aku dengar ibu beberapa kali menyebut namanya, tapi aku lupa. Kenapa?" "Pernah melihat mengantar Sita. Orang kaya?" Nadine mengedikkan bahu, tidak tahu."Memangnya kenapa?" Nadine mengetahui kalau ibunya dan adiknya sering menghina Rafael."Kamu dibanding-bandingkan sama dia?""Tidak juga, memang kenyataannya begitu. Aku ini pengangguran," balas Rafael santai. Pria itu merebahkan tubuh di kasur Nadine. Tempat itu sungguh nyaman. Rafael mengurungkan niat memejamkan mata k
Read more
DMCA.com Protection Status